Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

ANAFILAKSIS

Disusun Oleh :

Zaidan
110 2016 0023

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Reaksi anafilaktik atau anafilaksis adalah respon imunologi yang

berlebihan terhadap suatu bahan dimana seorang individu pernah

tersensitasi oleh bahan tersebut. Saat pasien kontak dengan bahan

tersebut, histamin, serotonin, tryptase dan bahan vasoaktif lainnya

dilepaskan dari basofil dan sel mast. Reaksi anafilaktoid secara klinik tak

dapat dibedakan dengan anafilaksis, tetapi reaksi ini dimediasi langsung

oleh obat atau bahan tertentu, dan tidak melalui sensitasi antibodi IgE .1

Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi

kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas

yang merupakan suatu reaksi anafilaksis yang dapat berujung pada syok

anafikaktik. 2 Reaksi anafilaksis merupakan reaksi alergi akut sistemik dan

termasuk reaksi Hipersensivitas Tipe I pada manusia dan mamalia pada

umumnya yang berpotensial fatal dan menimbulkan reaksi pada multiorgan

yang disebabkan oleh dilepasnya mediator-mediator inflamasi dari mast

cells dan basofil.1,2

Prevalensi anafilaksis dari populasi umum di dunia adalah 4 dari

100.000 jiwa. Lebih dari 30% orang yang mengalami reaksi anafilaksis,

mengalami serangan ulangan. Pemicu tersering reaksi anafilaksis adalah

makanan. Kelompok tersering yang terkena anafilaksis adalah kelompok

1
usia muda 0-19 tahun. Anafilaksis berkontribusi terhadap 500-1000

kematian per tahun di Amerika Serikat.2

Insidens syok anafilaksis di Indonesia diketahui 40–60% adalah

akibat gigitan serangga, 20–40% akibat zat kontras radiografi, dan 10–20%

akibat pemberian obat penisilin. Laki-laki lebih rentan terkena. Anafilaksis

lebih sering terjadi pada wanita dewasa (60%) pada usia kurang dari 39

tahun. Pada anak-anak usia dibawah 15 tahun, reaksi anafilaksis lebih

sering terjadi pada laki-laki. Rute pejanan parenteral biasanya

menimbulkan reaksi yang lebih berat.2

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Syok


Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah

arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan.

Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu

curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari

ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan

kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi

jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolisme sel

sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien .3

2.2 Definisi syok anafilaksis

Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari

anafilaksis dan merupakan bagian dari syok distributif yang ditandai

oleh adanya hipotensi yang nyata akibat vasodilatasi mendadak pada

pembuluh darah dan disertai kolaps pada sirkulasi darah yang

menyebabkan terjadinya sinkop dan kematian pada beberapa pasien.

Syok anafilaktik merupakan kasus kegawatan, respon imunologi yang

berlebihan terhadap suatu bahan dimana seorang individu pernah

tersensitasi oleh bahan tersebut. Saat pasien kontak dengan bahan

tersebut, histamin, serotonin, tryptase dan bahan vasoaktif lainnya

dilepaskan dari basofil dan sel mast. Reaksi anafilaktoid secara klinik

3
tak dapat dibedakan dengan anafilaksis, tetapi reaksi ini dimediasi

langsung oleh obat atau bahan tertentu, dan tidak melalui sensitasi

antibodi IgE.3,4

2.2 Etiologi

Faktor pemicu timbulnya anafilaktik pada anak-anak, remaja, dan

dewasa muda adalah sebagian besar oleh makanan. Sedangkan

gigitan serangga dan obat-obatan menjadi pemicu timbulnya reaksi ini

pada kelompok usia pertengahan dan dewasa tua. Sebagian besar

pemicu spesifik terhadap reaksi anafilaksis bersifat universal, seperti di

Amerika Utara, dan beberapa negara di Eropa dan Asia, susu sapi telur,

kacang, ikan, kerang merupakan penyebab tersering. Di beberapa

negara Eropa lainnya, buah peach adalah faktor pemicu tersering. 2,4

Obat-obatan, seperti antivirus, antimikroba, anti jamur adalah

penyebab paling sering reaksi anafilaksis di dunia. Reaksi anafilaksis

juga dapat dipicu oleh agen kemoterapi, seperti carboplatin,

doxorubicin, cetuximab, infliximab. Agen lain yang dapat menyebabkan

reaksi ini adalah radiocontrast media, latex yang biasa ditemukan di

sungkup, endotrakeal tube, cuff tensimeter, kateter, torniket, udara

yang terlalu dingin atau air yang dingin. Sensitivitas host, dosis,

kecepatan, cara, dan waktu paparan dapat mempengaruhi reaksi

anafilaksis, dimana paparan oral lebih jarang menimbulkan reaksi. 4

4
Agen penyebab anafilaksis pada kenyataannya agent apapun yang

dapat mengaktifkan sel mast atau basofil dapat menyebabkan

anafilaksis. Penyebab paling umum yang teridentifikasi dari anafilaksis

adalah makanan, obat-obatan, sengatan serangga, injeksi allergen

imunoterapi. Anafilaksis pada kacang-kacangan mendapat perhatian

khusus karena berpotensi mengancam nyawa, khususnya pada subjek

dengan asma dan kecenderungan untuk sensitive pada makanan ini

sepanjang masa hidup. Peneliti melaporkan bahwa mayoritas anak-

anak (52%) dengan alergi kacang mengalami gejala-gejala yang

mengancam nyawa dengan reaksi yang bertahap, walaupun

sebelumnya dermatitis atopik merupakan satu-satunya manifestasi

klinis yang muncul. Idiopatik anafilaksis merupakan salah satu

penyebab terbanyak, diperkirakan sekitar 1/3 kasus pada penelitian

retrospektif. Tetapi itu bukan merupakan diagnosis pasti. Anamnesis

dan pemeriksaan diagnostik yang detail terhadap makanan, bumbu-

bumbu, dan sayuran kadang dapat mengidentifikasi penyebab pada

subjek sebelum digolongkan dalam idiopatik anafilaksis.4,5

2.3 Patofisiologi
Patofisiologi reaksi anafilaksis merupakan reaksi hipersensitvitas

tipe I atau reaksi cepat dimana reaksi segera muncul setelah terkena

alergen. Perjalanan reaksi ini dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase

sensitisasi, fase aktivasi, dan fase efektor. Fase sensitisasi dimulai dari

5
masuknya antigen ke dalam tubuh lalu ditangkap oleh sel imun non

spesifik kemudian di fagosit dan dipresentasikan ke sel Th2. Sel ini

akan merangsang sel B untuk membentuk antibodi sehingga

terbentuklah antibodi IgE. Antibodi ini akan diikat oleh sel yang memiliki

reseptor IgE yaitu sel mast, basofil, dan eosinofil. Apabila tubuh

terpajan kembali dengan alergen yang sama, alergen yang masuk ke

dalam tubuh itu akan diikat oleh IgE dan memicu degranulasi dari sel

mast. Proses ini disebut dengan fase aktivasi. Pada fase aktivasi, terjadi

interaksi antara IgE pada permukaan sel mast dan basofil dengan

antigen spesifik pada paparan kedua sehingga mengakibatkan

perubahan membran sel mast dan basofil akibat metilasi fosfolipid yang

diikuti oleh influks Ca++ yang menimbulkan aktivasi fosfolipase, kadar

cAMP menurun, menyebabkan granul-granul yang penuh berisikan

mediator yang bergerak kepermukaan sel. Terjadilah eksositosis dan isi

granul yang mengandung mediator dikeluarkan dari sel mast dan

basofil. Adanya degranulasi sel mast menimbulkan pelepasan mediator

inflamasi, seperti histamin, trptase, kimase, sitokin. Bahan-bahan ini

dapat meningkatkan kemampuan degranulasi sel mast lebih lanjut

sehingga menimbulkan dampak klinis pada organ organ tubuh yang

dikenal dengan fase efektor.5

6
2.4 Gejala Klinis

Anafilaksis terdiri dari kombinasi berbagai gejala yang bisa muncul

beberapa detik, menit, sampai beberapa jam setelah terpapar alergen.

Manifestasi klinis anafilaksis yang sangat bervariasi terjadi sebagai

akibat berbagai macam mediator yang dilepaskan dari sel mastosit

jaringan dan basofil yang memiliki sensitivitas yang berbeda pada

setiap organ yang dipengaruhinya. Manifestasi klinis dari anafilaksis

sangat bervariasi yaitu dari yang bersifat ringan, sedang, sampai berat,

dimana syok anafilaktik merupakan contoh manifestasi klinis yang

berat. Reaksi anafilaksis dapat dilihat dalam bentuk urtikaria,

angiodema, obstruksi respirasi sampai dengan kolaps pembuluh darah.

Di samping itu terdapat pula bentuk lainnya seperti rasa takut,

kelemahan, keringat dingin, bersin, rinorhea, asma, rasa tercekik,

disfagia, mual dan muntah, nyeri abdomen, inkontinensia, sampai

dengan kehilangan kesadaran. Walaupun demikian, sebab kematian

utama dari anafilaksis adalah syok dan obstruksi saluran pernafasan.

Obstruksi saluran pernafasan dapat berupa edema laring,

bronkospasme dan edema bronkus.5

Gejala prodromal pada umumnya adalah lesu, lemah, rasa tidak

enak yang sukar dilukiskan, rasa tidak enak di dada dan perut, rasa

gatal di hidung dan palatum. Gejala ini merupakan permulaan dari

gejala lainnya. Gejala pada organ pernapasan didahului dengan rasa

gatal di hidung, bersin dan hidung tersumbat, diikuti dengan batuk,

7
sesak, mengi, rasa tercekik, suara serak, dan stridor. Di samping itu,

terjadi pula edema pada lidah, edema laring, spasme laring dan spasme

bronkus.5,6

Gejala kardiovaskular ditandai dengan takikardi, palpitasi, hipotensi

sampai syok, pucat, dingin, aritmia, hingga sinkop. Pada EKG dapat

dijumpai beberapa kelainan seperti geombang T datar, terbalik atau

tanda-tanda infark miokard. Gejala gastrointestinal berupa disfagia,

mual-muntah, rasa kram diperut, diare yang kadang-kadang disertai

darah, dan peningkatan peristaltic usus. Sedangkan gejala pada kulit

berupa gatal-gatal, urtikaria, angioedema pada bibir, muka atau

ekstrimitas. Penderita juga biasanya mengeluh adanya rasa gatal dan

lakrimasi pada mata. Sedangkan gejala pada sistem saraf pusat dapat

berupa gelisah dan kejang.5,6

2.5 Tatalaksana
Pasien dengan reaksi anafilaksis berat membutuhkan pemantauan

secara intensif, termasuk reaksi terlambat termasuk aritmia, iskemia

miokard, dan gagal napas yang dapat bermanifestasi hingga 12 jam

setelah initial assesment. Dalam hal penatalaksanaan farmakologi

untuk anafilaksis syok dilakukan pemberian epinefrin (ditambah

norepinefrin, jika perlu) dan diperlukan penggantian cairan. Sedangkan

pada pasien dengan bronkospasme, dapat diberikan β-simpatomimetik

dan, sebagai pengobatan lini kedua, glukokortikoid diindikasikan

(terutama pada pasien dengan gejala progresif tertunda) Antagonis

8
histaminergik menekan histaminergik efek (Meja 2). Sedangkan

penatalaksanaan untuk syok anafilaktoid adalah sama seperti untuk

syok anafilaksis.6,7

Persiapan yang tepat adalah kunci untuk penanganan pasien yang

baik. Epinefrin adalah vasopressor yang disukai untuk pengobatan syok

anafilaksis namun,itu tidak selalu diberikan segera, bahkan di rumah

sakit pasien. Sebagai contoh, anafilaksis bisa sulit untuk mendiagnosis

selama anestesi; karena itu, pengobatan dengan epinefrin dapat

ditunda. Di sebuah studi retrospektif [32], 45% pasien dengan

anaphylaxis selama anestesi berkembang syok, sirkulasi

ketidakstabilan laten, atau henti jantung, namun hanya 83% pasien-

pasien ini menerima epinefrin. Bahkan jika epinefrin belum diberikan

sama sekali, gejala kardiovaskular, termasuk miokard infark dan

aritmia, dapat terjadi selama anafilum. Komplikasi ini juga terjadi

setelah overdosis epinefrin, terlepas dari rute administrasi, tetapi

terutama setelah intravena dosis bolus atau infus intravena yang terlalu

cepat 6,7

2.6 Prognosis

Dengan penanganan yang cepat, tepat dan sesuai dengan kaedah

kegawatdaruratan, reaksi anafilaksis jarang menyebabkan kematian.

Namun pasien yang pernah mengalami reaksi anafilaksis mempunyai

risiko untuk memperoleh reaksi yang sama bila terpajan oleh pencetus

9
yang sama.Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis

dari reaksi anafilaksis yang akan menentukan tingkat keparahan dari

reaksi tersebut, yaitu umur, tipe, alergen, atopi, penyakit kardiovaskular,

penyakit paru obstruktif kronis, asma, keseimbangan asam basa dan

elektrolit, obat-obatan yang dikonsumsi seperti β-blocker dan ACE

Inhibitor, serta interval waktu dari mulai terpajan oleh alergen sampai

penanganan reaksi anafilaksis dengan injeksi adrenalin.8

10
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Reaksi anafilaksis adalah reaksi hipersensitifitas akut yang

melibatkan dua organ atau lebih (sistem kulit/mukosa dan jaringan

bawah kulit, sistem respirasi, sistem kardiovaskuler, sistem

gastrointestinal). Faktor pemicu timbulnya anafilaksis pada anak-anak,

remaja, dan dewasa muda adalah sebagian besar oleh makanan.

Sedangkan gigitan serangga dan obat-obatan menjadi pemicu

timbulnya reaksi ini pada kelompok usia pertengahan dan dewasa tua.

Perjalanan reaksi ini dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase sensitisasi, fase

aktivasi, dan fase efektor. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala

klinis, sedangkan pemeriksaan penunjang digunakan untuk

memperkuat adanya alergi. Reaksi anafilaksis/hipersensitifitas dibagi

menjadi ringan, sedang, dan berat. Penanganan utama anafilaksis

adalah dengan mengamankan jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi

serta terapi adrenalin.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Suryana Ketut, Suardamana Ketut, Saturti Anom.2013 Pedoman

Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Anafilaksis/Reaksi

Hipersensitivitas Akut: Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah. 2013:577-585.

2. Stephen FK, 2011, Anaphylaxis, Medscape. Available from URL:

http://emedicine.medscape.com

3. S, Thomas. Dkk. 2018,The Nomenclature, Definition and Distinction

of Types ofShock, Deutsches Ärzteblatt Internasional : Sciencedirect

4. Longmore Murray et.all.Anaphylactic Shock Oxford Handbook of

Clinical Medicine.2010:8 th:806-807.

5. Johnson RF, Peebles RS, 2011, Anaphylaxis Syok: Pathopysiology,

Recognition and Treatment, Medscape, Available from URL:

http://www.medscape.com/viewarticle/497498

6. Dey Pharma, 2010, Criteria for Diagnosing Anaphylaxis, Available

from URL:

http://www.epipen.com/professionals/anaphylaxis/diagnosing

7. Ronna L. Campbell, 2014, Emergency department diagnosis and

treatment of anaphylaxis: a practice parameter, American College of

Allergy, Asthma & Immunology: Elsevier

http://dx.doi.org/10.1016/j.anai.2014.10.007

12
8. F. Estelle , dkk. 2012 Update: World Allergy Organization Guidelines

for the assessment and management of anaphylaxis

https://www.bsaci.org/Guidelines/WAO_anaphylaxis_guideline_201

2.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai