Kelompok 6 :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………...1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………..4
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................5
A. Kesimpulan...................................................................................................20
B. Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang saat lahir beratnya
kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2001). Berat saat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga
terdapat pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Menurut
Depkes, dalam pedoman tersebut BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir
(Putra, 2012).
4
5. Apa saja komplikasi pada BBLR?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR?
7. Bagaimana pemeriksaan pada BBLR?
8. Konsep asuhan keperawatan pada BBLR
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui patofifiologi pada BBLR
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada BBLR
5. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada BBLR
7. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan pada BBLR
8. Untuk mengetahui konsep keperawatan BBLR
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan
< 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (Damanik, 2008). BBLR merupakan
salah satu faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas
neonatus, bayi dan anak di masa depan (Kliegman, 1999). BBLR memiliki peluang
meninggal 35 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan berat badan
lahir diatas 2500 gram (Khoiriah et al., 2015).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu bayi baru lahir yang berat
badannya 2500 gram atau lebih rendah tanpa memandang masa gestasi. Dalam
definisi ini tidak termasuk bayi-bayi dengan berat badan kurang daripada 1000
gram. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Bayi
berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan batasan berat badan dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu:
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500
gram sampai dengan 2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir
antara 1000 gram sampai kurang dari 1500 gram.
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1000 gram.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan maturitas dapat dibedakan menjadi:
1. Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasinya itu atau biasa disebut dengan neonates
kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
6
Bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan. Dismatur
dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga
Neonatus Kurang Bulan Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-
KMK), Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK)
Neonatus Lebih Bulan-KecilMasa Kehamilan ( NLB- KMK )
2.2 Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit: penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia
gravidarrum dan nefritis akut.
b. Usia Ibu : angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20 tahun,
dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah
ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi : keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi
rendah. Hal ini disebabkan oleh keadan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas
pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah ternyata lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain : karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik.
7
2. Faktor Janin :
a. Hidramnion
b. Kehamilan ganda
c. Kelainan kromosom
3. Faktor lingkungan
2.3 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan denga usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturis. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu) tapi berat badan (BB) lahirnya lebih
kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya
hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Pada masa pra hamil maupun saat hamil ibu akan melahirkan bayi lebih besar
dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu
dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalis yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita
anemia.
8
2.4 pathway
FAKTOR
BBLR
Kekurangan sel
Hipotermi O2 dalam darah
CO2
Penurunan BB /
O2 dalam darah kematian
CO2
Gangguan ketidakefektifan
pertukaran nutrisi kurang
Asidosis dari kebutuhan
Gas
tubuh
9
2.5 Manifestasi Klinis
A. Gambaran klinis bayi berat lahir rendah (BBLR) secara umum adalah:
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar- Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak
kurang
7. Otot hipotonik lemah
8. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
9. Pernapasan 40 – 50 kali / menit, Nadi 100 – 140 kali / menit
10
b. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur
1. Preterm sama dengan bayi prematur
2. Term dan post term :
a. Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
b. Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
c. Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
d. Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
e. Tali pusat kuning kehijauan.
f. Mekonium kering.
g. Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah,
terutama berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya:
11
d. Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan
dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar
sehingga konjungtiva bilirubium indirekmenjadi bilirubium direk belum
sempurna.
e. Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum sempurna.
Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah. Otot bayi
masih lemah, lemak kulit kurang,sehingga cepat kehilangan panas badan.
Kemampuan metabolisme panas rendah, sehingga bayi BBLR perlu
diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat
dipertahankan sekitar (36,5 – 37,0C)
12
2.7 Penatalaksanaan
2.8 Pemeriksaan
13
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan BBLR
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus BBLR yaitu:
a. Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
e. Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu
dikaji:
a) Kala I: perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
b) Kala II: Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem
pusat pernafasan.
14
C. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan
cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi
kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi,
asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
D. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah,
konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah
F. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan
ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan
perawatan yang intensif.
G. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
H. Tanda-tanda Vital
15
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu
tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi
normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali
permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur .
I. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
J. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
K. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap
cahaya.
L. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
M. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
N. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
O. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
16
P. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
Q. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costae pada garis
papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor,
perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah
masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
R. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –
tanda infeksi pada tali pusat.
S. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia
minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
T. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari feses.
U. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau
adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
V. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek
moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang
17
a. ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan cairan
dirongga paru
b. resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan subkotis tipis
c. ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
3. Intervensi Keperawatan
a. Dx : ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan cairan
dirongga paru
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawaran selama 3×24 jam jalan
nafas adekuat
Kriteria hasil :
1 pernafasan adekuat 16-30 ×/menit
2 perkusi paru senor
3 auskultasi vesikuler
4 tidak ada penumpukan cairan di paru
Rencana Tindakan :
18
1 Suhu 36,5 0C -37,5 0C,
2 Akral hangat
3 Bayi tidak menggigil
Rencana Tindakan :
a. pantau suhu setiap 3 jam sekali
R/ : sebagai acuhan penatalaksanaan tindakan
b. atur suhu incubatorsesuai indikasi
R/: mengikuti program yang dianjurkan
c. Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber
dingin/panas.
R/: untuk memantau suhu tubuh bayi supaya stabil
d. Kolaborasi pemberian obat-obat sesuai dengan indikasi : fenobarbital
R/: Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hiportemia dan
hipertermia.
19
e. kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian gizi
R/: asupan nutrisi bayi bisa tercukupi
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan
masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala
penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit
dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-
minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa
kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya
pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga
membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
3.2 Saran
Setiap hasil karya tidak ada yang sempurna dan pasti mempunyai
beberapa kekurangan. Adapun saran-saran untuk kemajuan makalah yang telah
dibuat oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada
bayi barulahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
20
DAFTAR PUSTAKA
21