Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIPOSPADIA

A. KONSEP PENYAKIT HIPOSPADIA

1. Pengertian

Hipospadia berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang

berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital

dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari

tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374).

Menurut referensi lain, hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra

yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).

Hipospadiaadalah kelainan congenitalberupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral

penis dan sebelah proksimal ujung penis.Letak meatus uretra bisa terletak pada glandular

hingga perineal. (Purnomo, B, Basuki,2003).

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian

bawah, bukan di ujung penis.Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak

lahir.Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya pada skrotum

dapat berupa undescensus testis, monorchidism, disgenesis testis dan hidrokele. Pada penis

berupa propenil skrotum, mikrophallus dan torsi penile, sedang kelainan ginjal dan

ureter berupa fused kidney, malrotasi renal, duplex dan refluk ureter
2. Etiologi

Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui

penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli

dianggap paling berpengaruh antara lain Gangguan dan ketidakseimbangan

hormone.Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang

mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone

androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun

hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak

ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang

berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.

a. Genetika

Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada

gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut

tidak terjadi.Mekanisme genetik yang tepat mungkin rumit dan variabel. Penelitian

lain adalahturunan autosomal resesif dengan manifestasi tidak lengkap. Kelainan

kromosom ditemukan secara sporadis pada pasien dengan hipospadia.

b. Prematuritas

Peningkatan insiden hipospadia ditemukan di antara bayi yang lahir dari ibu

dengan terapi estrogen selama kehamilan. Prematuritas juga lebih sering

dikaitkan dengan hipospadia.

c. Lingkungan

Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang

bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.


3. Patofisiologi

Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada

sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit

pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum.

Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari

glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan

kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.

Hipospadia terjadi dari pengembangan tidak lengkap uretra dalam rahim. Penyebab pasti

cacat diperkirakan terkait dengan pengaruh lingkungan dan hormonal genetik (Sugar,1995).

Perpindahan dari meatus uretra biasanya tidak mengganggu kontinensia kemih. Namun,

stenosis pembukaan dapat terjadi, yang akan menimbulkan obstruksi parsial outflowing

urin. Hal ini dapat mengakibatkan ISK atau hidronefrosis (Kumor, 1992).

Selanjutnya, penempatan ventral pembukaan urethral bisa mengganggu kesuburan pada pria

dewasa, jika dibiarkan tidak terkoreksi (Jean Weiler Ashwill, 1997)


4. Manifestasi Klinik

1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang

menyerupai meatus uretra eksternus.

2. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.

3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke

glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.

4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.

5. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.

6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.

7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.

8. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).

9. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.

10. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar, mengalir melalui

batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.

11. Pada Hipospadia grandular/ koronal anakdapat BAK dengan berdiri dengan mengangkat penis

keatas.

12. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.Penis akan melengkung

kebawah pada saat ereksi.

5. Klasifikasi

Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum / meatus :

1. Tipe sederhana/ Tipe anterior(60-70%)Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan

coronal.Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan

ini bersifatasimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit

dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.


2. Tipe penil/ Tipe Middle(10-15%)Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile,

dan pene-escrotal.Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum.

Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral,

sehingga penis terlihat melengkung kebawah atau glands penis menjadi pipih. Pada

kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di

5 bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi

karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.

3. Tipe Posterior(20%)Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe

ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida,

meatus uretra terbuka lebar danumumnya testis tidak turun.Semakin ke proksimal letak

meatus, semakin berat kelainan yang diderita dan semakin rendah frekuensinya. Pada

kasusini, 90% terletak di distal, dimana meatus terletak di ujung batang penis atau pada glans

penis. Sisanya yang 10% terletak lebih proksimal yaitu ditengah batang penis, skrotum, atau

perineum. Kebanyakan komplikasinya kecil, fistula, skin tag, divertikulum, stenosis meatal

atau aliran kencing yang menyebar. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan mudah melalui

prosedur minor.

