Anda di halaman 1dari 8

PERAN SIRKUMSISI DALAM INFEKSI MENULAR SEKSUAL

THE ROLE OF CIRCUMCISION IN SEXUALLY TRANSMITTED INFECTIONS

Dosen

Abstrak
Latar belakang : Prevalensi infeksi menular seksual (IMS) di dunia terus meningkat.
Banyak upaya telah dilakukan untuk mencegah meluasnya penyebaran IMS tersebut
namun belum memberikan hasil yang memuaskan. Beberapa ahli mulai
merekomendasikan sirkumsisi sebagai salah satu upaya pencegahan penularan IMS akan
tetapi hal ini masih bersifat kontroversial karena hasil dari beberapa penelitian
memberikan kesimpulan yang saling bertentangan. Sirkumsisi pada laki-laki dilakukan
dengan menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau prepusium
yang bertujuan untuk membersihkan penis dari kotoran penyebab penyakit yang mungkin
melekat pada ujung penis yang masih ada preputiumnya. Sirkumsisi pada perempuan
dilakukan dengan cara bervariasiseperti melukai atau memotong klitoris namun
dilaporkan secara medis tidak ada manfaatnya.
Kata kunci: Sirkumsisi, infeksi menular seksual.

Abstract
Background: The prevalence of sexually transmitted infections (STI) in the world
continues to increase. Many efforts have been done to prevent the spread of STIs, but has
not given satisfactory results. Some experts began recommending circumcision as a
prevention of the transmission of STIs but it is still controversial because the results of
some studies provide conflicting conclusions. Male circumcision is done by removing
part or all of the penis foreskin or prepuce of the penis that aims to rid of impurities that
may cause illness attached to the tip of the penis is still there preputiumnya.Female
circumcision is done by varying such injure or cut the clitoris but reported no medical
benefit.
Keywords: Circumcission, sexual transmitted infection
Pendahuluan pencegahan penularan IMS, meskipun
hal ini masih bersifat kontroversial
Infeksi menular seksual (IMS) karena hasil dari beberapa penelitian
terus menjadi masalah kesehatan memberikan kesimpulan yang saling
masyarakat yang serius dan cukup bertentangan.5 Penulisan tinjauan pustaka
menonjol pada sebagian besar negara ini bertujuan untuk menambah
didunia.1 Prevelensi kasus IMS di pengetahuan mengenai pengaruh
berbagai negara tidak diketahui dengan sirkumsisi pada infeksi menular seksual.
pasti, namun berdasarkan laporan yang
dikumpulkan oleh WHO (World Health Sejarah Sirkumsisi
Organization) terdapat sekitar 250 juta Sirkumsisi sudah dilakukan sejak
penderita baru dengan diagnosis zaman pra sejarah dan merupakan salah
gonorrhea, sifilis, herpes genitalis yang satu tindakan bedah minor yang paling
menurut hasil analisis jumlah tersebut banyak dilakukan di seluruh dunia.
cenderung meningkat dari waktu ke Alasan melakukan sirkumsisi meliputi
waktu.2 Banyak upaya yang telah karena alasan agama, budaya atau juga
dilakukan untuk mencegah meluasnya alasan kesehatan.6 Sirkumsisi berasal dari
penyebaran IMS antara lain promosi kata “circumcision” yang terdiri dari kata
perilaku seksual yang aman, program circum (berarti “sekitar”) dan coedere
peningkatan penggunaan kondom, (berarti “memotong”).7 Sirkumsisi pada
peningkatan perilaku upaya mencari laki-laki dilakukan dengan memotong
pengobatan, pengintegrasian upaya atau menghilangkan sebagian atau
pencegahan dan perawatan IMS ke dalam seluruh kulit penutup depan penis atau
upaya pelayanan kesehatan dasar, upaya prepusium yang bertujuan untuk
kesehatan reproduksi, klinik membersihkan penis dari berbagai
pribadi/swasta serta upaya kesehatan kotoran penyebab penyakit yang
lainnya, pelayanan khusus terhadap mungkin melekat pada ujung penis yang
kelompok berisiko tinggi dan deteksi dini masih ada preputiumnya.8 Secara umum
terhadap infeksi yang bersifat simtomatik diperkirakan lebih dari 25% laki-laki
maupun asimtomatik.3 Upaya pencegahan telah melakukan sirkumsisi. Di Amerika
penyebaran IMS yang dilaksanakan di Serikat sekitar 1,2 juta bayi laki-laki
berbagai negara sepertinya belum disirkumsisi tiap tahunnya, di Australia
memberikan hasil yang memuaskan, hal terdapat 69% laki- laki yang disirkumsisi
ini disebabkan oleh adanya resistensi sedangkan di Timur tengah sekitar
terhadap obat, faktor lingkungan yang 100.000 bangsa Yahudi dan 10 juta umat
memudahkan terjadinya penularan IMS, muslim disirkumsisi tiap tahunnya serta
kesulitan dalam menegakkan diagnosis, di Afrika sekitar 9 juta laki- laki.9,10,11 Rata-
pengobatan yang tidak tepat serta rata usia dilakukan sirkumsisi pada anak
kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan.4 laki-laki adalah sekitar 10-14 tahun dan
Infeksi menular seksual juga dapat tersering pada usia 12 tahun.12,13
menimbulkan komplikasi seperti Sirkumsisi pada perempuan
infertilitas, kehamilan ektopik, infeksi dilakukan dengan tindakan yang
pada neonatus dan bayi, kanker di daerah bervariasi, meliputi pemotongan klitoris
anogenital, meningkatkan risiko sebagian atau keseluruhan, pemotongan
penularan HIV (Human klitoris beserta dengan labium minus atau
Immunodeficiency Virus) secara seksual pemotongan sebagian atau keseluruhan
dan kematian. dari genitalia eksterna tersebut disertai
Beberapa tahun terakhir para ahli dengan proses penjahitan untuk
mulai merekomendasikan sirkumsisi atau mempersempit lubang vagina yang
sunat sebagai salah satu upaya dikenal sebagai infibulasi sehingga hanya
menyisakan lubang kecil sebagai tempat glans penis. Frenulum merupakan
urin keluar. Cara lain sirkumsisi pada bagian paling sensitif dari penis yang
perempuan yaitu dengan melukai klitoris terdiri dari sejumlah besar ujung-ujung
dan/atau labium seperti dengan saraf sensoris. Apabila disirkumsisi,
menggores, menusuk atau insisi. Tujuan sebagian atau keseluruhan frenulum
awal sirkumsisi pada perempuan akan hilang.18 Pada ujung lapisan dalam
dikatakan untuk menekan nafsu prepusium (dekat dengan daerah
seksualnya.14 Diperkirakan sekitar 130 mukokutan) terdapat ridged band
juta perempuan di dunia telah (frenar band) yang kaya dengan
disirkumsisi dan sekitar 2 juta anak reseptor saraf sensoris meissner’s
perempuan disirkumsisi tiap tahunnya corpuscles dan sangat sensitif seksual.
saat mereka berusia 4-12 tahun.15 Pada laki-laki yang disirkumsisi,
Semua metode sirkumsisi yang keseluruhan ridge band biasanya akan
digunakan mempunyai prinsip yang hilang.17 Prepusium diperdarahi oleh
sama. Perbedaan dari metode arteri dorsalis penis dan vena dorsalis
konvensional dengan metode kauter atau superfisialis penis serta dipersarafi
laser hanya terletak pada alat yang oleh nervus dorsalis penis. Prepusium
digunakan untuk memotong kulup penis. dilapisi oleh otot polos (peripenic
Untuk mendapatkan proses dan hasil muscle) yang pada bagian ujung
sirkumsisi yang terbaik sesuai dengan prepusium membentuk spinkter
harapan tidak hanya bergantung pada sehingga hubungannya dengan glans
metode yang dipilih, tetapi sangat penis tetap erat.19
tergantung dari kesiapan anak, orang tua, 2. Anatomi Klitoris
operator (tenaga medis) serta kesterilan Klitoris merupakan bagian
alat. Anak dengan fisik dan psikisyang organ seksual perempuan yang paling
tidak siap, berpotensi menghambat sensitif terhadap rangsangan seksual.
kelancaran proses sirkumsisi dan proses Pertemuan labium mayor pada bagian
penyembuhannya.16 anterior di atas dasar pubis merupakan
clitoral hood yang menutupi sebagian
Anatomi Prepusiumdan Klitoris atau keseluruhan glans klitoris. Glans
1. Anatomi prepusium klitoris kira-kira berukuran sebesar
Prepusium adalah lipatan kulit kacang polong dan terdiri dari 8.000
dan jaringan mukosa yang menutupi ujung saraf yaitu dua kali lipat yang
glans penis dan meatus uretra saat dimiliki oleh glans penis. Glans
penis tidak ereksi. Bagian luar klitoris meluas dan bercabang
prepusium merupakan kelanjutan dari membentuk V terbalik yang dikenal
kulit corpus penis sedangkan bagian sebagai crus clitoris.20 Klitoris
dalamnya merupakan membran diperdarahi oleh arteri klitoris dorsalis,
mukosa. Prepusium dapat bebas arteri klitoris inferior dan vena klitoris
bergerak ke atas dan bawah setelah dorsalis superfisialis dan inferior serta
terpisah dari glans penis biasanya dipersarafi oleh nervus
terjadi pada masa pubertas.17 Pada klitorisdorsalis. 18

glans penis bagian bawah terdapat


frenulum yang menghubungkan Epidemiologi Penderita IMS Yang Tidak
prepusium dengan glans penis. Disirkumsisi
Frenulum adalah jaringan elastis Sejak 150 tahun yang lalu
berbentuk Y di bawah glans penis Hutchinson melaporkan bahwa terdapat
yang terhubung ke prepusium dan hubungan antara sirkumsisi pada laki-laki
membantu mempertahankan dan infeksi menular seksual dengan
prepusium kembali dapat menutupi mengamati insidensi sifilis yang lebih
banyak terjadi pada laki-laki yang tidak
disirkumsisi.21 Pendapat ini didukung oleh Sirkumsisi dapat memberikan
penelitian di Kanada (1947) dan data dari pengaruh baik maupun buruk pada
rumah sakit Naval di Amerika (1949). infeksi menular seksual maupun non
Penelitian di Perth, Australia (1983) juga infeksi menular seksual. The American
menunjukkan hubungan yang Academy of Pediatrics (AAP)
bermaknaantara tidak disirkumsisi melaporkan bahwa sirkumsisi dapat
dengan penyakit sifilis, herpes genitalis mencegah terjadinya infeksi saluran
dan gonorrhea.22 Sebuah penelitian kencing pada anak laki-laki,juga dapat
prospektif di Nairobi, Kenya (2006) juga mencegah terjadinya kankerpada daerah
melaporkan terdapat hubungan bermakna kelamin laki-laki. Bahkan pada beberapa
antara tidak disirkumsisi dengan kejadian kondisi tertentu yang berkaitan dengan
penyakit ulkus genital yaitu tidak penyakit dan kelainan bawaan pada alat
sirkumsisi meningkatkan risiko kejadian kelamin seperti phimosis, paraphimosis,
ulkus genital sebesar 2,5 kali dan juga dan balanitis, sirkumsisi merupakan
meningkatkan risiko terinfeksi HIV tipe tindakan medis yang sangat dianjurkan.25
1 sebesar 4 kali.23 Selain itu telah dikembangkan penelitian-
Pada penelitian kohort di New penelitian biokimia, mikroanatomi dan
Zealand (2004) juga melaporkan bahwa biomedis dengan menggunakan kulit
IMS lebih sering terjadi pada laki-laki prepusium.26 Sirkumsisi pada perempuan
yang tidak disirkumsisi yaitu sebesar 3,2 yang dilakukan di beberapa negara
kali lipat (Chlamydia 52%, kutil kelamin dimaksudkan untuk mencegah hubungan
31%, uretritis non spesifik 12%, herpes seksual diluar nikah dan menjaga
genital 10% dan gonorrhea 5%) keperawanannya.27 Sirkumsisi pada laki-
dibandingkan dengan laki-laki yang laki dapat mengakibatkan terjadinya
disirkumsisi dengan jumlah pasangan infeksi, nyeridan perdarahan jika tidak
seksual lebih banyak dan sebesar 30% ditangani denganbaik serta mengurangi
tidak menggunakan kondom saat sensitivitas peniskarena bagian
berhubungan seksual, sehingga prepusium yang dipotong memiliki
disimpulkan bahwa sirkumsisi dapat banyak reseptor sentuhan halus dan
mengurangi IMS sebesar 48%.22 ujung-ujung saraf yang sangat
Beberapa penelitian menyatakan infeksi pekaterhadap rangsangan seksual. 28

Human Papiloma Virus (HPV) 10 kali Banyak ahli melaporkan bahwa


lebih tinggi pada laki-laki yang tidak sirkumsisi pada perempuan secara medis
disirkumsisi, demikian juga dengan tidak bermanfaat. Pada klitoris terdapat
sebuah penelitian meta-analisis pada banyak saraf yang bisa membantu
tahun 2007 melaporkan bahwa sirkumsisi orgasme seorang perempuan. Jika bagian
secara signifikan dapat mengurangi tersebut dipotong akan menyebabkan
infeksi HPV. Seperti halnya kanker perempuan menjadi sulit orgasme
servik pada perempuan, HPV juga sehingga secara tidak langsung lebih sulit
menyebabkan kanker penis pada pria. mendapatkan keturunan.29 Hasil penelitian
Insiden kanker penis pada laki-laki yang di Sudan (2004) menunjukkan bahwa
tidak disirkumsisi 22 kali lebih tinggi perempuan yang disirkumsisi enam kali
dibandingkan yang disirkumsisi.24 Tidak lebih infertil dibandingkan dengan
terdapat data epidemiologi infeksi perempuan yang tidak disirkumsisi.27
menular seksual pada perempuan yang Selain itu sirkumsisi pada wanita juga
tidak disirkumsisi. dapat mengakibatkan infeksi, penyakit
radang panggul, nyeri dan kesulitan
Pengaruh Sirkumsisi pada Non Infeksi melahirkan pervaginam jikadilakukan
Menular Seksual infibulasi.1
Pengaruh Sirkumsisi pada Infeksi mukosa prepusium dijumpai sel-sel
Menular Seksual imunitas seperti sel T CD4+ (22%), sel
Pada laki-laki yang tidak langerhans (11%) dan makrofag (2%)
disirkumsisi menyebabkan lingkungan sedangkan pada yang disirkumsisi hanya
yang hangat dan lembab dibawah sebesar T CD4+ (2%), sel langerhans
prepusium. Hal ini merupakan kondisi (1%) dan makrofag (0,7%) serta pada
yang cocok untuk kelangsungan hidup mukosa serviks sebesar T CD4+ (6%),
dan replikasi virus maupun bakteri.30 Saat sel langerhans (2%) dan makrofag (1%).
melakukan aktivitas seksual, area ini Walaupun uretra merupakan permukaan
sangat mudah terjadi mikroabrasi yang mukosa namun tidak dijumpai sel
menyebabkan peradangan dan langerhans dan bukan merupakan tempat
diskontinuitas mukosa serta memberikan masuknya virus HIV.35 Sel langerhans
jalan masuk bagi organisme patogen. (Antigen presenting cells)pada mukosa
Selain itu, daerah prepusium juga banyak bagian dalam prepusiummerupakan sel
mengandung sel- sel langerhans yang target utama pada infeksi HIV pada laki-
merupakan sel target dari Human laki. Biasanya sel-selimunitas berperan
Immunodeficiency virus (HIV) untuk melindungi tubuh terhadap infeksi
penyebaran infeksinya.31 Sekitar 80% mikroorganisme, namun pada infeksi
penderita HIV terinfeksi melalui HIV berperan sebagai jalan masuknya
hubungan seksual. Pada laki-laki dewasa HIV melalui reseptor CD4 danko-faktor
diperkirakan sebesar 70% terinfeksi HIV reseptor kemokin CCR5 dan CXCR4.
