Anda di halaman 1dari 18

TYPHUS ABDOMINALIS

BY ; BINARTI DWI W
Pengertian
Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran.(Suryadi,Skp,2001:281)
ETIOLOGI
Basil / kuman salmonella Typhosa, Salmonela paratyphosa.
Salmonela Typosa mempunyai 3 macam anti gen yaitu:
a. Antigen O (Ohne Hauch)
Somatik terdiri dari zat kompleks lipopoli sakarida.
b. Antigen H (Hauch)
Terdapat pada flagela dan bersifat termolabil.
c. Antigen V1 (Kapsul)
Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi
antigen O terhadap fagositosis.(Dr.T.H Rompengan,1997:57)
TANDA DAN GEJALA
 a. Minggu I : infeksi akut (demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
mual, diare)
 b. Minggu II : Gejala lebih jelas (demam, bradikardia relatif, lidah
kotor, nafsu makan menurun, hepatomegali, ggn
kesadaran).

Lesi pada usus halus


Kelainan patologic utama terjadi di usus halus terutama ileum bagian distal
tetapi dapat i temukan pada jejunu dan colon.
Seguelae
Lesi sembuh dengan scaring yang minimal ulcerasi yang dalam pada usus
halus.
Persisten cronic infeksi pada gall bladder atau ginjal “carries”.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Jumlah leukosit normal / Leukopenia / Leukositisis
2. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan Fosfatase alkali
meningkat
3. Dalam minggu pertama biakan darah Salmonella typhi positif 75 – 85 %\
4. Biakan darah positif terhadap S. Typhi pada minggu pertama
5. Biakan Tinja dalam minggu kedua dan ke tiga
6. Reaksi widal
Aglutinin O
Aglutinin H à Diagnosis
Aglutinin Vi
Reaksi widal dengan titer 0 à 1: 320, reaksi widal dengan titer H à 1: 640
Faktor – faktor Yang mempengaruhi reaksi widal:
1. Keadaan umum
Gizi buruk menyumbat pembentukan antibodi
2. Pemeriksaan terlalu awal
Aglutinin baru di jumpai dalam darah setelah 1 minggu dan mencapai
puncaknya minggu ke 6.
3. Penyakit tertentu (leukimia, ca)
4. Obat – obat immunosuppresif atau kortikosteroid
5.Vaksinasi dengan hotipa / tipa
6. Infeksi klinis atau sub klinis oleh sallmonela.
Reaksi widal positif dengan titer rendah.
KOMPLIKASI
1. Komplikasi pada usus
a. Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan penurunan tekanan darah, denyut
nadi cepat dan kecil, kulit pucat, penurunan suhu tubuh, nyeri perut dan
peningkatan leukosit pada waktu singkat.
b. Perforasi usus
Terjadi pada minggu ke 3 serta lokasinya di illeum terminalis.diagnosis
dengan manifestasi klinis dan pemeriksaan radiologi.
Gejala: nyeri perut, perut kembung,tekanan darah turun, pekak hati berkurang,
peningkatan leukosit.
2. Komplikasi diluar usus
a. Bronkitis dan Bronkopeneumonia
Terjadi akhir minggu pertama
b. Kolesistitis
Pada anak jarang terjadi, terjadi pada minggu ke 2
c. Encelopati
Gejala: kesadaran menurun, kejang, muntah, demam tinggi.
d. Meningitis
Sering terjadi pada neonatus maupun bayi. Gejala: bayi tidak mau
menetek, kejang, sianosis,demam, diare dan kelainan neurologis.
e. Miokarditis
Terutama pada anak kurang dari 7 tahun. Gejala: takikardi, bunyi
jantung melemah, pembesaran jantung, aritmia.
PENATALAKSANAAN
a. Perawatan
Px dirawat di RS untuk di isolasi, observasi serta Px harus istirahat selama 5-7
hari bebas panas, tidak harus tirah baring, mobilisasi dilakukan sesuai situasi
dan kondisi Px.
b. Diet
Pemberian makanan padat dini dengan lauk pauk rendah selulosa yang
disesuaikan dengan kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun
mineral serta rendah serat.diit ini memberikan keuntungan meningkatkan
Albumin dalam serum dan mengurangi infeksi selama perawatan.
c. Obat / terapi
Obat-obatan anti mikroba yang sering digunakan antara lain:
· Kloramfenikol
· Tiamfenikol
· Co Trimoxazale
· Ampisilin dan Amoksisilin
Pengkajian per sistem:
1) sistem pernafasan: pada keadaan yang lanjut dapat ditemukan
respirasi meningkat akibat peningkatan suhu tubuh.
2) Sistem kardiovaskuler: sering pasien timbul keluhan dada berdebar,
bradikardia, tremor, akral dingin.
3) Sistem persarafan: sering timbul keluhan kepala pusing, kadang pada
keadaan lanjut ditemukan pasien dengan suhu tubuh tinggi disertai gelisah,
penurunan kesadaran: somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis.
4) Sistem perkemihan – eleminasi urine: akibat suhu tubuh meningkat
terjadi peningkatan kebutuhan cairan dalam tubu sehingga terjadi penurunan
produksi urine, urine berwarna pekat.
5) Sistem pencernaan – eleminasi alvi: lidah berwarna putih kotor (kotor di
tengah tepi dan ujung merah), mukosa bibir kering akibat peningkatan suhu
tubuh, nafsu makan menurun, mual, muntah, badan dirasa lemah, BB menurun,
porsi makan tidak habis, gangguan sensasi pengecapan, terdapat pembesaran
hepar, pembesaran spleno, meteorismus (akumulasi udara dalam intestinal),
diare bahkan kadang-kadang konstipasi.
6) Sistem Tulang – otot – integumen: pasien mengeluh nyeri otot, badan
terasa ngilu, roseola (bintik merah pada punggung, leher dan paha), akibat
immobilisasi dapat timbul keluhan merah tertekan pada bokong dan punggung.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi
salmonella typhi.
b. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan kurang,
kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan diare.
c. Resiko tinggi ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat, mual muntah,
anoreksia.
d. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari – hari (ADL) b/d
kelemahan, immobilisasi.
e. Ketakutan b/d hospitalisasi, tidak mengenal sumber ketakutan, krisis
lingkungan.
Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi salmonella typhi.
Tujuan: Klien mendemonstrasikan bebas dari panas.
Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, anak tenang, tidak rewel.
INTERVENSI
1) Observasi suhu, N, TD, RR tiap 2-3 jam
R/ Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan keadaan umum pasien
sehingga dapat diakukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat.
2) Catat intake dan output cairan dlm 24 jam
R/ Mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh pasien untuk
membuat perencanaan kebutuhan cairan yang masuk.
3) Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga dan pasien tentang
hyperthermia
R/ Mengetahui kebutuhan infomasi dari pasien dan keluarga mengenai
perawatan pasien dengan hypertemia.
4) Jelaskan upaya – upaya untuk mengatasi hypertermia dan bantu
klien/keluarga dlm upaya tersebut:
- Tirah baring dan kurangi aktifitas
- Banyak minum
- Beri kompres hangat
- Pakaian tipis dan menyerap keringat
- Ganti pakaian, seprei bila basah
- Lingkungan tenang, sirkulasi cukup.
R/Upaya – upaya tersebut dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien
serta meningkatkan kenyamanan pasien.
5. Anjurkan klien/klg untuk melaporkan bila tubuh terasa panas dan keluhan
lain.
R/untuk megurangi keluhan dan gejala penyakit pasien sehingga kebutuhan
pasien akan kenyamanan terpenuhi
6. Kolaborasi pengobatan: antipiretik, cairan dan pemeriksaan kultur darah.
R/ Antipiretik dan pemberian cairan menurunkan suhu tubuh pasien serta
pemeriksaan kultur darah membantu penegakan diagnosis typhoid.

Anda mungkin juga menyukai