6. Komplikasi

1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis

kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu)

2. Infertility

3. Resiko hernia inguinalis

4. Gangguanpsikologis danpsikososial

5. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa

6. Komplikasi paska operasi yang terjadi :


a. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi, juga

terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan

balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.

b. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari

anastomosis.

c. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau

pembentukan batu saat pubertas.

d. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai

parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini angka

kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.

e. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, dimana

tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di

ventral penis walaupun sangat jarang.

f. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis

meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.

7. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang

Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan

untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan berikut untuk

mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada ginjal sebagai komplikasi maupun kelainan

bawaan yang menyertaihipospadia:

1. Rontgen

2. USG sistem kemih kelamin.

3. BNO-IVP
8. Penatalaksanaan Medis

Untuk penatalaksanaan hipospadia pada bayi dan anak biasanya dilakukan dengan prosedur

pembedahan. Tujuaan utama pembedahan ini adalah untuk merekontruksi penis menjadi

lurus dengan meatus uretra di tempat yang normal atau dekat normal sehingga pancaran

kencing arahnya kedepan. Keberhasilan pembedahan atau operasi dipengaruhioleh tipe hipospadia

dan besar penis. Semakin kecil penis dan semakin ke proksimal tipe hipospadia semakin

sukar tehnik dan keberhasilan operasinya.

Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan

Devine.

a. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:

1) Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan yang

berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi

meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan

preputium bagian dorsal dan kulit penis

2) Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah lunak.

Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans, lalu dibuat pipa

dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit

preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah.

Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama denganharapan bekas luka operasi pertama telah

matang.

b. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar dengan

penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya

lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis

dengan pedikel (kaki) kemudian dipindah ke bawah. Mengingat pentingnya preputium


untuk bahan dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan

dilakukan berbarengan dengan operasi hipospadi.

B. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

Usia: ditemukan saat lahir

Jenis kelamin hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling sering terjadi pada laki-

laki dengan angka kemunculan 1:250 dari kelahiran hidup. (Brough, 2007: 130)

b. Keluhan Utama

Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar

penis, penis melengkung kebawah, penis tampak seperti berkerudung karena

adanya kelainan pada kulit dengan penis, jika berkemih anak harus

duduk.(Muslihatum, 2010:163)

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing yang

tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya

2) Riwayat Penyakit Dahulu

Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang melengkung

kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak lahir.


3) Riwayat Kongenital

Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran: Hipospadia terjadi karena adanya

hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke-10 sampai minggu

ke-14. (Markum, 1991: 257)

d. Activity Daily Life

1) 1.Nutrisi: Tidak ada gangguan

2) 2.Eliminasi : anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran

dalam mengarahkan aliran urinnya, bergantung pada keparahan anomali, penderita

mungkin perlu mengeluarkan urin dalam posisi duduk. Konstriksi lubang

abnormal menyebabkan obstruksi urin parsial dan disertai oleh peningkatan

insiden ISK. (Brough, 2007: 130)

3) 3.Hygiene Personal:Dibantu oleh perawat dan keluarga

4) 4.Istirahat dan Tidur: Tidak ada gangguan

e. Pemeriksaan Fisik :

1) Sistem kardiovaskuler: Tidak ditemukan kelainan

2) Sistem neurologi: Tidak ditemukan kelainan

3) Sistem pernapasan: Tidak ditemukan kelainan

4) Sistem integument: Tidak ditemukan kelainan

5) Sistem muskuloskletaL: Tidak ditemukan kelainan

6) Sistem Perkemihan:-Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau

pembesaran pada ginjal. - Kaji fungsi perkemihanDysuria setelah operasi

7) Sistem Reproduksi-Adanya lekukan pada ujung penis-Melengkungnya penis ke bawah

dengan atautanpa ereksi-Terbukanya uretra pada ventral-Pengkajian setelah

pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, drinage.(Nursalam, 2008: 164)


2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi

Gangguan rasa nyaman

b. PostOperasi

Nyeri akut

Resiko infeksi

3. Rencana Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Pre Operasi NOC NIC

1. Gangguan rasa 1. Tingkat kenyamanan Pain Management


nyaman
2. Tingkat ansietas 1. Observasi reaksi nonverbal dari
Definisi: ketidaknyamanan

Merasa kurang 2. Lakukan pengkajian nyeri secara


senang, lega, dan Tujuan dan Kriteria Hasil: komprehensif termasuk lokasi,
sempurna dalam karakteristik, durasi, frekuensi, skala,
Setelah dilakukan tindakan
dimensi fisik, kualitas dan faktor presipitasi(otot yang
keperawatan selama 2x24
psikospiritual, sudah lama tidak digerakkan)
jam klienmampu untuk:
lingkungan dan sosial.
3. Lakukan tindakan kenyamanan
1. Menunjukkan tingkat
Batasan Karakteristik: untuk meningkatkan relaksasi, mis.
kenyamanan dengan
Pemijatan, mengatur posisi, teknik
1. Ansietas indicator:
relaksasi.
2. Menangis
a. Melaporkan
3. Gangguan pola 4. Gunakan teknik panas dan dingin
kesejahteraan fisik
tidur sesuai anjuran untuk meminimalkan
b. Melaporkan kepuasan
4. Takut nyeri.
dengan kontrol gejala
5. Ketidakmampuan
c. Melaporkan 5. Pilihlah variasi dari ukuran
untuk relaks
kesejahteraan psikologis pengobatan (farmakologis,
6. Iritabilitas
d. Mengekspresikan nonfarmakologis, dan hubungan atar
7. Merintih
kepuasan hati dengan pribadi) untuk mengurangi nyeri
8. Melaporkan
lingkungan fisik
merasa dingin
e. Mengekspresikan 6. Ajari untuk menggunakan tehnik
9. Melaporkan
kepuasan hati dengan non-farmakologi (spt: biofeddback, TENS,
merasa panas
hubungan sosial hypnosis, relaksasi, terapi musik,
10. Melaporkan
f. Mengekspresikan distraksi, terapi bermain, acupressure,
perasaan tidak
kepuasan spiritual apikasi hangat/dingin, dan pijatan )
nyaman g. Melaporkan kepuasan sebelum, sesudah dan jika
11. Melaporkan dengan tingkat memungkinkan, selama puncak nyeri ,
kurang senang kebebasan sebelum nyeri terjadi atau meningkat,
dengan situasi h. Mengekspresikan dan sepanjang nyeri itu masih terukur
tersebut kepuasan dengan kontrol
12. gelisah nyeri 7. Monitor penerimaan pasien
13. Faktor yang tentang manajemen nyeri
Berhubungan: 2. Menunjukkan Ansietas d
engan indikator: Penurunan Ansietas
14. Gejala terkait
penyakit 8. Gunakan pendekatan yang
1. Menunjukkan fleksibilitas
15. Sumber yang menenangkan
peran
tidak adekuat
(misalnya 2. Keluarga menunjukkan 9. Nyatakan dengan jelas harapan t
dukungan erhadap pelaku pasien
finansial dan 3. fleksibilitas peran para
anggotanya 10. Temani pasien untuk memberikan
sosial)
keamanan dan mengurangi takut
16. Kurang
4. Melibatkan angoota
pengendalian 11. Dorong keluarga untuk menemani
keluarga dalam membuat
lingkungan anak
keputusan

5. Mengekspresikan 12. Lakukan back / neck rub


perasaan dan kebebasan
13. Dengarkan dengan penuh perhatian
emosional
14. Identifikasi tingkat kecemasan
6. Menunjukkan strategi
penurunan stress 15. Bantu pasien mengenal situasi ya
ng menimbulkan kecemasan

16. Dorong pasien untuk mengungkap


kan perasaan, ketakutan, persepsi

17. Berikan obat untuk mengurangi


kecemasan

Kolaborasi

18. Kolaborasikan dengan dokter jika


ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

19. Kolaborasi prosedur pembedahan :

a. Pelepasan chordee dan tunneling

b. uretroplasty

Health Education
20. Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis Managemen Tekanan

21. Jelaskan semua prosedur dan apa


yang dirasakan selama prosedur

22. Instruksikan pasien menggunakan


teknik relaksasi

Post Operasi NOC NIC

2. Nyeri akut 1. Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri

Definisi: 2. Tingkat Kenyamanan 1. Kaji secara komphrehensif tentang


nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan
Pengalaman emosional 3. Tingkatan nyeri onset, durasi, frekuensi, kualitas,
dan sensori yang tidak intensitas/ beratnya nyeri, dan faktor-
menyenangkan yang Tujuan dan Kriteria Hasil:
faktor presipitasi.
muncul dari kerusakan
Setelah dilakukan tindakan
jaringan secara aktual 2. Lakukan penilaian nyeri secara
keperawatan selama 2x24
dan potensial atau komprehensif dimulai dari lokasi,
jam klien mampu :
menunjukkan adanya karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
kerusakan (Assosiation a. Mengontrol nyeri, dengan intensitas dan penyebab.
for Study of Pain) : indikator :
serangan mendadak 3. Gunakan komunikasi terapeutik
b. Mampu mengenali faktor
atau perlahan dari agar pasien dapat menyatakan
penyebab
intensitas ringan pengalaman nyerinya serta dukungan
c. Mampu melaporkan
sampai berat yang dalam merespon nyeri.
gejala pada tenaga
diantisipasi atau kesehatan 4. Tentukan dampak nyeri terhadap
diprediksi durasi nyeri d. Mampu mengenali gejala- kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu
kurang dari 6 bulan. gejala nyeri makan, aktifitas, kesadaran, mood,
a. Mempertahankan tingkat hubungan social, performance kerja dan
Batasan Karakteristik:
kenyamanan, dengan melakukan tanggung jawab sehari-hari
a. Melaporkan nyeri indikator :
secara verbal dan e. Dapat melakukan 5. Modifikasi tindakan mengontrol
nonverbal aktivitas seperti biasa nyeri berdasarkan respon pasien.
b. Menunjukkan tanpa harus merasakan
nyeri. 6. Tingkatkan tidur/istirahat yang
kerusakan
f. Menunjukan tingkat cukup.
c. Posisi untuk
mengurangi nyeri nyeri, dengan indicator
Pemberian Analgetik
d. Faktor-Faktor yang g. Tanda-tanda vital
berhubungan: kembali normal. 7. Menentukan lokasi, karakteristik,
e. Agen cedera mutu, dan intensitas nyeri sebelum
(biologi, psikologi, mengobati klien.
kimia, fisika)
8. Cek riwayat alergi obat.
9. Tentukan jenis analgesic yang
digunakan (narkotik, non narkotik atau
NSAID) berdasarkan tipe dan tingkat
nyeri.

10. Tentukan analgesic yang cocok, rute


pemberian dan dosis optimal.

11. Mengevaluasi efektivitas analgesic


pada interval tertentu, terutama setelah
dosis awal, pengamatan juga dilakukan
melihat adanya tanda dan gejala buruk
atau tidak menguntungkan (
berhubungan dengan pernapasan,
depresi, mual muntah, mulut kering dan
konstipasi).

Kolaborasi

12. Kolaborasikan dengan pasien, orang


terdekat dan tenaga profesional lain
untuk memilh teknik non farmakologi

13. Kolaborasikan dengan dokter jika


terjadi perubahan obat, dosis, rute
pemberian, atau interval, serta membuat
rekomendasi spesifik berdasar pada
prinsip equianalgesic.

Health Education

14. Berikan informasi tentang nyeri,


seperti: penyebab, berapa lama terjadi,
dan tindakan pencegahan.

15. Anjurkan pasien untuk memonitor


sendiri nyeri.

3. Resiko Infeksi NOC NIC

Definisi: 1. Status Imun Kontrol Infeksi

Kenaikan resiko karena 2. Kontrol Infeksi 1. Batasi jumlah


diserang oleh pengunjung/pembezuk.
organisme penyakit.
2. Gunakan sabun anti mikroba untuk
Batasan Karakteristik: Tujuan dan Kriteria Hasil: mencuci tangan dengan benar.

ü Penyakit kronik Setelah dilakukan tindakan 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
keperawatan selama 3x24
ü Mendapatkan jam klienmampu untuk: melakukan perawatan pada pasien.
kekebalan yang tidak
adekuat 1. Menunjukan status 4. Gunakan aturan umum.
imun, dengan indikator :
ü Pertahanan utama 5. Gunakan sarung tangan yang
yang tidak adekuat · Tidak adanya infeksi bersih.
(e.g., kerusakan kulit, berulang, tidak adanya
tumor,Reaksi tes kulit 6. Jaga lingkungan agar tetap steril
jaringan yang luka,
cocok dengan selama insersi di tempat tidur.
pengurangan dalam
tindakan, perubahan pembukaan, Kadar zat
7. Jaga lingkungan agar tetap steril
pada sekresi PH, terlarut pada antibody dalam
ketika mengganti saluran dan botol TPN.
mengubah gerak batas normal
peristaltic) 8. Tutup/jaga kerahasiaan system
2. Menunjukan kontrol
ketika melakukan pemeriksaan invasive
ü Pertahanan kedua infeksi, degan indikator :
hemodynamic.
yang tidak adekuat
· Mendeskripsikan mode
(pengurangan 9. Ganti peripheral IV dan balutan
transmisi, mendeskripsikan
hemoglobin, berdasarkan petunju CDC.
factor-faktor yang menyertai
leucopenia, respon
transmisi, mendeskripsi-kan 10. Pastikan keadaan steril saat
yang menekan sesuatu
tanda-tanda dan gejala, menangani IV.
yang menyebabkan
Mendeskripsikan aktivitas-
radang) 11. Tingkatkan pemasukkan nutrisi yang
aktivitas meningkatkan daya
tahan terhadap infeksi. tepat.
ü Pertambahan
pembukaan 12. Tingkatkan pemasukan cairan yang
lingkungan pada tepat.
pathogen
13. Lakukan terapi antibiotic yang tepat.
ü Agen farmasi (ex:
zat yang menghambat Health Education
reaksi imun)
14. Ajarkan mencuci tangan untuk
ü Membran amniotic memperbaiki kesehatan pribadi.
pecah sebelum
waktunya 15. Ajarkan teknik mencuci tangan yang
benar.
ü Memperpanjang
perpecahan pada 16. Ajarkan pasien dan keluarga tentang
membrane amniotic tanda-tanda dan gejala infeksi dan kapan
harus melaporkannya pada tim
ü Trauma/luka berat kesehatan.

ü Destruksi jaringan 17. Ajarkan pasien untuk memakan


antibiotic sesuai resep.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius.

Price, Sylvia Anderson. (1995). Pathofisiologi. Jakarta: EGC.

Santosa, Budi. (2005-2006). NANDA. Prima Medika.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :EGC.

Wilkinson M. Judith & Nancy R. Ahern. 2010. Buku saku diagnosis keperawatan edisi 9.Jakarta : EGC.

Anonim. 2018. Makalah ASKEP HIPOSPADIA(http://.wordpress.com/2010/02/03/) diakses tanggal 24


Agustus 2018 Pukul 16.00 WIB.

Anonim. 2018. Askep Hipospadia (http://blogspot.com/2010/02/arie-noki/askep-hipospadia) diakses


tanggal 24 Agustus 2018 Pukul 16.00 WIB.

Anonim. 2014. Hipospadia (http://www.google.com/ 2010/02/03/hipospadia/TRI RIZKI PERURI


HARDIANTO MAKALAH HYPOSPADIA.html) tanggal 24 Agustus 2018 Pukul 16.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai