PENDAHULUAN
Penyakit Kawasaki adalah demam pada anak yang berkaitan dengan vaskulitis
terutama pembuluh darah koronaria serta keluhan sistemik lainnya.1 Kawasaki disease
pertama kali dideskripsikan pada tahun 1967 oleh Tomisaku Kawasaki, seorang dokter
anak dari jepang. Penyakit ini jarang terjadi, termasuk di Indonesia. Penyakit yang
belum diketahui pasti penyebabnya ini memberikan penampakanan yang dapat
mengelabuhi mata sehingga dapat terdiagnosis sebagai campak, alergi obat, infeksi
virus, dan juga penyakit gondong, oleh karena itu seringkali penegakan diagnosis
Kawasaki disease ini terlewatkan dan baru terdiagnosa saat memasuki fase yang berat
dan dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh koroner jantung, sehingga
penanganannya terlambat dilakukan dan dapat menyebabkan kematian.
Sering
kali
penyakit
ini
terlupakan
dan
baru
terdiagnosis
setelah
anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Sindrom Kawasaki (KS), juga dikenal sebagai penyakit Kawasaki, adalah penyakit febril akut
dengan etiologi yang tidak diketahui, yang terutama menyerang anak-anak berusia kurang dari
5 tahun. KS pertama kali ditemukan di Jepang oleh Tomisaku Kawasaki pada tahun 1967, dan
kasus pertama di luar Jepang dilaporkan di Hawaii pada tahun 1976. 2 KS ditandai dengan
demam, ruam, pembengkakan tangan dan kaki, iritasi dan kemerahan pada bagian putih mata,
kelenjar getah bening di leher, iritasi dan peradangan pada mulut, bibir, dan tenggorokan. 2
Penyakit Kawasaki (KD) adalah sindrom vaskulitis akut yang disertai demam anak usia dini,
yang meskipun memiliki prognosis yang baik dengan pengobatan, dapat mengakibatkan
kematian dari aneurisma arteri koroner (CAA) dalam persentase yang sangat kecil dari setiap
pasien.3
2.2 EPIDEMIOLOGI
KS terjadi di seluruh dunia, dengan insiden tertinggi di Jepang, dan paling sering
mempengaruhi anak laki-laki dan balita. KS mungkin memiliki musim dingin-musim
semi, dan wabah pada masyarakat luas telah dilaporkan sesekali. Di daratan Amerika
Serikat, studi berbasis populasi dan rawat inap telah memperkirakan kejadian KS mulai
9-19 per 100.000 anak berusia kurang dari 5 tahun. Sekitar 4.248 rawat inap dengan
KS, yang 3277 (77%) adalah untuk anak di bawah 5 tahun, diperkirakan antara anakanak berusia kurang dari 18 tahun di Amerika Serikat pada tahun 2000. Pada tahun
2009, perkiraan jumlah rawat inap dengan KS adalah 5.447 (standard error [SE] =
297); 4040 (SE = 227) untuk anak-anak <5 tahun. 2 Penyakit Kawasaki tersebar seluruh
dunia yang mengenai seluruh etnik terutama ras Asia. 1 Di AS pada tahun 2000
diperkirakan terdapat 4248 pasien rawat inap dengan Penyakit Kawasaki. 1,2 Anak
laki-laki lebih sering terkena dari perempuan.3 Di Indonesia diperkirakan sudah
ditemukan lebih dari 100 kasus terutama di daerah Jabotabek.4 Advani dkk pada tahun
2005 melaporkan seri kasus pertama Penyakit Kawasaki di Indonesia pada symposium
Internasional Penyakit Kawasaki ke VIII di San Diego,Amerika serikat. Sejak itu
Indonesia secara resmi masuk dalam peta penyakit Kawasaki dunia.4 Penyakit
Kawasaki pada umumnya ditemukan pada anak balita, 80% ditemukan pada anak
dibawah 4 tahun dan jarang pada usia dibawah 3 bulan atau lebih 8 tahun. Usia
tersering adalah 1-2 tahun.4
Sejak awal ditemukan pada tahun 1967 oleh dokter anak T. Kawasaki diJepang, lebih
dari 170.000 anak telah didiagnosa dengan KD di Jepang. Baru-baru ini, serangkaian
negara-negara Eropa seperti Inggris dan Italia telah dilaporkan. Meskipundigambarkan
dalam subyek semua asal-usul etnis, insiden tertinggi KD pada orang Asiaatau
keturunan Asia. Di Jepang, insiden tersebut diperkirakan melebihi 1 000 / 1 jutausia di
bawah 5 tahun. Di Amerika Serikat 1,6 5,6 kasus (pada epidemi 13,5 16,4 kasus per
100.000 anak). Pada umur kurang dari 8 tahun, ternyata anak Amerika Asia lebih
sering
diserang
daripada
anak
kulit
hutam
(3:1).
Penyakit
ini
banyak
2.3 Etiologi
Hingga saat ini penyebab pasti belum dapat diketahui, meskipun gambaran klinis,
laboratorium, epidemiologi mengarah kepada penyakit infeksi. 1,2 Diduga penyakit ini dipicu
oleh gangguan imun yang didahului oleh proses infeksi.4 Namun demikian, reaksi
Infeksi
Keistimewaan penyakit Kawasaki ini berhubungan dengan penyebab infeksi
dimana berdasarkan epidemiologi selalu terjadi pada akhir musim dingin dan musim
semi denganinterval 3 tahun dan peyebaran berdasarkan letak geografis, dapat sembuh
sendiri secaraalami,dan dengan ciri-ciri demam, adenopati, dan tanda klinis di mata.
Penyakit Kawasaki jarangterjadi
pada
bayi
yang
berumur
<4
bulan,
Mycoplasma pneumoniae
Klebsiella pneumonia bacteremia
Adenovirus
Cytomegalovirus
Parainfluenza type 3 virus
Rotavirus infection
Measles
Epstein-Barr virus
Human lymphotropic virus infection
Mite-associated bacteria
Tick-borne diseases
Rickettsia species
Propionibacterium acnes
Faktor Genetik
Predileksi genetik pada penyakit Kawasaki sudah lama diduga. Saudara kandung
dari penderita Kawasaki memiliki kemungkinan menderita penyakit Kawasaki di
kemudian hari 10-20 kali dibandingkan populasi secara umum, dan anak-anak di
Jepang dengan orang tua yangmenderita penyakit Kawasaki akan memunculkan gejala
yang lebih berat dan kemungkinanuntuk rekuren lebih besar. Kemungkinan penyakit
Kawasaki pada saudara kembar adalah 13%.
2.4
Patogenesis
Penyebab pasti pada penyakit Kawasaki belum diketahui. Rowley et al. menemukan
antibody Immunoglobulin A (IgA) yang berikatan dengan struktur spheroid pada
bronkhus penderita kawasaki. Antibody ini merupakan inclusion bodies berisi protein
dan asam nukleat yang merupakan ciri khas infeksi disebabkan virus. Dari hasil
temuan ini mereka menduga penyebab Kawasaki disease adalah infeksi virus yang
masuk melalui saluran pernapasan.9
Terbentuknya arteritis koroner dimulai sebagai disosiasi edema dari media tunika 6-8
hari setelah onset penyakit Kawasaki. Sekitar hari ke-10, limfosit dan makrofag
menginfiltrasi kedalam dinding arteri dari sisi luminal sampai ke tunika adventisia dan
membentuk peradangan pada semua lapisan. Peradangan menyebar sepenuhnya di
arteri dan menyebabkan kerusakan danterjadi dilatasi arteri. Aneurisma berkembang
pada hari ke-12 setelah onset dimana kerusakan terjadi sangat parah. Pusaran darah
pada aneurisma mempermudah terbentuknya trombus. Infiltrasi dari sel inflamasi
berlanjut sampai sekitar hari ke-25 dari penyakit, setelah sel-selinflamasi menurun
secara bertahap dalam jumlah dan hampir sepenuhnya hilang oleh sekitar hari ke-40
dari onset penyakit.9
2.5
Manifestasi Klinis
Sebagian anak yang terjangkit baru menunjukkan gejala Kawasaki yang khas setelah
demam tinggi 5 hari. Tetapi ada petunjuk gejala inti yang bisa dipakai sebagai
pegangan untuk secara dini mencurigai anak terpapar infeksi ini.
Gambar 2. bayi dengan penyakit kawasaki dengan ruam eritematosa Sumber :PEDIATRICS
Vol. 114 No. 6 December 2004)
2.6 Diagnosis
Tidak ada pemeriksaan khusus yang dapat dijadikan patokan diagnosis pasti Kawasaki
disease. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria berikut berikut:
PEMERIKSAAN FISIK
Lesi kulit
a .
Fase I
Lesi muncul 1 sampai 3 hari setelah onset demam. Durasi rata-rata 12 hari.
Hampir semua kelainan mukokutan terjadi selama fase ini.8
Eksantema
Eksantema adalah kelainan pada kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat, dan
tidak berlangsung lama, umumnya didahului oleh demam.Eritema biasanya pertama
kali dicatat pada telapak tangan atau telapak kaki, menyebar untuk melibatkan tubuh
dan ekstremitas dalam waktu 2 hari. Lesi Pertama yaitu berbentuk makula eritematosa,
lesi membesar dan menjadi lebih banyak. Tipe urtikaria adalah tipe lesiyang paling
Kelainan Mukosa
Pada Bulbar konjungtiva yaitu terjadi dilatasi pembuluh darah bilateral (injeksi
konjungtiva), terjadi 2 hari setelah timbulnya demam, durasi dapat 1 sampai 3
minggu(sepanjang perjalanan demam). Pada bibir, bibir tampak merah, kering, pecahpecah, kerak hemoragik, berlangsung 1 sampai 3 minggu. Pada orofaring terlihat
eritema difus, dan pada lidah terlihat gambaran " strawberry tongue" yaitu terdapat
eritema dan tonjolan papila lidah.8
a.
Fase II
Deskuamasi sangat khas, mengikuti resolusi eksantema. Deskuamasi jari dan
kaki biasanya dimulai di daerah periungual dalam waktu 2 sampai 3 minggu setelah
timbulnyademam dan dapat memperpanjang untuk memasukkan telapak tangan dan
telapak kaki.8,10
b.
Fase III
Sekitar 1 sampai 2 bulan setelah onset demam, melintang alur yang dalam di seluruh
kuku, yang dikenal dengan garis Beau.10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis merupakan pemeriksaan laboratorium yang khas selama fase akut,
dengan gambaran dominan granulosit matur dan imatur. Kurang lebih 50% memiliki
nilai leukositmelebihi 15.000/mm3, leukopeni jarang terjadi. Anemia sering ditemukan
pada penyakit Kawasaki dengan morfologi sel darah merah yang normal. Anemia
hemolitik berat memerlukan tranfusi, dan biasanya berhubungan dengan infus
intravena imunoglobulin.10 Peningkatan Laju Endap Darah (LED) dan CRP ditemukan
pada penyakit Kawasaki, biasanya kembali normal 6 sampai 10 minggu setelah
serangan dari penyakit. Namun perlu diingat bahwa peningkatan LED tanpa
peningkatan CRP dapat terjadi karena terapi imonoglobulin, sehingga penilaian LED
tidak dianjurkan pada pasien yang mendapatkan terapi imunoglobulin. Pada fase lanjut
ditemukantrombositosis antara 500.000 sampai 1 juta/mm3. biasanya timbul pada
minggu kedua, danmencapai puncaknya pada minggu ketiga dan kembali normal pada
minggu 4 sampai 8 setelah serangan pada kasus tanpa komplikasi.9
tinggi. Magnetic
Resonance
Imaging
(MRI),
Magnetic
Resonance
2.7
Tatalaksana
Penatalaksanaan Umum
Penderita penyakit Kawasaki yang sudah tegak diagnosis harus dirawat di rumah sakit
dengan tujuan untuk observasi, monitoring fungsi jantung, dan tatalaksana manifestasi
sistemik.
Penatalaksaan Khusus
1 . Penatalaksanaan Sistemik
Aspirin
Diberikan
dengan
dosis
80
mg/kgBB/hari
dibagi
dalam
dosis.
Lama
pemberianaspirin bervariasi, aspirin dapat diberikan sampai bebas demam selama 4872 jam, tetapi beberapa ahli memberikan sampai hari ke-14 dan demam sudah turun
selama 48-72 jam. Aspirin dosis tinggi diberikan untuk memperoleh efek antiinflamasi
selain efek antitrombosis
-
Imunoglobulin intravena
Diberikan dengan dosis tunggal sebanyak 2 g/kgBB selama 8-12 jam. Imunoglobulin
intravena diberikan pertama kali pada penderita Kawasaki padatahun 1984, tetapi
mekanisme pasti IGIV pada penyakit Kawasaki belum jelas, diduga sebagai antibodi
bagi agen infeksi, toksin, memblokade reseptor Fc, mempercepat pembersihan
fragmen komplemen, mengganggu kelarutan kompleks imun, meningkatkan sel T
supresor, menghambat pembentukan sitokin,serta menginduksi apoptosis limfosit dan
neutrofil. Efek samping bervariasi padasetiap individu, efek paling sering biasanya
pusing.
Sebanyak
85-95%
penderita
berespons
terhadap
kombinasi
ini,
penderita
kemudianmasuk pada tahap terapi di luar fase akut, yaitu pemberian aspirin dosis
rendah 3-5 mg/kgBB diberikan sekali sehari selama 6-8 minggu. Pada keadaan tidak
terjadi respons, maka penderita masuk ke dalam tatalaksana kegagalan terapi fase
akut.Tatalaksana kegagalan terapi dapat diberikan dosis IGIV kedua, kortikosteroid,
atau antibodi monoklonal.
-
Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan terapi utama pada penyakit vaskulitis, sehingga secara logis
dapat juga berperan pada penyakit Kawasaki, tetapi pada kenyataannya penggunaan
kortikosteroid pada terapi fase awal penyakit Kawasaki masih kontroversi. Penelitian
awal tentang kortikosteroid menunjukkan pemberian prednisolon oral dengan dosis 23 mg/ kgBB/hari selama dua minggu dilanjutkan dengan 1,5 mg/kgBB/hari selama dua
minggu, maka insidensi aneurisma arterikoroner menurun. Kortikosteroid dapat
menurunkan insidensi aneurisma arteri koroner jika dikombinasikan dengan aspirin,
tetapi penelitian tambahan masih dibutuhkan untuk meneliti kapan kortikosteroid
dapat diberikan pada kombinasi IGIV dan aspirin. Saat ini kortikosteroid hanya
diberikan bila penyakit Kawasakitidak berespons pada pemberian kombinasi IGIV dan
aspirin.
Pemberian kombinasi IGIV dan aspirin di atas hari ke-10 bukan merupakan suatu
kontraindikasi atau dianggap menjadi kurang efektif. Kombinasi ini dapat
diberikan pada penderita dengan demam persisten tanpa diketahui sebab lain atau
aneurismaatau inflamasi yang terus berjalan, ditandai dengan LED atau CRP yang
meningkat.Pada suatu penelitian dilaporkan penggunaan IGIV pada anak penyakit
Kawasaki disertai aneurisma arteri koroner yang diberikan pada hari sakit ke-17, tetap
menunjukkan perbaikan aneurisma saat dilakukan ekokardiografi. Setelah terapi IGIV,
penggunaan
kortikosteroid
ini
sama
baiknya
dengan
pemberian
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang ditakutkan adalah kelainan jantung, antara lain : dapat menyebabkan
peradangan pembuluh darah (vasculitis) yang akhirnya menyebabkankelainan pada artery
coronary . Artery coronary merupakan pembuluh darah besar yang sangat penting
untuk mensuplai darah dari jantung ke seluruh tubuh. Pada penderita kawasaki, arteri
ini menjadi menipis dan menggelembung, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar,
lambat dan berputar pada daerah yang rusak ini. Darah juga bisa menggupal sehingga
terbentuk bekuan-bekuan darah yang dapat menjadi sumbatansehingga terjadi
serangan jantung. Komplikasi yang lain terjadi juga peradangan padaotot jantung
(myocarditis), selaput pembungkus jantung (pericarditis), arrhytmias (kelainan irama
jantung) dan abnormalitas fungsi katup jantung juga dapat terjadi.8
BAB III
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
1.
2.
Fever,
Endocarditis
and
Kawasaki
disease.
Council
of
4.
5.
6.
Naskah Dalam Jurnal :Candra K. Siregar, Kelainan Jantung Pada Penyakit Kawasaki,
Lembaga EmuKesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/ RS
UjungPandang, Ujung Pandang. Hal : 38-40, Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 2004
7.
8.
Scheinfeld SN, ND, JD, FAAD. Kawasaki Disease; 2012 [Cited 2012 Dec 09].
Availablefrom :http://emedicine.medscape.com/article/965367-overview#showall .
9.
10.