Anda di halaman 1dari 11

SIRKUMSISI

Oleh :

Novianita Anugrah Islami

201610330311010

Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Sirkumsisi (circumcision/khitan) atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal

dengan istilah “sunat” atau “supit”, adalah operasi pengangkatan sebagian, atau

semua dari kulup (preputium) penis (WHO, 2007). Prosedur ini biasanya dilakukan

untuk alasan agama, kebersihan, ataupun kosmetik. Jika ditinjau dari segi agama,

berdasarkan pendapat sebagian ulama mazhab syafii menyatakan bahwa sirkumsisi

atau khitan hukumnya wajib bagi laki-laki dan sunat bagi wanita. Sebagaimana dalam

Al Quran surat An Nahl ayat 123 yang artinya “Kemudian Kami wahyukan kepadamu

(Muhammad), ikutilah agama (termasuk khitan di dalamnya) Ibrahim seorang yang

hanif, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.”

Banyak manfaat dari sirkumsisi yang diidentifikasi untuk mencegah infeksi

saluran kemih, membuat penis menjadi bersih, serta mengurangi resiko terkena

karsinoma penis. Indikasi sosial dimana pada negara tertentu mewajibkan untuk

dilakukan sirkumsisi karena sebagai tanda kedewasaan. Adapun indikasi medisnya

yaitu fimosis, parafimosis, pencegahan tumor, kondiloma akuminata, dan kelainan-

kelainan lain yang terbatas pada preputium. Selain trdapat indikasi, sirkumsisi

mmiliki kontraindikasi yaitu hipospadia, epispadia dan kelainan hemostasis

(hemophilia, trombositopenia dan penyakit kelainan hemostasis lainnya).

Secara medis tidak ada batasan umur untuk dilakukan sirkumsisi. Biasanya,

sirkumsisi dipengaruhi oleh adat istiadat setempat. Usia yang paling baik untuk

seorang anak laki-laki di Amerika dilakukan sirkumsisi adalah setelah 40 hari. Anak

di Arab Saudi disirkumsisi pada usia 3 sampai 7 tahun, di Mesir antara 5 dan 6 tahun,
di India 5 dan 9 tahun dan di Iran biasanya umur 4 tahun. Usia yang paling sering

dilakukan sirkumsisi di Indonesia yaitu usia 5 sampai 12 tahun. Sebab, pada usia

tersebut biasanya ukuran penis dan kesiapan emosional menjadi pertimbangan. Selain

itu, anak umumnya belum ereksi sehingga, risiko perdarahannya akan minimal.

Banyak metode sirkumsisi yang digunakan saat ini, mulai dari metode

konvensional dengan pisau bedah (bistun) dengan atau tanpa penjahitan,

Electrosurgery dengan alat diathermi dan Electrocautery, yakni elemen panas yang

digunakan untuk memotong preputium. Metode Cautery yang cukup terkenal di

masyarakat Indonesia yakni khitan laser. Penamaan yang digunakan sebenarnya

kurang tepat, karena alat yang digunakan sama sekali tidak menggunakan laser

melainkan alat hasil modifikasi sendiri, bukan keluaran dari sebuah pabrik untuk alat-

alat kesehatan. Alat ini membutuhkan energi listrik sebagai sumber daya. Jika terjadi

kerusakan alat, maka dapat terjadi sengatan listrik (luka bakar) yang beresiko bagi

pasien maupun operator.

Preputium atau kulit penutup depan penis yang menjadi tempat berkumpulnya

sisa-sisa air seni dan kotoran lain yang membentuk zat warna putih disebut smegma,

ini sangat potensial sebagai sumber infeksi. Tindakan membuang kulit atau

preputium makan resiko terkena infeksi dan penyakit lain menjadi lebih kecil.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Sirkumsisi (circumcision/khitan) merupakan proses pemotongan kulit depan

atau preputium penis dengan menyisakan mukosa (lapisan dalam kulit) dari sulcus

coronarious ke arah kepala penis, yang bertujuan untuk mencegah timbulnya

penumpukan smegma pada penis baik itu dengan alasan sosial, agama maupun

budaya. Pendapat lain juga mengatakan bahwa sirkumsisi merupakan tindakan bedah

minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia,baik oleh dokter, paramedis

ataupun oleh dukun sunat.

Kulit kulup (preputium) adalah lapisan luar/lipatan kulit yang menyelubungi

glans penis. Preputium menempel pada glans penis disisi ventral frenulum.Sebuah

pembuluh darah kecil membentang di frenulum. Selama perkembangan intrauteri,

epitelium preputium dalam mulai memisah dari epitelium glans. Kendati retraksi

preputium minimal saat lahir, pemisahan fisiologis normal ini berlanjut hingga

sepanjang masa kanak-kanak. Muara puncak preputium adalah cincin preputium.

Korona adalah bagian atas glans. Sedangkan, sulcus korona merupakan batas antara

glans dan badan penis. Eksisi preputium yang tepat adala sejajar sulkus korona.

Muara (meatus) uretra dalam kondisi normal terletak pada puncak tengah glans.

Apabila meatus uretra berada pada bidang vertial/dorsal, kondisi ini disebut

hipospadia, ini merupakan kontraindikasi dilakukannya sirkumsisi.


2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Sirkumsisi

A. Indikasi sirkumsisi menurut medis adalah :

1. Fimosis : preputium tidak dapat ditarik ke proximal karena lengket dengan

gland penis diakibatkan oleh smegma yang terkumpul diantaranya.

2. Parafimosis : preputium yang telah ditarik ke proximal, tidak dapat

dikembalikan lagi ke distal. Akibatnya dapat terjadi udem pada kulit preputium yang

menjepit, kemudian terjadi iskemi pada glands penis akibat jepitan itu. Lama

kelamaan glands penis dapat nekrosis. Pada kasus parafimosis, tindakan sirkumsisi

harus segera dilakukan.

3. Balanitis : penyakit peradangan pada ujung penis. Kebanyakan kasus balanitis

terjadi pada pria yang tidak melakukan sirkumsisi dan mereka yang tidak menjaga

kebersihan alat vital.

4. Kondiloma Akuminata : Kondiloma akuminata merupakan suatu lesi pre

kanker pada penis yang diakibatkan oleh HPV (human papiloma virus).

B. Kontraindikasi sirkumsisi adalah :

1. Hipospadi : Hipospadia merupakan kelainan konginetal muara uretra eksterna.

Kelainan berada di ventral penis mulai dari glans penis sampai perineum. Hipospadia

terjadi karena kegagalan atau kelambatan penyatuan lipatan uretra di garis tengah

selama perkembangan embriologi.

2. Epispadia : kelainan kongenital dimana meatus uretra terletak pada

permukaan dorsal penis. Normalnya, meatus terletak di ujung penis, namun nak laki-

laki dengan epispadia, meatus terletak di atas penis.Insiden epispadia yang lengkap

sekitar 1 dalam 120.000 laki-laki. Perbaikan dengan pembedahan dilakukan untuk


memperluas uretra ke arah glans penis. Preputium digunakan dalam proses

rekonstruksi, sehingga bayi baru lahir dengan epispadia tidak boleh di sirkumsisi.

3. Kelainan Hemostasis : kelainan yang berhubungan dengan jumlah dan fungsi

trombosit, faktor-faktor pembekuan, dan vaskuler. Jika salah satu terdapat kelainan

dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang sulit diatasi selama atau setelah

sirkumsisi. Kelainan tersebut adalah hemophilia, trombositopenia dan penyakit

kelainan hemostasis lainnya

2.3 Metode Sirkumsisi

2.3.1 Metode Klasik/Dorsumsisi/Cara Kuno

Metode ini sebenarnya sudah lama ditinggalkan, namun prakteknya masih

dapat dilihat di sekitar pedesaan. Alat yang umumnya digunakan dalam metode ini

adalah bambu yang telah ditajamkan, skalpel atau pisau bedah,dan silet. Peralatan

yang akan dipakai ini sebelumnya disterilkan dengan alkohol tepat sebelum

penggunaan. Namun cara ini mengandung risiko terjadinya perdarahan dan infeksi,

bila tidak dilakukan dengan steril.

2.3.2 Metode Lonceng Atau Ikat

Metode ini tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya diikat erat

sehingga bentuknya mirip lonceng. Setelah itu, jaringan akan mati dan terlepas

dengan sendirinya dari jaringan sehat. Hanya saja metode ini mmbutuhkan waktu

yang cukup lama, sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negaraEropa,

Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision Cord Device.


2.3.3 Metode Klamp

Metode ini memiliki banyak merek dagang terdaftar, namun, pada prinsipnya

adalah kulit yang akan dihilangkan dijepit kemudian dipotong saat itu juga. Secara

sekilas, proses penjepitan terlihat seperti metode lonceng, namun, sangat berbeda di

tahap selanjutnya, yaitu pemotongan. Pada metode ini, penjepitan hanya dilakukan

sebentar saja selama operasi berlangsung dan segera dilepas lalu penjepit kemudian

langsung dibuang (sekali pakai) sehingga tidak terjadi nekrosis. Merek dagang yang

umumnyadipromosikan adalah: Gomco. Ismail Clamp, Q-Tan, Sunathrone Clamp,

Ali’s Clamp, Tara Clamp, Smart Clamp. Di Indonesia, 2 metode yangterkenal adalah

Tara Clamp dan Smart Clamp.

Tara clamp ditemukan dan dipatenkan oleh seorang professor, dr. Tara

Gurcharan Singh pada awal tahun 1990, alat ini hampir seluruhnya terbuat dari

plastik dan digunakan hanya sekali saja. Pada metode ini, kulit yang akan dihilangkan

dilebarkan, kemudian ditahan dengan Tara Clamp itu sendiri. Setelah 3-5 menit, kulit

akan terlepas dengan sendirinya dikarenakan tekanan. Walaupun metode

ini menggunakan tekanan,nyatanya metode ini tidak menimbulkan rasa sakit, tanpa

pendarahan, tanpa jahitan, dan bisa langsung melakukan aktivitas yang relatif ringan.

2.3.4 Electrocutery

Metode ini menggunakan tehnik pemotongan dengan menggunakan panas

yang tinggi tetapi dalam waktu yang sangat singkat. Metode ini memiliki kelebihan

dalam hal mengatur pendarahan.


2.3.5 Flash Cutter

Perbedaan metode Electrocutery dengan metode ini adalah menggunakan

penggunaan sebilah logam yang sangat tipis dan diregangkan sehingga terlihat seperti

benang logam. Logam tersebut kemudian dipanaskan sedikit menggunakan battery.

Hal ini dimaksudkan untuk membunuh bakteri yang kemungkinan masih ada serta

mempercepat pemotongan. Karena alat ini menggunakan batrai, alat ini cenderung

lebih mudah dibawa.

2.3.6 Laser Carbon Dioxide

Metode ini menggunakan murni laser selama proses sirkumsisi. Metode ini

adalah metode tercepat selain menggunakan metode klasik karena didukung oleh

tekhnologi medis yang telah maju.

2.4 Prinsip Sirkumsisi

Prinsip dasar dalam sirkumsisi yaitu asepsis, pengangkatan kulit prepusium

secara adekuat, hemostasis yang baik, dan kosmetik. Sirkumsisi yang dikerjakan pada

umur neonatus (kurang dari satu bulan) dapat dikerjakan tanpa memakai anastesi,

sedangkan anak yang lebih besar harus dengan memakai anestesi umum guna

menghindari terjadinya trauma psikologis.

2.5 Alat dan Bahan

1) Alat :

 Handscoon

 Kasa steril

 Spuit 2,5 cc

 2 klem lurus
 Gunting jaringan

 Gunting benang

 Pinset sirurgis

 Needle Holder

 Benang catgut plain ukuran 3/0

 Jarum jahit 3/8 7x17

 Cuching

 Bengkok

 Flashcutter

2) Bahan :

 Betadine

 Alkohol 70 %

 Lidocaine HCL

 Povidone iodine

2.5 Prosedur Tindakan

A. Persiapan pasien

a) Bila pasien sudah besar, maka dilakukan pencukuran rambut pubis terlebih

dahulu.

b) Bila pasien masih anak-anak, Lakukan pendekatan terhadap anak terlebih

dahulu, agar anak bisa kooperatif saat dilakukan tindakan.

c) Menanyakan riwayat penyakit anak, bila ada riwayat alergi obat atau lainnya.

d) Menjelaskan kepada orang tua anak mengenai tindakan yang akan dilakukan.

e) Penis dan sekitarnya dibersihkan dengan antiseptik


B. Tindakan

a) Setelah dilakukan disinfeksi lapangan operasi.

b) Daerah operasi ditutup dengan duck lubang.

c) Kemudian dilakukan pembiusan dengan menggunakan anastesi lokal lidokain

2 %. Kemudian, ditunggu beberapa saat hingga diyakinkan bahwa penis sudah

terbius.

d) Lakukan dilatasi pada preputium dengan klem sehinggga preputium dapat

ditarik ke proksimal. Selanjutnya preputium dibebaskan dari perekatannya

dengan glands penis dan dibersihkan dari smegma atau kotoran lain.

e) Kemudian dilakukan pemotongan menggunakan flashcutter yang merata.

kontrol perdarahan.

f) Setelah semua preputium terlepas, klem ujung dari kulit luar yang dipotong

tadi dikeliling batang penis untuk melapangkan area jahitan sekaligus

menandaitempat yang akan dijahit.

g) Kemudian kulit dan mukosa di jahit satu persatu atau jelujur dengan cat

gut3/0.

h) Balut dengan sofratule dengan longgar mengelilingi glans dan pinggirankulit.

i) Bersihkan semua peralatan

j) KIE Pasien untuk sebisa mungkin tidak terkena air dan meminum obat secara

rutin.
DAFTAR PUSTAKA

Mianoki, Adika., 2014, Ensiklopedi Khitan, Majalah Kesehatan Muslim, pp.6-40


Zufii, Widya, 2013, Sirkumsisi, Scribd, pp. 3-6

Anda mungkin juga menyukai