melalui hubungan seksual melalui vagina Reseptor tersebut dijumpai dengan
sedangkan di Afrika dilaporkan lebih dari densitas yang tinggi khususnya pada sel
90%.32 Dari 3 penelitian acak terkontrol langerhans di mukosa prepusium. Pada
diketahui bahwa sirkumsisi pada laki-laki mukosa prepusium dijumpai 300
dapat mencegah penularan HIV sebesar kopiHIV per 1000 sel langerhans setelah
50-60% sehingga WHO The Joint United satuhari terpapar HIV sedangkan pada
Nations Programme on HIV/AIDS servikshanya terdapat 30 kopi HIV
(UNAIDS) merekomendasikan sehingga prepusium 10 kali lebih mudah
sirkumsisi sebagai salah satu strategi terinfeksioleh HIV dibandingkan
pencegahan penularan HIV khususnya serviks. 16

pada negara-negara dengan angka Sirkumsisi pada laki-laki juga


sirkumsisi pada laki-laki masih rendah memberikan efek proteksi terhadap
dengan hiperendemik HIV.33 penyakit sifilis, chancroid dan infeksi
Beberapa mekanisme dikemukakan virus herpes simplek tipe 2 (VHS-2).
mengenai peran prepusium dalam Lingkungan yang lembab dan hangat
meningkatkan suseptibilitas biologik pada bagian dalam prepusium merupakan
terhadap penularan HIV, diantaranya tempat yang baik untuk replikasi bakteri
adalah: pada penis yang tidak dan area tersebut juga sangat berisiko
disirkumsisiakan lebih mudah terjadi terjadinya trauma saat berhubungan
trauma minorkarena gesekan, abrasi dan seksual.36 Hasil dari beberapa penelitian
robekan selama hubungan seksual; meta analisis di Australia (1990),
meningkatkan diskontinuitas mukosa dan Amerika (1996), Afrika (2000), India
menyediakan tempat masuk virus, selain (2000) dan Inggris (2006) melaporkan
itu juga menyebabkan terjadinya berkurangnya risiko IMS ulseratif (sifilis,
inflamasi sehingga terjadi peningkatan chancroid dan VHS-2) dengan sirkumsisi
jumlah limfosit lokal.34 Kantung sedangkan penelitian kohort di New
prepusium juga menyediakan lingkungan Zealand (2004) melaporkan bahwa tidak
yang hangat dan lembab sehingga bakteri ada hubungan antara infeksi VHS-2
dan virus dapat bertahan hidup. Pada dengan sirkumsisi.22 Sirkumsisi pada laki-
laki ternyata juga bisa berdampak positif Kesimpulan
pada perempuan. Sebuah penelitian Sirkumsisi pada laki-laki memberikan
dalam New England Journal of Medicine efek proteksi bagi penularan penyakit
melaporkan bahwa wanita yang infeksi menular seksual tapi tidak berarti
mempunyai pasangan seksual telah dapat menggantikan upaya pencegahan
disirkumsisi memiliki risiko yang lebih penularan IMS lainnya, sedangkan
rendah mengalami kanker servik. sirkumsisi pada wanita secara medis
Castellsague (2002) yang telah tidak memberikan manfaat termasuk
melakukan tujuh penelitian yang tidak dapat melindungi dari penularan
dilakukan di lima negara melaporkan infeksi menular seksual.
bahwa sekitar 20% laki-laki yang tidak
disirkumsisi di ketahui carrier Human Daftar Pustaka
Papilloma Virus (HPV), sedangkan pada 1. Direktorat Jenderal Pengendalian
laki-laki yang sirkumsisi hanya berkisar Penyakit dan Penyehatan
6%. Virus tersebut diperkirakan Lingkungan, Departemen Kesehatan
bertanggung jawab terhadap 99% kasus Republik Indonesia.
kanker servik. Para peneliti juga Penatalaksanaan Kasus IMS Secara
memperkirakan risiko perempuan untuk Paripurna dalam Daili Sf dkk.
mengalami kanker servik menurun Pedoman Penatalaksanaan Infeksi
hingga 58% jika pasangan seksualnya Menular Seksual, Jakarta, 2006; 70-
telah disirkumsisi.37 Untuk manfaat 79
sirkumsisi pada perempuan terhadap 2. Dallabetta and Neilsen. Effort to
infeksi menular seksual sampai saat ini control sexually transmitted
tidak ada data-data yang mengemukakan infections as a meansto limit HIV
hal tersebut. transmission: What is the
Pengaruh buruk sirkumsisi pada evidence?.Current Infectious
laki-laki terhadap infeksi menular seksual Disease Reports. 2005; 7: 79-84.
sejauh ini belum ditemukan data-data 3. Subdirektorat Pencegahan dan
yang mendukung, sedangkan sirkumsisi Pemberantasan IMS/AIDS dan
pada wanita, dari hasil penelitian di Frambusia Direktorat Jenderal PPM
Gambia (2000) melaporkan bahwa & PLP, Departemen Kesehatan RI.
prevalensi bakterial vaginosis dan infeksi Kebijaksanaan Program Pencegahan
VHS-2 meningkat pada perempuan yang dan Pemberantasan IMS Termasuk
disirkumsisi dan menurun pada infeksi AIDS di Indonesia dalam Daili SF
Chlamydia.29 Namun penelitian di Sudan dkk. Infeksi Menular Seksual,Edisi
(2004) melaporkan bahwa tidak ada ke-3. FK UI. Jakarta. 2007; 265-
hubungan antara sirkumsisi pada 271.
perempuan dengan infeksi C. 4. McGough LJ. Historical
trachomatis, gonorrhea maupun sifilis.27 Perspectives on Sexually
Angka kejadian bakterial vaginosis yang Transmitted diseases: Challenges for
meningkat pada perempuan yang Prevention and Control dalam
disirkumsisi dapat disebabkan oleh Holmes KK et al. Sexually
hilangnya labia minora yang berfungsi Transmitted Diseases. Edisi ke-4.
menjaga kesehatan daerah vagina McGraw-Hill Book Co, New York,
sedangkan meningkatnya infeksi HSV-2 2008; 3- 11.
mungkin karena adanya suseptibilitas 5. Gray et al. Male circumcision and
biologik terhadap infeksi namun prevention of HIV and sexually
penelitan tersebut tidak terdapat data transmitted infections. Current
mengenai perilaku seksual subjek.29 Infectious Disease Reports. 2008;
10: 121-127.
6. El-hout and Khauli. The case for 18. Chung KW. Perineum and pelvis. In
routine circumcision. Jmhg. 2007; 4: Gross Anatomy: Board Review
300-305. Series, Edisi ke-5. Lippincott
7. Buve Anne et al. Delivery of male Williams & Wilkins Publishing,
circumcision services: “Festina Philadelphia, 2005; 270-293.
lente”*. Reproductive Health 19. Cold CJ, McGrath KA. Anatomy
Matters. 2007; 15:57-61. and histology of the penile and
8. Kimberly K. An evidence-based clitoral prepuce in primates. In Male
approachto male circumcision: what and Female Circumcision,
do we know?.Journal of midwifery Denniston GC, Hodges FM, Milos
& women’s health. 2001; 46: 415- MF (eds.) Kluwer
422. Academic/Plenum Publishers, New
9. Richters et al. Circumcision in York, 2007.
Australia: prevalence and effects on 20. O’Connell HE et al. Anatomy of the
sexual health. International Journal clitoris. The Journal of Urology.
of STD & AIDS. 2006; 17: 547-554. 2005; 1189-1195.
10. Michael B. Between prophylaxis 21. Lavreys L et al. Effect of
andchild abuse: The ethics of circumcision on incidence of HIV-1
neonatal male circumcision. The and other STD: A prospective
American Journal ofBioethics. 2003; cohort study of trucking company
3: 35-48. employees in Kenya. JID. 1999;180:
11. Gray P.B. HIV and Islam: is HIV 330-335.
prevalence lower among 22. Van Howe R.S. Genital ulcerative
Muslims?.Social Science & disease and sexually transmitted
Medicine. 2004; 58: 1751- 1756. urethritis and circumcision: a meta-
12. Ngalande R.C et al. Acceptability of analysis.International Journal of
male circumcision for prevention of STD & AIDS. 2007; 18: 799-809.
HIV infection in Malawi. AIDS Kenya: Randomised controlled trial.
Behav. 2006; 10: 377-385. The Lancet. 2007; 369: 643-655.
13. Weiss H.A et al. Circumcision 23. Van Howe R.S. Human
among adolescent boys in rural papillomavirus and circumcision: A
northwestern Tanzania. Tropical meta-analysis. Journal of Infection.
Medicine and International Health. 2007; 54: 490-496.
2008; 13: 1054- 1061. 24. Schoen E.J et al. New policy on
14. Harowitz and Jackson. Female circumcision-cause for concern.
“circumcision”. JGIM. 1997; 12: Pediatrics. 2000; 105: 620-624.
491-498. 25. Hovatta, O et al. A culture system
15. Turner D. Female genital cutting. using human foreskin fibroblasts as
Nursingfor women’s health. 2007; feeder cells allows production of
11: 369-372. human embryonic stem cells.
16. Morris B.J. Why circumcision is a Human Reproduction. 2003;18:
biomedical imperative for the 21st 1404–1409.
century. BioEssay. 2007; 29: 1147- 26. Elmusharaf et al. Case-control study
1158. on the association between female
17. Milos MF, Macris D. Anatomy and genital mutilation and sexually
functions of the male foreskin. In transmitted infection in Sudan.
Human Sexuality: An Encyclopedia, BJOG. 2006; 113: 469-474.
GarlandPublishing, Inc, New York, 27. Muula A.S. Male circumcision to
2007; 119-121. prevent HIV transmission and
acquisition: what else do we need to
know?.AIDS Behav. 2007; 11: 357-
363.
28. Johnson K.E. and Quinn T.C.
Update on male circumcision:
prevention success and challenges
ahead. Current Infectious Disease
Reports. 2008; 10: 243-251.
29. Byakika J-Tuslime. Circumcision
and HIV infection: Assessment of
causality.AIDS Behav. 2008; 12:
835-841.
30. Rain-Taljaard R.C et al. Potential
for an intervention based on male
circumcision. in a South African
town with high levels of HIV
infection. AIDS Care. 2003; 15:
315-327.
31. Siegfrid N et al. HIV and male
circumcision- a systematic review
with assessment of the quality of
studies. 2005;5: 165-173.
32. Lie R.K et al. Circumcsion and HIV
prevention research: an ethical
analysis.Lancet. 2006; 368: 522-
525.
33. Bailey R.C. et al. Male circumcision
and HIV prevention: current
knowledge and future research
directions. Lancet Infectious
Diseases. 2001; 1: 223-31.
34. Reynolds S.J. et al. Male
circumcision and risk of HIV-1 and
other sexually transmitted infections
in India. The Lancet. 2004; 363:
1039-1040.
35. Morison L et al. The long-term
reproductive health
consequencesoffemale genital
cutting inrural gambia: a
community-based survey. Tropical
Medicine and InternationalHealth.
2001; 6: 643-653.
36. Castellsaque Xavier et a.Male
circumcision, penile human
papillomavirus infection, and
cervical cancer in female partners.
The New England Journal of
Medicine. 2002; 346:1105-1112.

Anda mungkin juga menyukai