PENDAHULUAN
yang berlebihan sehingga dapat merusak jaringan tubuh. Reaksi ini berdasarkan
Gell dan Coombs dibagi menjadi reaksi tipe 1 atau tipe cepat yaitu reaksi yang
muncul segera setelah terpajan alergen, reaksi tipe 2 atau reaski sitotoksik yang
komplemen dan mengakibatkan lisis, reaksi tipe 3 atau reaksi kompleks imun
yang terjadi akibat pembentukan kompleks antigen antibodi, dan reaksi tipe 4 atau
reaksi hipersensitivitas lambat yang timbul > 24 jam setelah terpajan antigen.
terhadap suatu bahan dimana seorang individu pernah tersensitasi oleh bahan
tersebut. Saat pasien kontak dengan bahan tersebut, histamin, serotonin, tryptase
dan bahan vasoaktif lainnya dilepaskan dari basofil dan sel mast. Reaksi
anafilaktoid secara klinik tak dapat dibedakan dengan anafilaksis, tetapi reaksi ini
dimediasi langsung oleh obat atau bahan tertentu, dan tidak melalui sensitasi
antibodi IgE.
pemberian obat seperti morfin dan relaksan otot non depolarisasi (tubokurare,
amerika serikat, setiap tahunnya diperkirakan terdapat 150 kematian akibat reaksi
perempuan memiliki risiko yang sama untuk mengalami reaksi anafilaksis, dan
1.2. Tujuan
Tujuan dari referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh mengenai penyakit
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
anafilaksis, tetapi reaksi ini dimediasi langsung oleh obat atau bahan
tertentu, dan tidak melalui sensitasi antibodi IgE. Pelepasan sejumlah kecil
2.2. Epidemiologi
United Kingdom (UK) yang dilakukan dirumah sakit. Studi yang lain
yang sebagian besar terjadi melalui jalur oral, diikuti oleh makanan
anafilaksis fatal.
2.3. Etiologi
dingin atau air yang dingin. Sensitivitas host, dosis, kecepatan, cara, dan
2.4. Patofisiologi
alergi dengan antobodi IgE. Namun ada juga gejala dengan anafilaktoid,
untuk gejala dan tanda anafilaksis tanpa melibatkan IgE, misalnya apada
sel mast.
berair
2. Respirasi(70%)
staccato cough
Peningkatan laju nafas, susah bernafas, dada terasa terikat, wheezing,
3. Gastrointestinal(45%)
4. Sistem kardiovaskuler(45%)
6. Lain-lain
1. Reaksi sistemik ringan : rasa gatal serta hangat, rasa penuh di mulut
kulit gatal, mata berair, bersin. Biasanya gejala terjadi dua jam setelah
paprann antigen.
bronkus dan atau edema saluran napas sehingga muncul keluhan sesak
napas, batuk, mual, muntah, gatal, gelisah. Dapat pula uritkaria
menyeluruh.
3. Reaksi sistemik berat : spasme berat, edema laring, suara serak, stridor,
cerna sehingga nyeri menelan, spasme otot perut, diaer dan muntah.
Dapat pula terjadi spasme oto perut uterus, hingga kejang umum,
2.6. Diagnosis
gejala yang muncul dalam menit atau jam setelah terpapar dari pemicu dan
Angioedema herediter
0.5 – 1 ml, dapat diulang jika perlu. Alternatif lain dapat diberikan
Pernapasan
diperlukan
atas.
Sirkulasi
berat.
2.9. Komplikasi
dan hipoksia, gangguan kesadaran karena hipoksia otak, koma, dan pada
3. Ikatan Dokter Indonesia, 2014, Reaksi Anafilaktik, In: Panduan Praktik Klinis
immunology.62;857-871.
6. Reber LL, Hernandez JD, Galli SJ, 2017. The phatophysiology of anaphylaxis. J
Syok Anafilaksis
Oleh :
Irma Aulia
201610330311072
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020