PENDAHULUAN
Anafilaktik merupakan keadaan akut yang berpotensi mengancam jiwa dan paling
Gambaran klinis anafilaktik sangat heterogen dan tidak spesifik. Reaksi awalnya
cenderung ringan membuat masyarakat tidak mewaspadai bahaya yang akan timbul,
Walaupun jarang terjadi, syok anafilaktik dapat berlangsung sangat cepat, tidak
terduga, dan dapat terjadi di mana saja yang potensial berbahaya sampai
diagnosis serta penatalaksanaan cepat, tepat, dan adekuat suatu syok anafilaktik dapat
1-3 tiap satu juta penduduk. Sementara di Indonesia, khususnya di Bali, angka
kematian dilaporkan 2 kasus tiap 10.000 total pasien anafilaksis pada tahun 2005 dan
mengalami peningkatan 2 kali lipat pada tahun 2006. Oleh sebab itu penulis tertarik
1.2 Tujuan
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang reaksi
anafilaksis dan penanganannya. Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah
anafilaksis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2. 1. Definisi
Secara harafiah, anafilaksis berasal dari kata ana yang berarti balik dan
phylaxis yang berarti perlindungan. Dalam hal ini respons imun yang seharusnya
melindungi (prophylaxis) justru merusak jaringan, dengan kata lain kebalikan dari
alergi yang dimediasi IgE. Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan
kemudian terjadi kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi
hipersensitivitas yang merupakan suatu reaksi anafilaktik yang dapat berujung pada
syok anafilaktik.2,4,5 Hal ini disebabkan oleh adanya suatu reaksi antigen-antibodi yang
timbul segera setelah suatu antigen yang sensitif masuk dalam sirkulasi.
2. 2. Epidemiologi
didapatkan antara 30 dan 950 kasus anafilaktik per 100.000 orang per tahun. 6 Insidens
syok anafilaktik 4060% adalah akibat gigitan serangga, 2040% akibat zat kontras
radiografi, dan 1020% akibat pemberian obat penisilin. Data yang akurat dalam
insiden dan prevalensi terjadinya syok anafilaktik masih sangat kurang. Anafilaksis
yang fatal hanya kira-kira 4 kasus kematian dari 10 juta masyarakat per tahun.
Sebagian besar kasus yang serius anafilaktik adalah akibat pemberian antibiotik
seperti penisilin dan bahan zat radiologis. Penisilin merupakan penyebab kematian
sifat alergen, jalur pemberian obat, riwayat atopi, dan kesinambungan paparan
makanan, obat-obatan, sengatan serangga, dan lateks. Udang, kepiting, kerang, ikan
3
kacang-kacangan, biji-bijian, buah beri, putih telur, dan susu adalah makanan yang
otot, aspirin, NSAID, opioid, vitamin B1, asam folat, dan lain-lain. Media kontras
intravena, transfusi darah, latihan fisik, dan cuaca dingin juga bisa menyebabkan
anafilaksis.4,7
2. 4. Patofisiologi
tipe I (Immediate type reaction). Mekanisme anafilaksis melalui 2 fase, yaitu fase
sensitisasi dan aktivasi. Fase sensitisasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
dan basofil. Sedangkan fase aktivasi merupakan waktu selama terjadinya pemaparan
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan
menimbulkan reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen yang
sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan
memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain
histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di
4
Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari membran
sel yang akan menghasilkan leukotrien (LT) dan prostaglandin (PG) yang terjadi
beberapa waktu setelah degranulasi yang disebut newly formed mediators. Fase
Efektor adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ
menyebabkan bronkokonstriksi.4,7
fenomena maldistribusi dari volume dan aliran darah. Hal ini menyebabkan
penurunan aliran darah balik sehingga curah jantung menurun yang diikuti dengan
penurunan tekanan darah. Kemudian terjadi penurunan tekanan perfusi yang berlanjut
pada hipoksia ataupun anoksia jaringan yang berimplikasi pada keaadan syok yang
membahayakan penderita.
5
Gambar 1a dan 1b. Patofisiologi syok anafilaktik
2. 5. Manifestasi Klinis
namun pada tingkat yang berat barupa syok anafilaktik gejala yang menonjol adalah
gangguan sirkulasi dan gangguan respirasi. Kedua gangguan tersebut dapat timbul
bersamaan atau berurutan yang kronologisnya sangat bervariasi dari beberapa detik
sampai beberapa jam. Pada dasarnya makin cepat reaksi timbul makin berat keadaan
penderita.5
Gejala respirasi dapat dimulai berupa bersin, hidung tersumbat atau batuk saja
yang kemudian segera diikuti dengan sesak napas. Gejala pada kulit merupakan gejala
klinik yang paling sering ditemukan pada reaksi anafilaktik. Walaupun gejala ini tidak
6
mematikan namun gejala ini amat penting untuk diperhatikan sebab ini mungkin
merupakan gejala prodromal untuk timbulnya gejala yang lebih berat berupa
gangguan nafas dan gangguan sirkulasi. Oleh karena itu setiap gejala kulit berupa
gatal, kulit kemerahan harus diwaspadai untuk kemungkinan timbulnya gejala yang
lebih berat. Manifestasi dari gangguan gastrointestinal berupa perut kram, mual,
muntah sampai diare yang juga dapat merupakan gejala prodromal untuk timbulnya
gejala yang menonjol pada syok anafilaktik. Adanya takikardia, edema periorbital,
mata berair, hiperemi konjungtiva. Tanda prodromal pada kulit berupa urtikaria dan
eritema.5
2. 6. Pemeriksaan Penunjang
darah tepi dapat normal atau meningkat, demikian halnya dengan IgE total sering kali
menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan lain yang lebih bermakna yaitu IgE spesifik
Pemeriksaan secara invivo dengan uji kulit untuk mencari alergen penyebab
yaitu denganuji cukit (prick test), uji gores (scratch test), dan uji intrakutan atau
intradermal yang tunggal atau berseri (skin end-point titration/ SET). Pemeriksaan
lainnya antara lain analisa gas darah, elektrolit, dan gula darah, tes fungsi hati, tes
7
2. 7. Diagnosis
mungkin bila :
1. Onset gejala akut (beberapa menit hingga beberapa jam) yang melibatkan kulit,
berikut ini:
2) Penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan dengan kegagalan organ
2. Atau, dua atau lebih tanda berikut yang muncul segera (beberapa menit hingga
beberapa jam) setelah terpapar alergen yang mungkin (likely allergen), yaitu:
2) Gangguan respirasi
3) Penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan dengan kegagalan organ
target
3. Atau, penurunan tekanan darah segera (beberapa menit atau jam) setelah terpapar
1) Bayi dan anak: Tekanan darah sistolik rendah (menurut umur) atau terjadi
2) Dewasa: Tekanan darah sistolik <90 mmHg atau terjadi penurunan >30% dari
8
Sedangkan kriteria dari Syok Anafilaksis sebagai berikut 6:
Airway Problem :
tenggorokan tertutup.
- Suara Hoarse
- Stridor, tingginya suara inspirasi karena saluran nafas atas yang mengalami
obstruksi.
Breathing Problems :
Circulation problem
anafilaksis.
- Dapat berlangsung halus atau secara dramatis.
- Mungkin hanya perubahan kulit, hanya perubahan mukosa, atau keduanya
- Mungkin eritema setengahnya atau secara general, rash merah.
- Mungkin urtikaria yang muncul dimana saja pada tubuh, berwarna pucar,
dalam sering pada kelopak mata dan bibir, kadang pada mulut dan
tenggorokan.
2. 8. Diagnosis Banding
tidak spesifik dari anafilaksis mengakibatkan reaksi tersebut sulit dibedakan dengan
penyakit lainnya yang memiliki gejala yang sama. Hal ini terjadi karena anafilaksis
mempengaruhi seluruh sistem organ pada tubuh manusia sebagai akibat pelepasan
berbagai macam mediator dari sel mast dan basofil, dimana masing-masing mediator
tersebut memiliki afinitas yang berbeda pada setiap reseptor pada sistem organ.
Beberapa kondisi yang menyerupai reaksi anafilaksis dan syok anafilaktik adalah 5:
2) Sinkop
2. Sindrom flush
1) Perimenopause
10
2) Sindrom karsinoid
3) Epilepsi otonomik
3. Sindrom pasca-prandial
alergen di udara
4) Sulfit
5) Keracunan makanan
1) Hipovolemik
2) Kardiogenik
3) Distributif
4) Septik
5. Kelainan non-organik
2) hiperventilasi
3) Episode psikosomatis
7. Lainnya
2. 9. Penatalaksanaan
tersebut tak tersedia, Ringer Laktat atau NaCl fisiologis dapat dipakai sebagai
12
mengingat lama kerja adrenalin cukup singkat. Jika respon pemberian secara
intramuskuler kurang efektif, dapat diberi secara intravenous setelah 0,1 0,2
Kedua obat tersebut kurang manfaatnya pada tingkat syok anafilaktik, dapat
100250 mg IV.
henti jantung pada suatu syok anafilaktik selalu ada, maka sewajarnya di
13
Gambar 2. Alogaritma Penatalaksanaan Reaksi Anafilaktik
terutama obat-obat yang telah dilaporkan bersifat antigen (serum, penisillin, anestesi
lokal, dll) harus selalu waspada untuk timbulnya reaksi anafilaktik. Penderita yang
tergolong risiko tinggi (ada riwayat asma, rinitis, eksim, atau penyakit-penyakit alergi
14
lainnya) harus lebih diwaspadai lagi. Jangan mencoba menyuntikkan obat yang sama
bila sebelumnya pernah ada riwayat alergi betapapun kecilnya. Sebaiknya mengganti
2.10. Prognosis
Prognosis suatu syok anafilaktik amat tergantung dari kecepatan diagnosa dan
cepat, tepat, dan sesuai dengan prinsip kegawatdaruratan, reaksi anafilaksis jarang
akibat paparan antigen spesifik yang sama. Maka dari itu perlu dilakukan observasi
BAB III
15
KESIMPULAN
Ig E yang ditandai dengan curah jantung dan tekanan arteri yang menurun hebat. Syok
anafilaktik memang jarang dijumpai, tetapi mempunyai angka mortalitas yang sangat
tinggi. Beberapa golongan alergen yang sering menimbulkan reaksi anafilaksis, yaitu
makanan, obat-obatan, dan bisa atau racun serangga. Faktor yang diduga dapat
meningkatkan risiko terjadinya anafilaksis, yaitu sifat alergen, jalur pemberian obat,
hipersensitivitas tipe I, terdiri dari fase sensitisasi dan aktivasi yang berujung pada
vasodilatasi pembuluh darah yang mendadak, keaadaan ini disebut syok anafilaktik.
Manifestasi klinis anafilaksis sangat bervariasi. Gejala dapat dimulai dengan gejala
prodormal kemudian menjadi berat, tetapi kadang-kadang langsung berat yang dapat
anfilaktik harus cepat dan tepat mulai dari hentikan allergen yang menyebabkan reaksi
anafilaksis; baringkan penderita dengan kaki diangkat lebih tinggi dari kepala;
penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru; pemberian adrenalin dan obat-
obat yang lain sesuai dosis; monitoring keadaan hemodinamik penderita bila perlu
berikan terapi cairan secara intravena, observasi keadaan penderita bila perlu rujuk ke
anafilaktik terutama yang disebabkan oleh obat-obatan. Apabila ditangani secara cepat
menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Ewan, PW. Anaphylaxis dalam ABC of Allergies; 1998. BMJ. Vol 316. Hal 1442-
14455.
7. Ewan, PW. Anaphylaxis dalam ABC of Allergies; 1998. BMJ. Vol 316. Hal 1442-
14455.
17