Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

CHILD NEGLECT

NAMA KELOMPOK:
1. Ega Galuh Sindu Pratiwi (201804010)
2. Khafifah Salsabila (201804011)
3. Aisyah Dwi Ayu Wulandari (201804012)
4. Nafi’atul Chusnah (201804013)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2A


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2018/2019
1|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada allah SWT karena atas rahmatnya dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak
dengan Kasus Cild Neglect” dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka
maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusun makalah ini tidak akan selesai dengan
lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari bebagai pihak.
Sebagai rasa syukur atas terslesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan
terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan sengan judul
makalah ini.

Mojokerto, 10 November 2019

Penyusun

2|Page
DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………………….…………….i
Kata Pengantar……………………………………………………………………….………ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………..………iii

BAB I Pendahuluan
Latar Belakang…………………………………………………..…………………………1
Rumusan Masalah………………………………………………………………………….2
Tujuan………………………………………………………………………..….…………2

BAB II Pembahasan
Definisi…………………………………………………………………………………….3
Etiologi…………………………………………………………………………………….3
Manifestasi Klinis…………………………………………………………………………4
Penatalaksanaan…………………………………………………………………………...5
Konsep Asuhan Keperawatan………………………………………………………….….5

BAB III Penutup


Kesimpulan……………………………………………………………………………..…11
Saran…………………………………………………………………………………..…..11

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………12

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fungsi keluarga merupakan sesuatu pekerjaan/tugas yang harus dilakukan
didalam/diluar keluarga. Masalah krisis keluarga dapat diduga muncul sebagai tidak
berfungsinya tugas dan perawatan keluarga.secra sosiologis, keluarga dituntut berperan dan
berfungsi untuk mencapai suatu masyarakat sejahtera yang dihuni oleh individu (anggota
keluarga) yang bahagia dan sejahtera. Fungsi keluarga perlu diamati sebagai tugas yang
harus diperankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil. Kewajiban orang tua
kepada anak yaitu pemberi asuh, asih, dan asah yang akan membuat anak mereka dewasa
dan menjadi sumber daya yang potensial. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang
optimal sangat dipengaruhi oleh peran serta orang tua dan orang yang berada dilingkungan
sekitarnya. Perlakuan salah yang diberikan pada anak akan menghambat tumbuh kembang
anak.
Penelantaraan anak adalah saat orang tua yang bertanggung jawab gaal melaksanakan
fungsinya dan menyediakan kebutuhan memadai untuk berbagai keperluan anak tersebut.
Penelantaraan anak merepukan bagian dari bentuk kekerasan terhadap anak, karena ia
termasuk dalam kekerasan sosial. Kasus penganiayaan dan penelantaraan anak di Indonesia
belum banyak dilaporkan dan dicatat secara resmi, karena sulitnya memperoleh data dan
deteksi kasus-kasus seperti ini. Kesulitan disebabkan para pelaku penganiayaan dan
penelantaraan anak adalah mereka yang berotoritas tinggi daripada korban (anak).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penelantaraan anak tidak hanya berasal
dari masalah orang tua sendiri tapi juga terdapat pengaruh dari lingkungan, gaya hidup, dan
ekonomi keluarga tersebut. Biasanya penelantaraan anak itu terjadi pada keluarga yang
kurang mampu dan orang tua tunggal.
Pengenalan tentang penelantaraan anak sangat penting karena dampak penelantaraan
anak sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

4|Page
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Cild Neglect?
2. Bagaimana etiologi dari Cild Neglect?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari Cild Neglect?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari Cild Neglect?
5. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dari Cild Neglect?

1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dari Cild Neglect
2. Memahami etiologi dari Cild Neglect
3. Memahami manifestasi klinis dari Cild Neglect
4. Memahami penatalaksanaan dari Cild Neglect
5. Memahami konsep asuhan keperawatan dari Cild Neglect

5|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Penelantaran anak adalah sikap dan perilaku orang tua yang tidak memberikan
perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak. Penelantaraan anak dapat
berupa penelantaraan fisik, penelantaraan emosional, penelantaraan perawatan medik.
Penelantaraan anak termasuk penyiksaan secara pasif yaitu segala keadaan perhatian yang
tidak memadai baik fisik, emosi, maupun sosial. Anak dikatakan terlantar ketika orang tua
yang bertanggung jawab gagal untuk menyediakan kebetuhan memadai untuk berbagai
keperluan, termasuk fisik (kegagalan untuk menyiadakan makanan yang cukup, pakaian
atau kebersihan), emosiaonal (kegagalan untuk memberikan pengasuhan atau kasih
sayang), pendidikan (kegagalan untuk mendaftarkan anak disekolah), atau medis
(kegagalan untuk mengobati anak atau mebawa anak ke dokter).

