Tahun 2641 SM Raja Menes, seorang Pharao meninggal mendadak tidak lama
setelah disengat tawon. Tahun 1902, Richet dan Portier menemukan fenomena
yang sama, mereka menginjeksi anjing dengan ekstrak anemon laut, setelah
beberapa lama diinjeksi ulang dengan ekstrak yang sama anjing itu mendadak
mati. Fenomena ini mereka sebut aldquo yang berarti anaphylaxis. Jika seseorang
sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi terhadap antigen
oleh belum jelasnya definisi dari sindrom itu sendiri. Anafilaksis yang fatal relatif
kematian. Bentuk yang lebih ringan lebih sering terjadi. Insidensi anafilaksis di
Amerika Serikat per tahun diperkirakan 30 kasus per 100.000 orang per tahun
(81.000 kasus per tahun). Suatu survey di Australia menyebutkan 0,59% dari
(Sampson, 2004).
terjadi pada anak-anak dan remaja. Sampai usia 15 tahun, predileksinya adalah
pada laki-laki, namun setelah usia 15 tahun, predileksinya pada wanita. Terdapat
kecenderungan perbedaan faktor pencetus pada kelompok usia yang berbeda-
beda, sebagai contoh, anafilaksis fatal yang dicetuskan oleh makanan puncaknya
terjadi pada remaja dan dewasa muda, sedangkan anafilaksis fatal yang dicetuskan
oleh sengatan serangga, zat-zat yang digunakan untuk diagnostik, dan obat-obatan
terjadi terutama pada usia pertengahan dan dewasa lanjut (Sampson, 2004).
serangga, dan lateks. Gambaran klinis anafilaksis sangat heterogen dan tidak
mewaspadai bahaya yang akan timbul, seperti syok, gagal nafas, henti jantung,
Walaupun jarang terjadi, syok anafilaktik dapat berlangsung sangat cepat, tidak
terduga, dan dapat terjadi di mana saja yang potensial berbahaya sampai
suatu diagnosis serta penatalaksanaan cepat, tepat, dan adekuat suatu syok
ILUSTRASI KASUS
Wanita 30 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak napas. Pasien habis
seluruh lapangan paru. Didapati urtikaria pada seluruh tubuh. Pemeriksaan fisik
PEMBAHASAN
wheezing Urtikaria
Bersifat episodik, seringkali Onset akut Rasa gatal, rasa terbakar dan
reversibel dengan atau tanpa Urtikaria, gatal pada kulit, rasa tertusuk.
pengobatan edema mukosa Eritema dan edema
Gejala berupa batuk , sesak napas, Gangguan pernapasan setempat, kadang tengah
rasa berat di dada dan berdahak Gangguan gastrointestinal tampak lebih pucat.
Gejala timbul/ memburuk Hipotensi Lesi ini cenderung bersifat
terutama malam/ dini hari Oligouri sementara, namun dapat
Diawali oleh faktor pencetus yang Hipotonia bertambah besar atau
bersifat individu mengecil dalam beberapa
Respons terhadap pemberian jam.
bronkodilator
Riwayat keluarga (atopi)
Riwayat alergi / atopi
Penyakit lain yang memberatkan
Perkembangan penyakit dan
pengobatan
sesuai dengan kriteria klinis dari reaksi anafilaksis sesuai gambar di bawah ini
Secara harafiah, anafilaksis berasal dari kata ana yang berarti balik dan
phylaxis yang berarti perlindungan. Dalam hal ini respons imun yang seharusnya
melindungi (prophylaxis) justru merusak jaringan, dengan kata lain kebalikan dari
Anafilaksis alergi adalah suatu respon klinis hipersensitivitas tipe akut, berat,
suatu reaksi hipersensitivitas tipe cepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu
reaksi antara antigen spesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel
mast. Sel mast dan Basofil akan mengeluarkan mediator yang mempunyai efek
Selain itu dikenal pula istilah reaksi anafilaksis non alergi (reaksi
anafilaktoid) yang secara klinis sama dengan anafilaksis alergi, akan tetapi tidak
disebabkan oleh interaksi antara antigen dan antibodi. Reaksi anafilaksis nonalergi
disebabkan oleh zat yang bekerja langsung pada sel mast dan basofil sehingga
dan tekanan arteri yang menurun hebat. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu
reaksi antigen-antibodi yang timbul segera setelah suatu antigen yang sensitif
IgE, mekanisme imunologi non dependent IgE, mekanisme non imunologi atau
juga disebut mekanisme aktivasi langsung sel mast dan idiopatik. Beberapa
faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko anafilaksis adalah sifat alergen,
obat-obatan, sengatan serangga, dan lateks. Udang, kepiting, kerang, ikan kacang
kacangan, biji-bijian, buah beri, putih telur, dan susu adalah makanan yang
intravena, relaksan otot, aspirin, NSAID, opioid, vitamin B1, asam folat, dan
lain- ain. Media kontras intravena, transfusi darah, latihan fisik, dan cuaca dingin
menjadi reaksi atopi dan non-atopi. Kelainan atopi biasanya menyerang kulit atau
traktus respiratorius contohnya pada rhinitis alergi, dermatitis atopi, dan asma
anafilaksis. Ketika reaksi yang terjadi ringan, maka hanya akan menyerang kulit
(urtikaria) atau jaringan subkutan (angioedema), namun ketika reaksi yang terjadi
Mekanisme anafilaksis melalui 2 fase, yaitu fase sensitisasi dan aktivasi. Fase
diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Sedangkan
fase aktivasi merupakan waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan
menimbulkan reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen
yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik
dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara
lain histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula
sel yang akan menghasilkan leukotrien (LT) dan prostaglandin (PG) yang terjadi
beberapa waktu setelah degranulasi yang disebut newly formed mediators. Fase
Efektor adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada
(Longecker, 2008).
fenomena maldistribusi dari volume dan aliran darah. Hal ini menyebabkan
penurunan aliran darah balik sehingga curah jantung menurun yang diikuti
yang berlanjut pada hipoksia ataupun anoksia jaringan yang berimplikasi pada
keaadan syok yang membahayakan penderita. Hipotensi dan syok dapat terjadi
Patofisiologi anafilaksis akan lebih jelas kalau kita lihat pengaruh mediator
kimia yang sangat kuat, memacu peristiwa fisiologik yang menghasilkan gejala
anafilaksis.
Gambar Pengaruh Mediator Inflamasi
a. Histamin
Histamin bereaksi pada banyak organ target melalui reseptor H1 dan H2.
Reseptor H1 terdapat terutama pada sel otot polos bronkiolo dan vaskular,
Lewis), dan bila terjadi sistemik dapat menimbulkan hipotensi, urtikaria, dan
mediator ini tidak ditemukan sebelumnya dalam granula sel mast. Newly
synthesized mediator berasal dari fosfolipid membran sel yang disintesis oleh
ini tidak dijalankan melalui reseptor histamin dan tidak dihambat oleh
ECF-A telah terbentuk sebelumnya dalam granula sel mast dan dilepaskan
antibodi yang ada dan menghalangi aksi newly synthesized mediator dan
pembuluh darah. PAF juga mengaktifkan faktor XII dan faktor XII yang telah
e. Bradikinin
edema jaringan, serta merangsang serabut saraf dan menyebabkan rasa nyeri.
melalui reseptor pada sel yang berbeda dengan reseptor histamin atau newly
f. Serotonin
Serotonin tidak ditemukan dalam sel mast manusia tetapi dalam trombosit
g. Prostaglandin
Prostaglandin memainkan peranan aktif pada anafilaksis melebihi
h. Kalikrein
3.5 Diagnosis
obat, makanan, gigitan binatang, atau transfusi. Pada pasien dengan reaksi
anafilaksis biasanya dijumpai keluhan 2 organ atau lebih setelah terpapar dengan
sinkop, inkontinensia).
2. Kriteria kedua, dua atau lebih gejala berikut yang terjadi secara mendadak
3. Kriteria ketiga yaitu terjadi penurunan tekanan darah setelah terpapar pada
anafilaktik). Pada bayi dan anak-anak, tekanan darah sistolik yang rendah
(spesifik umur) atau penurunan darah sistolik lebih dari 30% Sementara
pada orang dewasa, tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau
penurunan darah sistolik lebih dari 30% dari tekanan darah awal.
secara klinis, namun jika diperlukan penegasan diagnosis terutama pada sindrom
penunjang ini menjadi salah satu indikasi. Hitung eosinofil darah tepi dapat
normal atau meningkat, demikian halnya dengan IgE total sering kali
menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan lain yang lebih bermakna yaitu IgE
Pemeriksaan secara invivo dengan uji kulit untuk mencari alergen penyebab
yaitu dengan uji cukit (prick test), uji gores (scratch test), dan uji intrakutan atau
intradermal yang tunggal atau berseri (skin end-point titration/SET). Uji cukit
paling sesuai karena mudah dilakukan dan dapat ditoleransi oleh sebagian
penderita termasuk anak, meskipun uji intradermal (SET) akan lebih ideal.
Pemeriksaan lain sperti analisa gas darah, elektrolit, dan gula darah, tes fungsi
hati, tes fungsi ginjal, feses lengkap, elektrokardiografi, rontgen thorak, dan lain-
lain.
3.6 Penatalaksanaan
alergen baik peroral maupun parenteral, maka tindakan pertama yang paling
pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan
aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan
Airway, penilaian jalan napas. Jalan napas harus dijaga tetap bebas agar tidak
ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan
leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan
melakukan triple airway manuver yaitu ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan,
dan buka mulut. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera
trakeotomi.
Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada
tanda-tanda bernapas spontan, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung.
Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya
obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan jalan
napas parsial, selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan
suntikan atau tempat gigitan tersebut. Setiap 10 menit turniket ini dilonggarkan
3.6.2 Obat-obatan
a. Adrenalin
intramuskuler lebih cepat dan lebih baik dari pada pemberian subkutan.
Berikan 0,5 ml larutan 1:1000 (0,3-0,5 mg) untuk orang dewasa dan 0,01
ml/kg BB untuk anak. Dosis diatas dapat diulang beberapa kali tiap 5-15
menit, sampai tekanan darah dan nadi menunjukkan perbaikan (Mulkus et al,
2013).
atas atau paha. Bila anafilaksis terjadi karena suntikan, berikan suntikan
diulangi dengan jarak waktu 5 menit bila diperlukan. Kalau terdapat syok atau
kolaps vaskular atau tidka bersepon dengan medikasi intramuskular, dapat
dengan kecepatan lambat (1-2 menit) serta dapat diulang dalam 5-10 menit
(Rachman, 2007).
tertentu saja misalnya pada saat syok (mengancam nyawa) ataupun selama
2013).
b. Antihistamin
merupakan substitusi adrenalin. Obat ini dapat diteruskan secara oral setiap 6
jam selama 24 jam untuk mencegah reaksi berulang, terutama pada urtikaria
dan angioedema. Jika penderita tidak berspon dengan tindakan tersebut, dalam
artian tetap hipotensi dan dispnu, maka perlu dilakukan perawatan intensif.
c. Aminofilin
Apabila bronkospasme menetap, diberikan aminofilin intravena 4-7
jumlah paling sedikit sama. Campuran ini diberikan intravena secara lambat
Larutan salbutamol atau agonis β2 yang lain sebanyak 0,25 cc-0,5 cc dalam 2-
d. Vasopresor
Bila cairan intravena saja tidak dapat mengontrol tekanan darah, berikan
suntikan tunggal secara lambat dnegan memonitor aritmia jantung, bila terjadi
aritmia jantung, pengobatan dihentikan segera. Dosis ini dapat diulangi jika
e. Kortikosteroid
kortikosteroid tidak banyak membantu pada tata laksana akut anafilaksis dan
Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk
meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat.
Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan pilihan
Pada dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3-4
kali dari perkiraan kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik
Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang
Perlu diperhatikan bahwa larutan koloid plasma protein atau dextran juga bisa
kristaloid dapat diberikan 1-2 liter atau 5-10 cc/kgBB pada dewasa sedangkan
etiologi dan faktor risiko anafilaksis. Individu yang mempunyai riwayat penyakit
asma dan orang yang mempunyai riwayat alergi terhadap banyak obat,
Melakukan skin test bila perlu juga penting, namun perlu diperhatian bahwa tes
tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita tidak akan mengalami reaksi
anafilaksis. Orang dengan tes kulit negatif dan mempunyai riwayat alergi positif
Dalam pemberian obat juga harus berhati-hati, encerkan obat bila pemberian
observasi selama pemberian. Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang
kuat dan tepat. Hindari obat-obat yang sering menyebabkan syok anafilaktik.
Catat obat penderita pada status yang menyebabkan alergi. Jelaskan kepada
penderita supaya menghindari makanan atau obat yang menyebabkan alergi. Hal
yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat penawar untuk mengantisipasi
reaksi anfilaksis serta adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan (Mulkus et al,
2013).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.eaaci.org/GlobalAtlas/GlobalAtlasAllergy.pdf
4. Setiati S, et all. editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta:
InternaPublishing; 2014.
http://emedicine.medscape.com/article/135065-overview .
https://www.mja.com.au/journal/2006/185/5/2-anaphylaxis-diagnosis-and-
management .
9. Simons FER, Camargo Jr CA. Anaphylaxis: Rapid recognition and
http://www.uptodate.com/contents/anaphylaxis-rapid-recognition-and-
treatment .
http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.pdf