Anda di halaman 1dari 33

Anafilaktik Syok

PPT QBD 2
Fokcus Group 1
Kelompok 1: Kelompok 3:
Ezra Ahmad Zarqo (8881210025) Alzena Fawwaz Callista (8881220024)
Muhammad Nurrizki Haikal (8881220001) Fathoni Ishaq Yuda (8881220025)
Refki Prianka (8881220002) Praditama Sanjaya (8881220026)
Ahmad Wildanul Firdaus (8881220004) Farahdhiya Millati Hawa (8881220027)

Kelompok 2 Kelompok 4
Miftahul Rifky Erfansyah (8881220013) Hanifah Indinarini (8881220036)
Muhammad Lutfi Syafriansah (8881220014) Dyah Salma Ratna Muninggar
Diajeng Kenza Jasmine Almira (8881220037)
(8881220015) Aldira Diandra S(8881220038)
Zayyan Zulfa Faalih (8881220016) Yehezkiel Harianja(8881220039)
Apa definisi
anafilaktik
syok?
Syok
merupakan suatu sindroma multifaktorial yang menuju hipoperfusi
jaringan lokal atau sistemis dan mengakibatkan hipoksia sel dan
disfungsimultipel organ. Kegagalan perfusi jaringan, hantaran nutrisi
dan oksigen sistemik yang tidak adekuat ini tak mampu memenuhi
kebutuhan metabolisme sel.
Karakteristik kondisi ini, yaitu:

1) ketergantungan suplai oksigen,


2) kekurangan oksigen,
3) Asidosis jaringan sehingga terjadi metabolism anaerob dan berakhir
dengan kegagalan fungsi organ vital dan kematian.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 1st ed. Jakarta; 2017. P. 44-45
Anafilaksis merupakan salah satu tipe hipersensitifivas tipe 1
(sistemik) (4). Anafilaktik syok juga bisa disebut juga sebagai
anafilaksis dikarenakan rasa syok belum pasti terjadi terhadap
pasien anafilaksis (5).

selain itu anafilaksis bersifat sistemik yang artinya melibatkan 2


atau lebih sistem organ. Hal ini yang mendasari dampak dari
anafilaksis yang muncul pada beberapa sistem organ,umumnya
sistem kulit atau sistem mukosa, sistem respiratori, sistem
kardiovaskular, dan sistem gastrointestinal (6).
4. Abul K. Abbas, MBBS, Andrew H. Lichtman, MD, PhD, Shiv Pillai, MBBS, PhD. Imunologi Dasar Abbas Fungsi dan Kelainan Sistem Imun Edisi Indonesia Kelima.
Edisi Indonesia Kelima. Singapore: Elsevier; 2016.
5. Bilò MB, Martini M, Tontini C, Corsi A, Antonicelli L. Anaphylaxis. Eur Ann Allergy Clin Immunol. 2020 Dec;53(01):4
6. Wijaya, I Gusti Bagus O. Syok Anafilaksis. Universitas Udayana. Indonesia;2018
Syok Anafilaktik adalah respons hipersensitivitas yang muncul
dengan cepat setelah seseorang terpapar alergen atau pemicu
lainnya, dan ini merupakan keadaan darurat yang berpotensi
mengancam nyawa.
(1)

Anafilaksis dapat dianggap sebagai contoh paling menyimpang dari


ketidakseimbangan antara manfaat dan kerugian dari respon imun.
(2).

Meskipun prevalensi dari reaksi ini diestimasikan tinggi, dan terus


bertambah, namun tingkat kematian sangatlah rendah dan terus
berkurang. (3)
1 .Pemayun TPD, Suryana K. Seorang penderita syok anafilaktik dengan manifestasi takikardi supraventrikular. J Penyakit Dalam Udayana. 2019 Dec 20;3(2):41–5.
2. Reber LL, Hernandez JD, Galli SJ. The pathophysiology of anaphylaxis. J Allergy Clin
Immunol. Agustus 2017;140(2):335–48.
3. Fischer D, Vander Leek TK, Ellis AK, Kim H. Anaphylaxis. Allergy, Asthma & Clinical Immunology. 12 September 2018;14(2):54.
Jenis Anafilaksis

1 2 3

Imunologis Non-Imunologis Idiopatik


Anafilaksis yang melibatkan IgE dalam Anafilaksis yang tidak melibatkan IgE dalam Anafilaksis yang penyebabnya belum

mekanismenya, dapat disebabkan oleh mekanismenya, dapat disebabkan oleh aktivitas diketahui pasti.

makanan, obat, ataupun venom serangga olahraga, aspirin, ataupun obat antiinflamasi

nonsteroid.

Fischer D, Vander Leek TK, Ellis AK, Kim H. Anaphylaxis. Allergy, asthma, Clin Immunol Off J Can Soc Allergy Clin Immunol. 2018;14(Suppl 2):54.
Bagaimana dasar
terjadinya/
pathogenesis
anafilaktik syok?
Hipersensitivitas tipe I yang
mendasari Reaksi Anafilaksis

Reaksi hipersensitivitas tipe I juga disebut sebagai hipersensitivitas cepat


(immediate hypersensitivity) karena reaksi yang terjadi secara cepat dalam
beberapa menit setelah paparan antigen,

setelah itu diikuti respon lambat (late-phase reaction) atau reaksi alergi fase
lambat (RAFL) yang terjadi selang beberapa jam, yaitu reaksi inflamasi yang
disebabkan oleh adanya infiltrasi sel-sel inflamasi seperti neutrofil, eosinofil,
dan makrofag.

Reaksi hipersensitivitas tipe I ini merupakan gabungan dari reaksi alergi


fase cepat (RAFC) dan reaksi alergi fase lambat (RAFL) terhadap paparan
suatu alergen.

Ketut S, Ketut S, Anom S. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Anafilaksis/Reaksi Hipersensitivitas Akut: Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah. 2013:577-585.
Pathogenesis Anafilaktik Syok

Zat alergen merangsang sel mast dalam berbagai jaringan,


mengakibatkan pelepasan zat perantara yang masuk ke dalam
pembuluh darah di seluruh tubuh.

Penurunan tonus pembuluh darah dan kebocoran plasma yang


diakibatkan oleh zat perantara sel mast dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah yang signifikan, atau syok, yang dikenal
sebagai syok anafilaksis, yang sering kali berakibat fatal.

Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S, Baker DL. Cellular and molecular immunology. Tenth edition. Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier; 2022. 587 p.
Pathogenesis Anafilaktik Syok

Zat perantara sel mast dapat mengganggu pernapasan dengan


menyebabkan pembengkakan pita suara, penyempitan bronkus, dan
produksi lendir berlebih di saluran bronkial.

Umumnya, terjadi diare akibat gerakan usus dan pelepasan lendir


berlebih di saluran pencernaan, serta lesi urtikaria (gatal-gatal seperti
biduran) di kulit. Anafilaksis biasanya terjadi dalam hitungan detik
hingga satu jam setelah terpapar zat alergen.

Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S, Baker DL. Cellular and molecular immunology. Tenth edition. Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier; 2022. 587 p.
Fase Anafilaktik Syok

3
1 2

Fase Fase
Fase
Sensitisasi Aktivasi Efektor
Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi dimulai dengan masuknya antigen ke dalam
tubuh, yang kemudian ditangkap oleh sel imun nonspesifik,
difagositosis, dan dipresentasikan ke sel Th2. Sel-sel ini
merangsang sel B untuk menghasilkan antibodi untuk
membentuk antibodi IgE. Antibodi ini berikatan dengan sel yang
memiliki reseptor IgE yaitu sel mast, basofil, dan eosinofil. Jika
tubuh kembali terpapar alergen yang sama, maka alergen yang
masuk ke dalam tubuh akan mengandung IgE dan menyebabkan
degranulasi sel mast. Proses ini disebut fase aktivasi.

Wijaya IGBO. Syok Anafilaksis. Fak Kedokt Univ UDAYANA. 2018;


Sumber: Robbins Pathology 9th Edition
Fase Aktivasi
Saat fase aktivasi terjadi interaksi antara IgE di permukaan sel mast dan basofil
dengan antigen spesifik pada paparan kedua sehingga terjadi perubahan
pada membran sel mast dan basofil akibat metilasi fosfolipid yang diinduksi
Ca++. kadar fosfolipase dan kadar cAMP menurun, hal ini menyebabkan
pembentukan butiran atau granul berisi mediator yang bermigrasi ke
permukaan sel. terjadi eksositosis dan isi butiran yang mengandung mediator
dilepaskan dari sel mast dan basofil.

degranulasi seluler akan melepaskan mediator mediator kimia seperti


histamin, triptase, kimase, carbopeptida A dimana Histamin merupakan
mediator utama pada syok anafilaktik
Wijaya IGBO. Syok Anafilaksis. Fak Kedokt Univ UDAYANA. 2018;
Pemayun TPD, Suryana K. Seorang penderita syok anafilaktik dengan manifestasi takikardi supraventrikular. J Penyakit Dalam Udayana. 2019 Dec 20;3(2)
Fase Efektor
Terakhir, fase Efektor, dimana degranulasi sel mast
menyebabkan pelepasan mediator inflamasi seperti
histamin, triptase, chymese, dan sitokin. Bahan-bahan
tersebut selanjutnya dapat meningkatkan kapasitas
degranulasi sel mast, yang pada akhirnya berdampak
klinis pada organ tubuh.

Wijaya IGBO. Syok Anafilaksis. Fak Kedokt Univ UDAYANA. 2018;


pada fase efektor, Bila suatu alergen berikatan reseptor pada histamin,
maka akan menyebabkan:
1. Kontraksi pada otot polos seperti pada sistem gastrointestinal sehingga
timbul keluhan kram perut
2. peningkatan sekresi mucus sehingga keluhan yang muncul berupa
sesak
3. menimbulkan hipotensi dan takikardi
4. menyebabkan penurunan aliran darah arteri koroner dan
menyebabkan spasme yang berat pada arteri koroner
5. merangsang pembentukan faktor-faktor jaringan pada sel otot polos
vaskular dan sel endotil yang terdapat pada jantung

Pemayun TPD, Suryana K. Seorang penderita syok anafilaktik dengan manifestasi takikardi
supraventrikular. J Penyakit Dalam Udayana. 2019 Dec 20;3(2)
Apa saja
penyebabnya?
Berikan
penjelasan!
Pemicu Anafilaksis

Menurut data, ketika pan-European registry for severe allergic reaction


mengumpulkan 3.333 kasus anafilaksis mereka menemukan sebuah hal
yang penting. Secara umum, reaksi alergi cenderung dipicu oleh makanan
dan racun serangga, sedangkan insiden yang diakibatkan oleh obat-
obatan lebih jarang terjadi. Sebagian reaksi ini muncul dalam waktu 30
menit setelah paparan (80,5%), jecuali dalam kasus anafilaksis akibat
obatat-obatan yang biasanya terjadi lebih dar 4 jam setelahnya (6,75%)

Bilò MB, Martini M, Tontini C, Corsi A, Antonicelli L. Anaphylaxis. Eur Ann Allergy Clin Immunol. 2020 Dec;53(01):4.
CONTOH PEMICU
1 MAKANAN

Pemicu makanan bervariasi berdasarkan kebiasaan makan setempat,


paparan makanan tertentu, dan metode pengolahan makanan. Di Amerika
Utara dan beberapa negara di Eropa dan Asia, susu sapi, telur ayam, kacang
tanah, kacang-kacangan, makanan laut, dan ikan adalah pemicu makanan
umum. Di negara-negara Eropa lainnya, buah seperti persik menjadi pemicu
umum; di Timur Tengah, wijen adalah pemicu umum, dan di Asia, makanan
seperti soba, kacang kuda, beras, dan sup sarang burung perlu
dipertimbangkan.
CONTOH PEMICU
2 SERANGGA

Populasi serangga asli berbeda dari benua ke benua dan dari wilayah ke
wilayah di benua yang sama. Akibatnya, kemungkinan paparan terhadap
berbagai ordo dan famili serangga penyengat atau penggigit serta risiko
anafilaksis akibat serangga-serangga ini juga berbeda. Serangga penyengat
(ordo Hymenoptera) telah banyak diteliti dalam kaitannya dengan
anafilaksis hanya di Eropa, Amerika Utara, dan Australia. Anafilaksis yang
dipicu oleh serangga penggigit, seperti serangga cium (ordo Hemiptera),
nyamuk (ordo Diptera), dan kutu (ordo Acarina), belum diteliti secara
optimal.
CONTOH PEMICU
3 OBAT-OBATAN

Obat-obatan, misalnya, agen antimikroba, antiviral, dan antijamur, adalah pemicu anafilaksis yang
umum di seluruh dunia dengan variasi di antara negara-negara; sebagai contoh, penisilin
intramuskular adalah pemicu umum di tempat-tempat di mana masih digunakan untuk demam
rematik, dan obat-obatan antituberkulosis adalah pemicu yang relatif umum di beberapa negara.
NSAID umumnya menjadi pemicu anafilaksis yang spesifik terhadap obat dalam kelas farmakologis
ini dan tidak terkait dengan penyakit terkait NSAID lainnya seperti asma, rinitis, polip hidung, dan
urtikaria kronis. Anafilaksis juga dapat dipicu oleh agen kemoterapi seperti karboplatin dan
doksorubisin, serta agen biologis seperti antibodi monoklonal cetuximab, rituximab, infliximab,
dan jarang terjadi, omalizumab. Selain itu, anafilaksis dapat dipicu oleh kontaminan dalam obat-
obatan, misalnya, kondroitin sulfat yang berlebihan dalam heparin, dan oleh formulasi herbal
CONTOH PEMICU
4 Faktor lingkungan

Paparan terhadap faktor lingkungan tertentu, seperti dingin ekstrem (urtikaria kolinergik) atau
olahraga intens (urtikaria fisik), juga dapat memicu reaksi anafilaksis.

5 Lateks

Beberapa orang memiliki alergi terhadap lateks yang dapat menyebabkan anafilaksis jika terpapar
lateks, misalnya pada sarung tangan atau peralatan medis.

Estelle F. Anaphylaxis: the acute episode and beyond. BMJ 2013; 1–10
Estelle et.all. WAO Guideline for the Assessment and Management of Anaphylaxis. 2011;4:13-37
CONTOH PEMICU
6 Polimorfisme

Keragaman genetik juga harus dimasukkan di antara faktor pejamu yang


mempengaruhi anafilaksis pada beberapa kasus alergi makanan dan obat . Polimorfisme yang
mempengaruhi metabolisme mediator anafilaksis juga dapat mempengaruhi tingkat keparahan
anafilaksis, karena tingkat aktivitas PAF-AH berkorelasi terbalik dengan tingkat keparahan
anafilaksis, dan subjek dengan varian angiotensi nogen dilaporkan mengalami peningkatan tingkat
alergi Hymenoptera ve nom. Mutasi D816V ditemukan pada beberapa pasien dengan kelainan sel
mast dan anafilaksis berulang terhadap sengatan Hymenop tera
Sebagian besar insiden anafilaksis dipicu oleh mekanisme imunologis yang melibatkan
imunoglobulin E (IgE), yang mengakibatkan aktivasi sel mast dan basofil, serta pelepasan
mediator inflamasi seperti histamin, faktor pengaktif trombosit, leukotrien, triptase, dan
prostaglandin.

Penyebab paling umum anafilaksis yang dihubungkan dengan IgE adalah makanan
(terutama kacang tanah, kacang pohon, kerang dan ikan, susu sapi, telur, dan gandum),
obat-obatan (terutama penisilin dan antibiotik lainnya), dan gigitan serangga.

Ada juga penyebab anafilaksis yang tidak melibatkan IgE, yaitu latihan fisik, aspirin, obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID), opiat, dan agen kontras untuk pencitraan medis.

Fischer D, Vander Leek TK, Ellis AK, Kim H. Anaphylaxis. Allergy Asthma Clin Immunol. 2018 Sep;14(S2):54.
Terima Kasih!
Breaking Apart the Problem
C Circle the numbers Beth had 5 apples and
picked 10 more from a
U Underline the question tree. Beth loved to eat
apples. How many
B Box the key words
apples did Beth end up
E
Eliminate extra information with?
Strategies for Solving
Create a picture and write a number sentence.

5 + 10 =
Box the
unknown
Example: There were 45 sharks swimming
together when another group
Step 1: Break it
joined. At the end there were 67
apart sharks. How many sharks
joined?

45 + =67 Step 2: Create a


number sentence
Example: Step 2: Create a picture

Step 3: Compare and solve

Answer: 22 sharks joined


Practice:
Jensen baked chocolate chip cookies. They
smelled so good that he ate 12 himself. This left
him with 25 cookies to share with his friends.
How many cookies did he bake?
Answer:
Jensen baked 37
chocolate chip cookies.

Anda mungkin juga menyukai