2.2 Etiologi
1. Trauma masa lalu pada orang tua
Perlakuan dimasa lalu yang dialami biasanya akan membekas dalam benak
seseorang dan akan melakuakn seperti hal yang sama dimasa dewasanya dan ia akan
mengadopsi perilaku yang sesuai dengan nilai orang tua nya.
2. Masalah ekonomi
Masalah ekonomi juga menjadi penyebab orang tua bersifat demikian kepada anak
nya. Ketidakberuntungan yang dialami oleh anak bukan lah disebabkan hanya karena
berasal dari keluarga orang tuan tunggal, tetapi juga disebabkan oleh kemiskinan.
3. Jumlah anak dalam keluarga
Keluarga dengan anggota keluarga lebih dari 4 anak biasanya cenderung untuk tak
terlalu memperhatikan perkembangan dari setiap anak-anak nya. Terdapat
kecenderungan bagi anak 1 dan anak bungsu untuk mengalami perlakuan yang buruk
yakni pada saat belum mampu untuk berkomunikasi dan bergerak.
4. Anak yang tidak diharapkan
Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-anak. Ada beberapa pandangan
orang tua yang melihat anak mereka berbeda dari anak lain. Hal ini dapat terjadi pada
anak yang tidak direncanakan, anak yang cacat, hiperaktif, cengeng, anak dari orang

6|Page
lain yang tidak disukai, misalnya anak mantan suami/istri, anak tiri, serta anak dengan
berat lahir rendah.
Terdapat juga kemungkinan penyakit organik yang terkait dengan anak atau
kepribadian dan perilaku anak yang mengakibatkan orang tua tidak menginginkan
anak tersebut.
5. Kelainan mental orang tua
Mental orang tua ikut mempengaruhi terjadinya penelantaraan pada anak. Orang
tua yang mengkonsumsi alkohol, pengguna obat, biasanya akan mengalami gangguan
proses berpikir dan cenderung depresi dan tidak peduli lagi dengan lingkungan
sekitarnya.

2.3 Manifestasi Klinis


1. Menunjukkan perubahan tingkah laku dan kemampuan belajar disekolah
2. Tidak memperoleh bantuan untuk mengatasi masalah fisik dan kesehatan yang menjadi
perhatian orang tua
3. Memiliki gangguan belajar atau sulit berkonsenterasi yang bukan merupakan akibat
dari masalah psikologis tertentu.
4. Selalu siaga dan curiga seolah-olah bersiap untuk terjadinya hal yang buruk
5. kurang mendapatkan pengarahan orang tua
6. selalu pasif, mengeluh, atau menghindar
7. Datang ke sekolah atau tempat aktivitas selalu lebih awal dan pulang terakhir, bahkan
sering tidak mau pulang.
8. Orang tua dan anak jarang bersentuhan fisik dan bertatap muka
9. Mengungkapkan bahwa tidak ada seorang pun dirumah yang merawat nya
10. Tidak berpakaian sewajarnya atau secukupnya
11. Penampilan fisik nya sering dalam keadaan kotor dan berbau.
12. Meminta-minta atau mencuri uang dan makanan.
13. Sering absen disekolah
14. Mengkonsumsi alkohol dan obat terlarang
15. Tidak terpenuhinya kebutuhan perawatan medis, gigi maupun perawatan mata dan lain
nya.

7|Page
2.4 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan psikologis
Mengurangi respon stress antara lain :
a. Olahraga
b. Humor
c. Istirahat
d. Nutrisi
e. Teknik relaksasi
2. Penatalaksanaan fisiologis
3. Program pemberdayaan anak terlantar

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
a. Lakukan pengkajian fisik dengan perlakuan khusus pada manifestasi potensial /
penganiyaan / pengbaian.
b. Dapatkan riwayat kejadian, waspadai adanya ketidaksesuaian dalam deskripsi oleh
pemberi asuhan dan observasi.
c. Perhatikan urutan kejadian, termasuk waktu, trauma selang waktu antar kejadian
cedera dan mulainya pengobatan.
d. Wawancarai anak, termasuk pertanyaan verbal dan informasi dari menggambar
atau aktivitas bermain lainnya.
e. Wawancarai orang tua, saksi mata atau orang terdekat lainnya, termasuk kutipan
verbal mereka.
f. Observasi interaksi orang tua anak (interaksi verbal, kontak mata sentuhan, bukti
kekhawatiran orang tua).
g. Observasi atau dapatkan informasi mengenai nama, usia dan kondisi anak-anak
lain dalam rumah yang sama (bila mungkin).
h. Lakukan tes perkembangan.
i. Bantu dengan prosedur diagnostik dan tes misalnya radiologi, pengumpulan
specimen untuk pemeriksaan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko trauma b.d kegiatan dilingkungan rumah dan klien mudah tersinggung.
2. Cemas b.d substans abuse.
3. Harga diri rendah situasional b.d kurang pengakuan atau penghargaan.

8|Page
4. Defisit perawatan diri b.d: penurunan atau kurangnya motivasi, hambatan
lingkungan, kerusakan persepsi/kognitif, kecemasan, kelemaham dan kelelahan.

C. Intervensi

Diagnosa NOC : Risk Control NIC : Risk Control


Environment
Resiko trauma b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
kegiatan keperawatan klien diharapkan mampu, kebutuhan
dilingkungan dengan kriteria hasil: pengamanan pasien,
rumah dank lien 1. Menggunakan strategi control meliputi fisik,
mudah resiko bila diperlukan. kebiasaan, dan fungsi
tersinggung 2. Mengetahui faktor resiko. kognitif.
3. Menunjukkan perubhan status 2. Identifikasi bahaya
kesehatan. lingkungan.
3. Hilangkan resiko
bahaya dilingkungan
bila memungkinkan.
4. Gunakan alat
pelindung untuk
menghindari situasi
bahaya.
5. Identifikasi
perubahan status
keamanan.
6. Berikan nomor
darurat yang bisa
dihubungi (polisi,
rumah sakit, dll).
Cemas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Tenangkan klien.
substans abuse keperawatan diharapkan tingkat 2. Berusaha memahami
kecemasan klien turun dengan kriteria keadaan klien.
hasil: 3. Gunakan pendekatan
dan

9|Page
1. Menyingkirkan tanda sentuhan,verbalissi
kecemasan. untuk meyakinkan
2. Menurunkan stimulasi pasien tidak sendiri
lingkungan ketika cemas. dan mengajukan
3. Merencanakan dan pertanyaan.
menggunakan strategi koping. 4. Temani pasien untuk
4. Menggunakan teknik relaksasi mendukung
untuk menurunkan kecemasan. keamanan dan
5. Melaporkan penurunan durasi menurunkan rasa
dari episode cemas. takut.
6. Melaporkan tidak adanya 5. Sediakan aktivitas
gangguan persepsi sensori. untuk menurunkan
7. Tidak ada manifestasi klinik ketengangan.
perilaku kecemasan. 6. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
situasi yang
menciptakan cemas.
7. Instruksikan klien
untuk menggunakan
teknik relaksasi.
8. Tentukan
kemampuan klien
mengambil
keputusan.
Harga Diri Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan kontak
Rendah keperawatan diharapkan harga diri mata dalam
Situasional b.d pasien meningkat dengan kriteria hasil: komunikasi dengan
Kurang 1. Verbalisasi penerimaan diri. yang lainnya.
pengakuan dan 2. Penerimaan keterbatasan diri. 2. Eksplorasi
penghargaan 3. Mempertahankan kontak mata kesuksesan terakhir
mata dan posisi tegak. yang diterima.
4. Menggambarkan diri.
5. Komunikasi terbuka.

10 | P a g e
6. Tingkat percaya diri. 3. Anjurkan pasien
7. Keseimbangan dalam untuk mengevaluasi
berpartisipasi dan kebiasaannya.
mendengarkan dalam kelompok 4. Berikan penghargaan
atas peningkatan
keadaan pasien
Defisit prawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor kemampuan
diri b.d : selama …. Defisit perawatan diri teratas klien untuk
penurunan atau dengan kriteria hasil: perawatan diri yang
kurang nya 1. Klien terbebas fari bau badan. mandiri
motivasi, 2. Menyatakan keamanan terhadap 2. Monitor kebutuhan
hambatan kemampuan untuk melakukan klien untuk alat-alat
lingkungan, ADLs bantu untuk
keruskan kebersihan diri,
persepsi/kognitif, berpakaian, berhias,
kecemasan, toilering dan makan.
kelemahan dan 3. Sediakan bantuan
kelelahan sampai klien mampu
secara utuh untuk
melakukan selfcare
4. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang
normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki.
5. Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.

11 | P a g e
6. Ajarkan klien
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untik
memberikan bantuan
hanya jika pasien
tidak mamou untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas
rutin sehari-hari
sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

D. Evaluasi
1. Diagnosa : Resiko trauma b.d kegiatan lingkungan rumah dank lien mudah
tersinggung
a. Menggunakan strategi control resiko bila diperlukan
b. Mengetahui faktor resiko
c. Menunjukkan perubahan status kesehatan
2. Diagnosa : Cemas b.d substans abuse
a. Menyingkirkan tanda kecemasan
b. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemsas.
c. Merencanakan dan menggunakan strategi koping.
d. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan.
e. Melaporkan penuruan durasi dari episode cemas.
f. Melaporkan tidak adanya gangguan persepsi sensori.
g. Tidak ada manifestasi klinik perilaku kecemasan
3. Diagnosa: Harga diri rendah situsional b.d kurang pengakuan dan penghargaan
a. Verbalisasi penerimaan diri.
b. Penerimaan keterbatasan diri.
12 | P a g e
c. Mempertahankan kontak mata dan posisi tegak.
d. Menggambarkan diri
e. Komunikasi terbuka
f. Tingkat percaya diri
g. Keseimbangan dalam berpartisipasi dan mendengarkan dalam kelompok
4. Diagnosa : Defisit perawatan diri b.d: penurunan atau kurangnya motivasi,
hambatan lingkungan, kerusakan persepsi/kognitif, kecemasan dan kelelahan
a. Klien terbebas dari bau badan’
b. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs

13 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Neglect child merupakan penolakan/pengabaian/penelantaraan untuk memenuhi
kewajiban memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan bagi anak sesuai hokum
yang berlaku atau persetujuan. Neglect child bisa secara fisikial, edukasi, maupun
emosional. Secara fisikial ialah berupa gaga; menyediakan makanan dan pakaian secara
layak, kesehatan yang tidak dijaga, pengawasan baik dalam cuaca dan lingkungan.
Ditinggal/diterlantarkan juga termasuk didalam nya.sedang secara edukasi bisa berupa
gagalmenyediakan atau memberikan pendidikan secara layak, baik sekolah normal
ataupun sekolah kebutuhan khusus. Secara emosional/psikis, bisa berupa kurangnya
dukungan secara emosional dan kasih sayang, tidak pernah mengunjungi kegiatan
anaknya,ataupun karena adanya tindak kekerasan/pelecehan dengan obat-obatan sehingga
anak menjadi ikut serta dalam mengkonsumsi alcohol dan obat terlarang. Anak akan
merasa diabaikan, disia-sia kan dan tidak diinginkan dengan cara tidak mempedulikan dan
menhyediakan keperluan dasar anak.

3. 2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang Cild Neglect. Semoga makalah ini dapat
dijadikan sumber literature yang banyak digunakan untuk mahasiswa.

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Huraerah Abu, 2017. Penelantaran Terhadap Anak, Bandung: Nuansa Cendikia.

Prakoso Abintoro, 2015. Masalah Perlindungan Anak, Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Nuryanti, Lusi. 2014. Psikologi Anak. Jakarta: PT. Indeks.

Arif Ghosita, 2006, Psikiatri Anak, Jakarta: EGC.

Wignjosoebroto, 2014, Pola Asuh Anak dalam Keluarga, Jakarta: Penerbit Elsam dan Huma.

15 | P a g e
16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai