Anda di halaman 1dari 108

Batuk Kronik Berulang Suspek

Alergi

Disusun oleh:
R. Novi Nurnita Sari

Pembimbing :
dr. Maria Ulfah Sp.A

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Batuk Kronik Berulang


Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan
Dokter Anak Indonesia (UKK Respirologi
IDAI), batuk kronik berulang (BKB) yaitu
batuk yang berlangsung lebih dari atau
sama dengan 2 minggu dan/atau
berlangsung 3 episode dalam 3 bulan
berturut-turut.

Etiologi

Definisi Alergi
Alergi berasal dari kata allos yang berarti suatu
penyimpangan atau perubahan dari cara semula atau cara
biasa. Benda asing yang masuk ke tubuh dan menyebabkan
perubahan reaksi tersebut, dinamakan allergen
(Dian.H.Mahdi,1993).

Alergi merupakan suatu perubahan reaksi (menyimpang)


dari tubuh seseorang terhadap lingkungan berkaitan
dengan peningkatan kadar immunoglobulin (Ig)E, suatu
mekanisme sistem imun (Retno W.Soebaryo,2002)

Continue..
Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak tepat dan
seringkali membahayakan terhadap substansi yang
biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi merupakan
manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi
antara antigen dan antibodi (Brunner & Suddarth, 2002).

Alergi adalah reaksi hipersensitivitas yang diinisiasi oleh


mekanisme imunologis spesifik yang diperantarai oleh
Imunoglobulin E (IgE).

Prevalensi
Dari penelitian yang di lakukan di Kelurahan Utan Kayu Jakarta
pusat didapatkan 25.5% anak yang menderita alergi

urtikaria
4,5%.

dermatitis
atopik
4,9%

rinitis
alergika
9,0 %
asma
6,9%

Klafikasi Alergi

Reaksi Hipersensitivitas Tipe I


Proses aktivasi sel mast terjadi bila
IgE atau reseptor spesifik yang lain
pada permukaan sel mengikat
anafilaktoksin, antigen lengkap atau
kompleks kovalen hapten-protein.
Proses
aktivasi
ini
akan
membebaskan berbagai mediator
peradangan yang menimbulkan
gejala alergi pada penderita,
misalnya reaksi anafilaktik terhadap
penicilin atau gejala rinitis alergik
akibat reaksi sebuk bunga

Gambar 5. Patofisiologi reaksi hipersensitivitas tipe I

Gambar 6. Efek mediator penyakit alergi (hipersensitivitas tipe I)

Tabel 5. Penyakit-penyakit reaksi hipersensitivitas tipe 1

Reaksi Hipersensitivitas Tipe II


Antibodi (IgG atau IgM) mengikat
secara langsung terhadap antigen
target pada permukaan sel atau
matriks
ekstraseluler
yang
mengakibatkan lisis sel dan aktivasi
sel-sel radang mengakibatkan sel
lisis dan terjadi inflamasi

Reaksi Hipersensitivitas Tipe III


Beredar kompleks imun yang
terdiri dari antigen dan antibodi
spesifik melekat dinding
pembuluh darah, menarik sel
inflamasi dan mengaktifkan
sistem pelengkap,
mengakibatkan lisis dan
peradangan.

Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV


Pada penyakit yang
diperantarai oleh sel T (T
cell-mediated), kerusakan
jaringan dapat disebabkan
oleh reaksi hipersensitivitas
tipe lambat yang
diperantarai oleh sel CD4+
atau sel lisis oleh CD8+ CTLS.

Anafilaksis

Anafilaksis, merupakan reaksi


hipersensitivitas generalisata atau sistemik
yang berat, mengancam kehidupan.

Urtikaria-Angioedema
Urtikaria (kaligata, gidu, nettle-rash, hives), adalah erupsi
kulit yang menimbulkan (wheal) berbatas tegas, berwarna
merah, lebih pucat pada bagian tengah, dan memucat bila
ditekan, disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung
secara akut, kronik atau berulang.
Angioedema (giant urticaria, angioneurotic edema,
quinckes edema) adalah sebuah lesi yang sama dengan
urtikaria tetapi pada angioedema meliputi jaringan
subkutan yang lebih dalam, tidak disertai dengan rasa gatal,
namun biasanya disertai rasa nyeri dan terbakar.

Gambar 11. Urtikaria Angioedema

Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang


paling sering dijumpai pada bayi dan anak,
ditandai dengan reaksi inflamasi pada kulit
dan didasari oleh faktor herediter dan
lingkungan.

Makanan

Faktor
resiko
DA
Infeksi
kulit

Alergen
hidup

Tiga bentuk klinis dermatitis atopik

bentuk infantil
bentuk anak
bentuk dewasa.

Gambar 12. Dermatitis Atopik

Rinitis Alergik
peradangan sinus karena reaksi alergi terhadap
alergen seperti serbuk sari, tungau, debu, atau bulu hewan
peliharaan. Gejalanya adalah hidung berlendir, tersumbat,
bersin, dan gatal.

Gejala rinitis alergik dapat dicetuskan oleh berbagai faktor,


diantaranya adalah pajanan udara dingin, debu, uap, bau, cat,
polusi udara, tinta cetak, bau masakan, bubuk detergen, serta
bau minuman beralkohol.

Continue..

Gambar 13. Tanda Salut

Definisi Asma
Global Initiative for Atsma (GINA) mendefinisikan asma sebagai
gangguan inflamasi kronik saluran napas yang disertai oleh
peranan berbagai sel khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit
T.

Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) asma adalah mengi


berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai
berikut : timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini
hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta terdapat
riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya.

Prevalensi

Jenis
kelamin
Infeksi
respiratorik

Outdoor air
pollution

usia

Faktor
Resiko

Asap rokok

Riwayat
atopi

lingkungan

RAS

Patogenesis dan patofisiologi Asma


Ikatan antara sel dan IgE mengawali reaksi
biokimia serial yang menghasilkan sekresi
mediator-mediator seperti histamin, proteolitik,
enzim glikolitik, heparin serta mediator newly
generated seperti prostaglandin, leukotrien,
adenosin, oksigen reaktif.

Bersama-sama dengan mediator,


otot polos saluran respiratori
menstimulasi saraf aferen,
hipersekresi mukus, vasodilatasi,
dan kebocoran mikrovaskular.

Continue..
Akibat inflamasi akan menyebabkan air
remodeling (AR)

Continue..
Konsekuensi Klinis Remodeling saluran
respiratori

Continue..

Klasifikasi Pedoman Nasional Asma


Anak Indonesia

Asma episodik
jarang

Asma episodik
sering

(asma ringan)

(asma sedang)

Asma
persisten
(asma berat)

Manifestasi Klinis

Anamnesis

Pemeriksaan
fisik

Eksaserbasi

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fungsi
paru

Pemeriksaan
hiperaktivitas
saluran napas

Pengukuran
pertanda inflamasi
saluran napas noninvasif

Penilaian status
alergi

Penyakit Alergi pada Konjungtiva dan Kornea


Konjungtivitis Vernalis
Etiologi
Adalah alergen lingkungan seperti debu rumah, tungau debu rumah,
serpihan binatang peliharaan, dan makanan.
Manifestasi klinis
Terdapat 2 bentuk konjungtivitis vernalis, yaitu bentuk palpebra dan
limbus. Bentuk palpebra mengenai konjungtiva tarsalis palpebra superior
dangan gambaran mata mucin dengan banyak papil disebut Giant papillae
(coblestone). Bentuk limbus menunjukan hipertrofi ppail gelatin yang
sering tampak sebagai bintik-bintik kapur putih yang berisi sel eosinofil
disebut sebagai Tranta. Epitel kornea dapat lepas atau dapat menimbulkan
ulkus kornea.

Penyakit Alergi pada Konjungtiva dan Kornea


Keratokonjungtivitis Atopik
Etiologi
Adalah alergen lingkungan seperti debu rumah, tungau debu rumah,
serpihan binatang peliharaan, dan makanan.
Manifestasi Klinis
Penyakit ini adalah menahun dan mengenai kedua belah mata dengan
rasa sakit dan rasa terbakar yang hebat. Pada penyakit yang berat tampak
serat benang mukopurulen dikonjungtiva. Kelopak mata menebal dengan
indurasi dan likenifikasi, kadangkala terdapat perlengketan jaringan oarut
antara bola mata dengan kelopak mata.

Alergi Makanan
Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang
menyimpang sebagian besar reaksi ini melalui reaksi
hipesensitivitas tipe I.

Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan,


yaitu faktor genetik, imaturitas usus, dan pajanan
alergen, yang kadang-kadang memerlukan suatu faktor
pencetus.

Continue..
Berbagai jenis makanan yang menimbulkan alergi pada anak dapat digolongkan
menurut kekerapannya dalam menimbulkan reaksi, adalah sebagai berikut :

Golongan makanan yang paling sering menimbulkan


alergi adalah susu sapi/kambing, telur, kacang tanah, nuts,
ikan laut, kedelai dan gandum.

Golongan makanan yang relatif jarang menimbulkan


alergi adalah daging ayam, daging sapi, kentang, coklat,
jagung, nasi, jeruk dan bahan aditif makanan.

Contoh jenis makanan penyebab alergi

Manifestasi Klinis
Saluran cerna, Gejala klinis berupa gatal pada bibir,
mulut, faring; sembab tenggorok, mual-muntah,
nyeri perut, kembung, mencret, perdarahn usus,
protein-losing enteropathy.

Saluran napas, Gejala klinisnya adalah rinitis, asma


bronkial, atau batuk kronik berulang. Kulit,
urtikaria, sembab Quincke, atau dermatitis atopik.

Kardiovaskular, renjatan anafilaksis.

Pengobatan

Kromolin, nedokromil
Glukokortikoid
Agonis beta adrenergik
Metil xantin
Antagonis kolinergik (muskarinik)
Antagonis leukotrien
Antagonis reseptor H1

Alergi Susu Sapi


Alergi susu sapi adalah suatu penyakit
yang berdasarkan reaksi imunologis
yang timbul sebagai akibat pemberian
susu sapi atau makanan yang
mengandung susu sapi dan reaksi ini
dapat terjadi segera atau lambat.

Manifestasi Klinis
Kulit : urtikaria, kemerahan kulit, pruritus,
dermatitis atopik

Saluran napas : hidung terseumbat,


rinitis, batuk berulang dan asma.

Saluran cerna : muntah, kolik, konstipasi,


diare, buang air besar berdarah.

Klasifikasi
IgE Mediated, yaitu Alergi susu sapi yang diperantarai
oleh IgE. Gejala klinis timbul dalam waktu 30 menit
sampai 1 jam (sangat jarang > 2 jam) setelah
mengonsumsi protein susu sapi.
Non- IgE Mediated, yaitu Alergi susu sapi yang tidak
diperantarai oleh IgE, tetapi diperantarai oleh IgG dan
IgM. Gejala klinis timbul lebih lambat (1-3 jam) setelah
mengkonsumsi protein susu sapi.

Penatalaksanaan
Eliminasi susu sapi direncanakan selama 6-18 bulan.
Bila gejala menghilang dapat dicoba provokasi
setelah eliminasi 6 bulan. Bila gejala tidak timbul lagi
berarti anak sudah toleran dan susu sapi dapat
diberikan kembali. bila gejala timbul kembali maka
eliminasi dilanjutkan kembali sampai 1 tahun dan
seterusnya. Umumnya bayi akan toleran pada usia 2
tahun.

Pencegahan
Primer

Sekunder
Tersier

Kontrol lingkungan
& makanan

Pemeriksaan
laboratorium

Medikamentosa
Terapi Dasar
Penyakit Alergi

Pemeriksaan
penunjang klinis

Imunoterapi

Pemeriksaan Penunjang Klinis

Uji kulit terhadap alergen


Uji fungsi paru
Uji provokasi bronkial
Uji provokasi obat
Uji provokasi makanan
Uji eliminasi dan provokasi susu sapi
Uji kulit tipe terlambat

BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN

IDENTITAS ORANG TUA

Nama : An. M. F
Umur : 1 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki ()
Pendidikan: Belum bersekolah
Nomor Rekam Medis : 14. 11. 78
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 29
November 2012, Pukul 13.45 WIB

Nama Ayah : Tn. S


Pekerjaan/Pangkat : Guru SMA
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. E
Pekerjaan/Pangkat : Honor Rs.
Moh. Ridwan Meuraksa
Suku bangsa : Minang
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Kebon Pala I Rt
02/07 Kelurahan Kebon Pala,
Kecamatan Jatinegara, JakartaTimur

ANAMNESIS

Keluhan
Utama

Keluhan
Tambahan

Demam sejak tadi pagi


pukul 04.00 WIB (29
November 2012)

Batuk berdahak sejak 4


hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang


H3

26- 11 12
Batuk (+), pilek (+), demam
(-)

Pasien datang ke Rumah Sakit


29 11 2012
Demam (+), demam semakin malam semakin
demam, kejang (-), penurunan kesadaran (-), mengigil
(+), Batuk (+) 4 hari yang lalu, dahak (+), warna
dahak kekuningan, bau (-), berdarah
(-), suara mengi (-),keringat dingin malam hari (+),
disertai muntah (+), nafsu makan menurun (+),
penurunan BB (+), BAB cair (+) tanpa lendir, tidak
berbau, tidak berdarah, BAK T.a.k, riwayat atopik (+),
sudah berobat tapi tidak ada perubahan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Batuk berulang

Diare

Alergi susu sapi ,


ketika minum susu
sapi pasien akan
mengalami kemerahan
pada kulitnya

Riwayat Penyakit Keluarga


Ayah batuk lama
namun ayahnya tidak
ingin berobat,
merokok disangkal.

Kakak pertama
Riwayat TB dengan
pengobatan 6 bulan.

Nenek (ibunya)
Riwayat Atsma

Kakek (ibunya)
Riwayat Hipertensi

Riwayat Pengobatan

Pasien berobat sebelumnya pada tanggal 26


November 2012 dengan obat yang
diberikan:
Neosma syrup 3 x 1 cth, Tropigesic 3 x 1
cth, puyer (Amoksilin, Ambroxol, Ctm) 3 x
1 bungkus, namun tidak ada perubahan.

Keluhan Lain yang tidak berhubungan


dengan penyakit sekarang

Nafsu makan berkurang dan BAB


cair.

Riwayat Kehamilan
Riwayat Kehamilan : G3P3A0
Perawatan antenatal : Perawaran
antenatal dilakukan secara rutin
Tempat lahir : Rs. Moh. Ridwan
Meuraksa
Ditolong oleh : Dokter
Cara persalinan : SC
Berat badan lahir : 2.500 gram
Panjang badan lahir : 45 cm
Usia gestasi : 39 40 minggu
Keadaan bayi saat lahir : Gerak
aktif, menangis kuat
Kelainan bawaan : Tidak ada
Anak ke : 3 dari 3 bersaudara

Riwayat Pertumbuhan
Pertumbuhan Gigi I: 6 bulan
Psikomotor :

tengkurap : 3,5 bulan


duduk : 8 bulan
Berdiri : 1 tahun 1 bulan
bicara : 1 tahun 4 bulan
Berjalan : 1 tahun 4 bulan

Gangguan perkembangan:
tidak ada

Riwayat Makanan
Keterangan : sampai saat ini belum bisa makan nasi

Continue..
Susu, merk,dan takaran :
Susu Soya, 12 kali/hari, dengan air 120 ml
ditambah susu 3 sendok takar.
Kesulitan makanan bila ada :
Pasien terdapat kesulitan makan terutama jika makan
nasi dan ketika pasien sedang sakit seperti saat ini.
Kesan (pola, kualitas & kuantitas):
Pola makan kurang baik, kuantitas dan kualitas
kurang baik.

Riwayat Imunisasi

BCG : 1 x ,
setelah lahir

DPT : Lengkap

Campak :
Lengkap

Polio : Lengkap

Hepatitis B :
Lengkap

Kesan : Imunisasi dasar lengkap, imunisasi ulangan


untuk DPT, Polio belum dilakukan dikarenakan usia anak
masih 1 tahun 7 bulan.

Riwayat Keluarga

Continue..
Anggota lain yang serumah:
Tidak ada, dirumah hanya dengan ayah, ibu, kakak pertama,
sedangkan kakak keduanya tinggal bersama nenek (ayah).
Masalah dalam keluarga :
Lingkungan tempat tinggal pemukiman padat, rawan banjir
dan pemukiman padat.

Perumahan :
Perumahan dipemukiman padat

Continue..
Keadaan rumah :
Pasien tinggal pemukiman padat dekat dengan
kali jatinegara. Pasien tinggal disebuah
kontrakan 3 petak, dengan pembagian ruangan,
1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga, 1 kamar
tidur, 1 ruang dapur, 1 kamar mandi.

Diruang tamu terdapat jendela namun tidak bisa


dibuka dan tidak ada ventilasi dan juga terdapat
pintu yang merupakan akses keluar masuk.
Dikamar terdapat pintu dan hanya terdapat
lubang udara namun tidak terdapat jendela,
sedangkan didapur terdapat lubang angin tidak
terdapat pintu dan tidak terdapat jendela.
Ilustrasi Gambaran
Rumah Pasien

Continue..
Daerah lingkungan :
Daerah lingkungan pemukiman padat
Sumber Air Lingkungan :
Sumber air PDAM dan juga Sanyo
Sumber Air lain :
Sumber air lain Minuman Kemasan yang digunakan
untuk minum sehari-hari, biasanya keluarga pasien
menghaiskan 8 galon/ bulan.

Data Orang Tua

Pemeriksaan Fisik

Berat badan sekarang


Berat badan sebelum sakit
Tinggi badan
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
Suhu tubuh
Dispneu
Turgor
Sianosis
Ikterik

:8 kg
:10 kg
:80 cm
:100 x / menit
: 44 x / menit
: 38,6 0 C
:: kembali cepat
::-

Continue..
Keadaan Umum
Keadaan sakit
Kesadaran
Gizi

Kepala
Bentuk kepala
Rambut

: Tampak sakit sedang


: Composmentis
: Kesan anak mengalami
kurang gizi yang berat (kurus)

: Normocephal, deformitas (-)


: Hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut
Ubun-ubun besar : Menutup sempurna

Continue..

Mata
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Cekung
Air mata

: Oedem -/: Anemis -/: Ikterik -/: Tidak cekung


: +/+

Telinga
Serumen
Liang
Gendang

: Tidak ada
: Tampak lapang
: Tampak intak

Continue..

Hidung
Septum deviasi
Sekret

: Tidak ada
: Sekret -/-

Mulut
Bibir
Lidah
Tonsil
Faring

: Mukosa bibir kering


: Coated tongue (-), lidah hiperemis (-)
: T1 - T1 tenang
: Hiperemis (+), sekret (+)

Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Continue..

Thorax
Paru :
Inspeksi : Pergerakan dada simetris dalam keadaan statis
dan dinamis pada kedua lapang paru, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, kanan = kiri
Auskultasi : Suara nafas vesikuler , Rh -/-, Wh -/ Jantung :
Inpeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Continue..
Abdomen
Inspeksi
: Datar, simetris
Palpasi
: Supel, nyeri tekan epigastrium (-), turgor
baik, ascites (-)
Hepar
: Tidak teraba pembesaran
Lien
: Tidak teraba pembesaran
Perkusi
: Timpani pada seluruh lapang abdomen,
nyeri ketok (-)
Auskultasi : Bising usus (+) N

Continue..
Genitalia
Laki-laki, tidak ada kelainan

Ekstremitas
Akral hangat, edema (-) dan cyanosis (-),

Continue..
Refleks fisiologis

Refleks patologis

Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap 29 November 2012
Hb
: 12, 1 g/dL
Ht
: 36 %
Trombosit
: 397.000 /uL
Leukosit
: 22.000 /uL
LED
:6
Hitung jenis leukosit :
Basofil : Eosinofil : 3
Stab
:Segmen : 65
Limposit : 33
Monosit : -

Kesan :
Peningkatan
leukosit
(leukositosis)

Continue..
Pemeriksaan Test Mountox 29 November 2012
Hasil test (1 Desember 2012) negatif
Pemeriksaan Foto Thorax
Kesan : Minimal infiltrat paru kiri, Cor normal.

Continue..

Gambar 1. Hasil Foto Thorax

PENGOBATAN YANG DIBERIKAN WAKTU


MASUK
Infus RL 20 tpm
Ventolin amp + NaCl 3% (Jika tidak ada NaCl
Fisiologi)
Neosma syrup 3 x 1 cth
Tropigesic 3 x 1 cth
Puyer (Amoksilin, Ambroxol, Ctm) 3 x 1 bungkus
Bubur biasa
Edukasi orang tua

Resume
Pasien datang ke Poli Anak dengan keluhan demam (+)
sejak tadi pagi pukul 04.00 WIB. Demam mendekati sore
ataupun malam semakin demam, menggigil (+), kejang
(-), penurunan kesadran (-). Batuk (+) , batuknya 4 hari
yang lalu dan sering berulang. Dahak (+), warna dahak
kekuningan, bau (-), berdarah (-), suara mengi (-),
keringat dingin pada malam (+), nafsu makan menurun,
penurunan BB (+), muntah (+) ketika batuk, napas cepat
(+) , BAB cair, pagi ini sudah 2 x BAB dengan
konsistensi cair disertai ampas, tidak berlendir, tidak
berbau, tidak berdarah. Sudah berobat namun tidak ada
perubahan. Riwayat atopik dalam keluarga (+)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan sakit : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Composmentis
Frekuensi nadi : 100 x / menit
Frekuensi nafas : 44 x / menit
Suhu tubuh : 38,6 0 C

Continue..
Berat badan sekarang : 8 kg
Berat badan sebelum sakit : 10 kg
Gizi : Kesan anak mengalami kurang gizi yang berat
(kurus)
Mulut : Mukosa bibir kering, lidah kotor (-), lidah
hiperemis (-), Tonsil T1-T1 tenang, faring hiperemis
(+) dan sekret (+).
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

Continue..
Paru :
Inspeksi : Pergerakan dada simetris dalam
keadaan statis dan dinamis pada kedua lapang
paru, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, kanan =
kiri
Auskultasi : Suara nafas vesikuler , Rh -/-, Wh -/-

Continue..
Jantung

Inpeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Ictus cordis tidak terlihat


: Ictus cordis tidak teraba
: Batas jantung dalam batas normal
: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Continue..
Abdomen :
Inspeksi : Datar, simetris
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-), turgor baik, ascites
(-).
Hepar : Tidak teraba pembesaran
Lien : Tidak teraba pembesaran
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen, nyeri ketok
(-)
Auskultasi : Bising usus (+) N

Continue..
Genitalia : Laki-laki, tidak ada kelainan
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) dan
cyanosis (-)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Lekositosis
Pemeriksaan Test Mountox 29 November 2012
Hasil test (1 Desember 2012) negatif
Pemeriksaan Foto Thorax
Kesan : Minimal infiltrat paru kiri, Cor normal.

Diagnosis

Diagnosis

Diagnosis
Banding

Batuk kronik
berulang susp.
alergi
Tuberkulosis Paru

PENGOBATAN YANG DIBERIKAN WAKTU


MASUK
Infus RL 20 tpm
Ventolin amp + NaCl 3% (Jika tidak ada NaCl
Fisiologi)
Neosma syrup 3 x 1 cth
Tropigesic 3 x 1 cth
Puyer (Amoksilin, Ambroxol, Ctm) 3 x 1 bungkus
Bubur biasa
Edukasi orang tua

Prognosis
Quo ad Vitam
: ad bonam
Quo ad Functionam : ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW-UP
H+1

H+2

H+3

H+4

1 12 12

2 12 -12

3 12 12

Demam (-), batuk


berkurang, dahak
(+), muntah (+),
BAB t.a.k, BAK t.a.k

Demam (-), dahak


berkurang. Muntah
(+), BAB t.a.k, BAK
t.a.k

Demam (+), batuk


berkurang (-),
dahak berkurang,
muntah (-)

30 11 12
Demam (+), batuk
(+), dahak (+), rasa
ingin muntah (+),
muntah (-), BAB
belum pagi ini, BAK
T.a.k

Boleh Pulang

Suhu selama perawatan

Frekuensi napas selama perawatan

Nadi selama perawatan

BAB III
ANALISA KASUS

Anamnesis
Batuk, batuknya 4 hari yang lalu, dan berulang,
Batuk meningkat pada malam hari, menurut sang
ibu nafas pasien terlihat cepat, Riwayat alergi
dirumahnya (+)

Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala dari alergi


yang merupakan patofisiologi yang terjadi pada
asma. Dimana faktor atopi diperkirakan memberi
kontribusi pada 40% pasien asma anak dan dewasa.

Pemeriksaan Fisik
Faring hiperemis, sekret (+), Batuk tidak
disertai pilek, Tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening

Hal ini menadakan tanda dan gejala dari alergi


yang merupakan patofisologi yang terjadi pada
asma bukan karena tuberkulosis paru.

Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan hasil pemeriksaan
Laboratorium, kesan : Leukositosis
Berdasarkan test mauntoux (-) Foto
thorax, Kesan : Minimal infiltrat
paru kiri, cor normal

Continue..
Hal ini menandakan bahwa batuk
disebabkan oleh adanya infeksi yang
mengarah infeksi bakteri yang menjadi
faktor pencetus alergi, dan bahwa batuk
yang berulang bukan disebabkan oleh
tuberkulosis paru, karena uji tuberkulin
sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90%.

Penatalaksanaan
Infus RL 20 tpm, Ventolin amp + NaCl 3% (Jika
tidak ada NaCl Fisiologi), Neosma syrup 3 x 1 cth,
Tropigesic 3 x 1 cth, Puyer (Amoksilin, Ambroxol,
Ctm) 3 x 1 bungkus, Bubur biasa, Edukasi orang tua.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai