PEDIATRI
SYOK ANAFILAKSIS
OLEH :
201610330311010
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
berlebihan terhadap suatu bahan dimana seorang individu pernah tersensitasi oleh
bahan tersebut. Saat pasien kontak dengan bahan tersebut, histamin, serotonin,
tryptase dan bahan vasoaktif lainnya dilepaskan dari basofil dan sel mast. Reaksi
anafilaktik ini dimediasi langsung oleh obat atau bahan tertentu, dan tidak melalui
pemberian obat seperti morfin dan relaksan otot non depolarisasi (tubokurare,
tidak terkecuali bahan yang digunakan dalam praktek anestesi, yang terlibat dalam
pelumpuh otot non depolarisasi, anestetik lokal golongan ester, antibiotik, plasma
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
serangga, 20-40% akibat zat kontras radiografi, dan 10-20% akibat pemberian
obat penisilin. Data yang akurat dalam insiden dan prevalensi terjadinya syok
anafilaktik masih sangat kurang. Anafilaktik yang fatal hanya kira-kira 4 kasus
kematian dari 10 juta masyrakat pertahun. Sebagian besar kasus yang serius
anafilaktik adalah akibat akibat pemberian antibiotik seperti penisilin dan bahan
zat radiologis. Penisilin merupakan penyebab kematian 100 dari 500 kematian
2.2 Patofisiologi
reaction) oleh Coombs dan Gell (1963), timbul segera setelah tubuh terpajan
IgE pada sel mast, yang menyebabkan terjadinya pelepasan mediator inflamasi.
A. Fase Sensitisasi
olehreseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang masuk
lewat kulit, mukosa saluran nafas atau saluran makan di tangkap oleh makrofag.
Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana
Immunoglobulin E (IgE) spesifik untuk antigen tersebut. IgE ini kemudian terikat
B. Fase Aktivasi
sama. Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang
menimbulkan reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen
yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh IgE spesifik
dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara
lain histamine, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktof lain dari
dianggap sebagai mediator utama syok anafilaksis. Banyak tanda dan gejala
degradasi asam arakidonat dari membrane sel yang akan menghasilkan Leukotrien
(LT) dan Prostaglandin D2 (PG2) yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi
mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmokologik pada
dengan Leukotrien.
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran
plasma memproduksi IgE spesifik untuk antigen tersebut kemudian terikat pada
menimbulkan reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen
yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh IgE spesifik
dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara
lain histamine, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari
membrane sel yang akan menghasilkan leukotrien (LT) dan prostaglandin (PG)
yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang disebut newly formed
(anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan
terjadinya fenomena maldistribusi dari volume dan aliran darah. Hal ini
menyebabkan penurunan aliran darah balik sehingga curah jantung menurun yang
perfusi yang berlanjut pada hipoksia ataupun anoksia jaringan yang berimplikasi
Anafilaksis dicurigai terjadi pada pasien yang telah dianestesi jika timbul
hipotensi atau bronkhospasme secara tiba-tiba, terutama jika hal tersebut terjadi
setelah pemberian suatu obat atau cairan. Alergi lateks mungkin mempunyai onset
yang lambat, kadang-kadang memerlukan waktu sampai 60 menit untuk
bermanifestasi.
yang berat.
Hematologi. Koagulopati.
A. Diagnosis klinis
1. Onset gejala akt (beberapa menit hingga beberapa jam) yang melibatkan
hipoksemia
- Gangguan respirasi
organ target
muntah)
3. Atau, penurunan tekanan darah segera (beberapa menit atau jam) setelah
- Bayi dan anak : tekanan darah sistolik rendah (menurut umur) atau
- Dewasa : tekanan darah sistolik <90 mmHg atau terjadi penurunan >
B – Pernapasan
Jamin pernapasan yang adekuat. Intubasi dan ventilasi mungkin
diperlukan
C – Sirkulasi
Aliran balik vena dapat dibantu dengan mengangkat kaki pasien atau
Jika hemodinamik pasien tetap tidak stabil setelah pemberian cairan dan
yaitu kenaikan tekanan yang tiba-tiba dan aritmia. Berikan obat tersebut
secara berhati-hati, amati respon dan ulangi jika diperlukan. Coba lakukan
bekerja.
pembedahan.
unit perawatan intensif, ICU) untuk observasi dan terapi lebih lanjut.
diatasi dan pasien harus diobservasi secara ketat pada masa-masa tersebut.
adrenalin.
- Sinkop
2. Sindrom flush
- Perimenopause
- Sindrom karsinoid
- Epilepsi otonomik
3. Sindrom pasca-prandial
- Scombroidosis
- Sulfit
- Keracunan makanan
- Hipovolemik
- Kardiogenik
- Distributif
- Septik
5. Kelainan non-organik
- Hiperventilasi
- Episode psikosomatis
- Mastositosis
- Leukimia basofill
7. Lainnya
2.7 Komplikasi
- Koma
- Kematian
anestesi lokal, dll) harus selalu waspada untuk timbulnya reaksi anafilaktik.
Penderita yang tergolong risiko tinggi (ada riwayat asma rinitis, eksim, atau
menyuntikkan obat yang sama bila sebelumnya pernah ada riwayat alergi
betapapun kecilnya. Sebaiknya mengganti dengan preparat lain yang lebih aman.
2.9 Prognosis
dan pengelolaannya karena itu umumnya adalah dbia ad bonan (tidak tentu/ragu-
ragu,cenderung sembuh/baik.
BAB III
KESIMPULAN
Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemk yang berat dan termasuk ke
nyawa, karena reaksi tersebut timbul secara mendadak dan tidak dapat diprediksi
sebelumnya, sebagai akibat pelepasan berbagai macam mediator dari sel mast dan
basofil, yang mempengaruhi lebih dari satu sistem organ yag gejalanya timbul
serentak atau hampir serentak, seperti pada kulit dan jaringan bawah kulit, saluran
respirasi atas dan bawah, sistem pencernaan, sistem kardiovaskular, serta sistem
organ lainnya.
dan merupakan bagian dari syok distributive yang ditandai oleh adanya hipotensi
yang nyata akibat vasodilatasi mendadak pada pembuluh darah dan disertai
kolaps pada sirkulasi darah yang menyebabkan terjadinya sinkop dan kematian
Penatalaksanaan syok anafilaktik harus cepat dan tepat mulai dari hentikan
diangkat lebih tinggi dari kepala; penilaian A,B,C dari tahapan resusitasi jantung
paru; pemberian adrenalin dan obat-obat yang lain sesuai dosi; monitoring
keadaan hemodinamik penderita bila perlu rujuk berikan terapi cairan secara
cepat dan tepat sesuai dengan kaedah kegawatdaruratan, reaksi anafilaksis jarang
menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Liwang, F dan Arief Mansjoer. 2014. Syok Anafilaktik dalam Buku Kapita
Selekta. Jakarta. Media Aesculapius. pp 860-865
Marsis OI. 2014. Reaksi Anafilaktik dalam Buku Panduan Praktik Klinis. Jakarta.
Media Aesculapius. pp 44-47