Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ENCEPHALITIS

NAMA KELOMPOK :

1. INDAH FAUZIAH (201804005)


2. EKA SULISTYAWATI (201804006)
DEFINISI
encephalitis (ensefalitis) adalah peradangan pada parenkim otak akibat infeksi dari bakteri atau virus.
Encephalitis bakteri biasanya akibat fraktur tulang dari tengkorak kepala yang masuk kedalam atau alat-alat penetrasi yang
tekontaminasi. Encephalitis virus umumnya akibat dari dari gigitan serangga yang terinfeksi atau akibat dari infeksi virus.
Pengontrolan lingkungan dan imunisasi profiklasis dapat menurunkan angka kejadian encephalitis (widagdo, suharyanto, &
aryani, 2013, hal. 136).
Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian. Komplikasi jangka panjang
dari ensefalitis berupa sekueleneurologikus yang nampak pada 30 % anak dengan berbagai agen penyebab, usia penderita,
gejala klinik, dan penanganan selama perawatan. Perawatan jangka panjang dengan terus mengikuti perkembangan
penderita dari dekat merupakan hal yang krusial untuk mendeteksi adanya sekuele secara dini.
RISET
• Jumlah kasus encephalitis di indonesia pada 2016 yang dilaporkan sebanyak 326 kasus. Kasus terbanyak dilaporkan
terdapat di provinsi bali dengan jumlah kasus 226 (69,3%). Penularan virus tersebut sebenarnya hanya terjadi antara
nyamuk, babi, dan burung rawa. Manusia bisa tertular virus tersebut bila tergigit oleh nyamuk culex tritaeniorhynchus
yang terinfeksi. Biasanya nyamuk ini lebih aktif pada malam hari. Nyamuk golongan culex ini banyak terdapat di
persawahan dan area irigasi. Kejadian penyakit encephalitis pada manusia biasanya meningkat pada musim hujan.

• Sebagian besar penderita encephalitis hanya menunjukkan gejala yang ringan atau bahkan tidak bergejala sama sekali.
Gejala dapat muncul 5-15 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi virus berupa demam, menggigil, sakit kepala,
lemah, mual, dan muntah. Kurang lebih 1 dari 200 penderita infeksi encephalitis menunjukkan gejala yang berat
dan berkaitan dengan peradangan pada otak (encephalitis), berupa demam tinggi mendadak, sakit kepala, kaku pada
tengkuk, disorientasi, koma (penurunan kssadaran), kejang, dan kelumpuhan.
ETIOLOGI
berbagai macam mikroorganisme dapat menyebabkan ensefalitis misalnya bakteri protozoa, cacing, jamur, spiroxhaeta
dan virus. Penyebab terpenting dan sering adalah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menuju otak atau
reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
PATOFISIOLOGI

virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas dan saluran cerna. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan
menyebar ke seluruh tubuh dengan secara lokal; aliran virus terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ
tertentu, penyebaran hematogen primer.

Virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut dan menyebar melalui
saraf. Virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem persarafan. Setelah terjadi
penyebaran ke otak, timbul manifestasi klinis ensefalitis. Masa prodromal berlangsung selama 1-4 hari ditandai dengan
demam, sakit kepala, sulit mengunyah, suhu badan naik, muntah, kejang hingga penurunan kesadaran
MANIFESTASI KLINIS
• Demam
• Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan
• Muntah-muntah
• Pucat
• Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen
• Rasa kaku di belakang leher (kuduk) ini menyebabkan leher menjadi pegal sehingga tidak bisa digerakkan
• Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku
• Gangguan krsadaran dan kejang
• Nyeri tenggorokan dan ekstermitas
Komplikasi
1. Retardasi mental: Keterbelakangan mental
2. Gangguan motorik: Gangguan saraf yang menyebabkan hilangnya kekuatan otot tahap demi tahap.
3. Epilepsi: Epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak yang tidak normal. Hal
itu menimbulkan keluhan kejang, sensasi dan perilaku yang tidak biasa, hingga hilang kesadaran.

4. Emosi tidak stabil: kondisi suasana hati yang tak stabil, seringkali salah mendapatkan diagnosa dan sering disamakan
dengan depresi. Kondisi suasana hati yang tidak stabil bukan merupakan tanda gangguan jiwa, melainkan berupa gangguan
emosi yang lebih bersifat personal.
5. Halusinasi: Halusinasi adalah sensasi yang terlihat nyata, padahal sebenarnya dibuat oleh pikiran anda. Halusinasi dapat
memengaruhi kelima indra anda. Umumnya, penyebab halusinasi adalah gangguan mental. Akan tetapi, halusinasi adalah
gejala yang juga cukup sering dilaporkan pada orang dengan kelainan saraf.
6. Enuresis: Enuresis atau mengompol adalah ketidakmampuan dalam mengendalikan keluarnya urine, sehingga urine
keluar tanpa disengaja.

7. Anak menjadi perusak dan menjadi asosial lainnya


PENATALAKSANAAN
• Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis biasanya berat. Pemberian 5-8 mm/kgbb/24
jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan diazepam (0,1-0,2 mg/kgbb) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.

• Memperbaiki homcostatis, dengan infus cairan d5 – ½ s atau d5 – ¼ s (tergantung umur) dan pemberian oksigen
• Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh anoksida serebri dengan deksametason 0,15
– 1,0 mg/kgbb/hari i.V dibagi dalam 3 dosis.

• Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan manitol diberikan intravena dengan dosis 1,5 – 2,0 g/kgbb
selama 30-60 menit. Pemberian dapat diualng setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan gliserol melalui pipa nasogatrik 0,5-
1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk
waktu lama.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
• Pengkajian
• Identitas
Ensefalitis menyerang semua umur, namun infeksi simtomatis paling sering terjadi pada anak-anak berusia 2 tahun
hingga 10 tahun.
• Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama
Demam, gejala menyertai flu, perubahan tingkat kesadaran, sakit kepala letargi, mengantuk, kelemahan umum, aktifitas
kejang.
2. Alasan masuk rumah sakit

Biasanya ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, nyeri ektrim dan pucat, kemudian
diikuti tanda insefalitis berat ringannya tergantung dari trisbusi dan luas lesi pada neuron.
• Riwayat penyakit sekarang
Faktor riwayat penyakit yang sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Pada pengkajian
klien encefalitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK.
Keluhan gejala awal yang sering adalah sakit kepala dan demam. Sakit kepala disebabkan encefalitis yang berat dan
sebagi akibat iritasi selaput otak.

• Riwayat penyakit terdahulu


1. Riwayat penyakit sebelumnya
pada kasus encephalitis, pasien biasanya akan mempunyai gejala di sebabkan virus sebelum penyakit yang sekarang.
Virus memasuki sistem syaraf pusat via aliran darah dan melalui reproduksi. Terjadi radang diarea, menyebabkab
kerusakan pada neuron.

2. Riwayat penyakit keluarga


Pada pasien encefalitis tidak ada riwayat penyakit keluarga, namun pengkajian pada anak mungkin didapatkan riwayat
menderita penyakit yang disebabkan oleh virus influenza, varicella, adenovirus,kokssakie, atau parainfluenza, infeksi
bakteri, parasit satu sel, cacing fungus, riketsia.
PEMERIKSAAN FISIK

• Kesadaran
Perubahan tingkat kesedaran, aphasia, hemiparesis, ataksia, nystagmus, paralisis kuler, kelemahan pada wajah.

• Tanda-tanda vital
Pemeriksaan dimulai dengan pemeriksaan tanda-tanda vital. Pada klien ensefalitis biasanya di dapatkan peningkatan suhu
tubuh lebih dari normal 39-40 derajad celsius. Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK.

• Body sistem
1. Sistem pernapasan

Biasanya terdapat batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi
penapasan yang sering didapatkan pada klien encefalitis yang disertai adanya gangguan sistem pernafasan.
2. Sistem kardiovaskuler
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang sering terjadi pada klien encefalitis.
3. Sistem perkemihan
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya di dapatkan kekurangan nya volume haluaran urine, hal ini
berhubungan dengan penurunan perfungsi dan penurunan curah jantung ke ginjal
4. Sistem pencernaan
Mual sampai muntah, pemenuhan nutrisi pada klien encefalitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang
5. Sistem imun

Encefalitis dapat terjadi akibat komplikasi penyakit pada masa kanak-kanak seperti campak, gondong atau cacar air.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan cairan serebraspinal


• Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel limfosit.
• Pemeriksaan eeg
• Memperlihatkan proses inflamasi yang di fuse “bilateral” dengan activitas rendah
• Thorax photo
• Adanya infeksi pada sistem pernafasan sebelum mengalami encefalitis
• CT scan untuk melihat keadaan otak
Penatalaksanaan
• Isolasi bertujuan mengurangi stimulus/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.
• Terapi antibiotik sesuai hasil kultur
• Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan, jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan pasien.
• Mempertahankan ventilasi, bebaskan jalan napas, berikan o2 sesuai kebutuhan (2-3 l/menit).
• Penatalaksanaan shock septik
• Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh atau dapat juga diberikan antipiretikum
seperti asetosel atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan permberian obat per oral
Diagnosa keperawatan
• Nyeri akut b.d cedera fisik
• Ketidakefektifan perkusi otak b.d edema atau hematoma dan perdarahan otak
• Hipertermia b.d dehidrasi
• Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan makanan tidak adekuat dan rangangan
muntah

• Ketidakefektifan koping keluarga b.d ketidakmampuan orang terdekat mengungkapkan perasaan


Intervensi keperawatan 2. Diagnosa: ketidakefektifan perkusi otak b.d
edema atau hematoma dan perdarahan otak
1. Diagnosa nyeri akut b.d agen cedera fisik
Tujuan: perfusi jaringan cerebral optimal secara
Tujuan: mampu mengontrol nyeri bertahap setelah dilakukan tindakan
Kriteria hasil: mengatakan rasa nyaman setelah nyeri keperawatan dalam waktu 7x24 jam
berkurang Kriteria hasil: kesadaran pasien komposmetis
Intervensi: Intervensi:
• Lakukan pengkajian nyeri secara kompeherensif • Kaji keluhan, observasi TTV tiap 2-4 jam dan
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kesadaran klien
kualitas dan faktor presifitalis • Kaji karakteristik nyeri
• Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri • Kaji tanda peningkatan TIK (kaku kuduk,
• Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan muntal proyektil dan penurunan kesadaran
3. Diagnosa : hipertermia b.d dehidrasi 4. Diagnosa : keseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d masukan makanan tidak
Tujuan : suhu tubuh tidak stabil setelah dilakukan
adekuat dan rangangan muntah
tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam (36-37,5
derajat celcius) Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : suhu tubuh dalam rentang normal Kriteria hasil : adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan
Intervensi :
• Monitor suhu sesering mungkin ntervensi :

• Monitor tekanan darah, nadi dan RR • Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
• Berikan anti pirektik • Kaji penurunan nafsu makan klien
• Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
5. Diagnosa: ketidakmampuan koping keluarga b.d ketidakmampuan mengungkapkan
perasaan
Tujuan: hubungan antara pasien dan keluarga terjalin dengan baik
Kriteria hasil: hubungan pemberian asuhan pasien: interaksi dan hubungan yang positif antara
pemberi dan penerima asuhan
Intervensi:
• Bantu keluarga dalam menangani masalah
• Dorong keluarga untuk melihatkan kekhawatiran dan untuk membantu merencanakan
perawatan pasca hospitalisasi
• Dukungan emosi : memberikan penenangan, penerimaan dan dorongan selama periode stres
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai