Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ROM (Range Of Motion)


ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi
pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Potongan
sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi
bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh
menjadi bagian depan ke belakang. Potongan transversal adalah garis horizontal yang
membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen,otot,dan konstruksi sendi.
Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital,
gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul).
Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan
eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi
(tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).
Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan mengobservasi dalam
mengumpulkan data tentang kekakuan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak,
dan gerakan yang tidak sama. Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi karena
penyakit, ketidakmampuan, atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi
bahaya imobilisasi. Latihan tersebut dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak
pasif. Perawat menggunakan setiap sendi yang sakit melalui rentang gerak penuh.
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain
dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur
yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi,
kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya
kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM)
adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
B. Tujuan ROM (Range Of Motion)
Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
4. Merangsangsirkulasidarah
5. Mencegahkelainanbentuk, kekakuandankontraktur

C. Manfaat ROM (Range Of Motion)


Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4. Memperlancar sirkulasi darah
5. Memperbaiki tonus otot
6. Meningkatkan mobilisasi sendi
7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
D. Prinsip Latihan ROM (Range Of Motion)
Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-
tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku,
bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di
curigai mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin
telah di lakukan.
E. Jenis-jenis ROM (Range Of Motion)
ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan
energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam
melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi
normal (klien aktif).Kekuatan otot 75 %.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah
sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.

2. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat)
atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang
gerak yang normal (klienpasif).Kekuatanotot 50 %.

Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang
gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas
total (Suratun, dkk, 2008).

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot oranglain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh
persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.

F. Indikasi dan Sasaran ROM


1. ROM Aktif :
a. Indikasi :
1) Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan
ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
2) Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan
persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM, adalah
jenis ROM Aktif yang mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah
secara manual atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan bantuan
untuk menyelesaikan gerakan).
3) ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
4) ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah
daerah yang tidak dapat bergerak.
b. Sasaran :
1) Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran ROM Aktif serupa
dengan ROM Pasif.
2) Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak dari
kontrol gerak volunter.
3) Sasaran spesifik:
a) Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat
b) Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi
c) Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendia
d) Meningkatkan sirkulasi
e) Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik
2. ROM Pasif
a. Indikasi :
1) Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan
pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
2) Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas
atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
b. Sasaran :
1) Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
2) Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
3) Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
4) Membantu kelancaran sirkulasi
5) Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi
persendian
6) Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
7)  Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
8) Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien

G. Kontraindikasi dan Hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM


Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
1. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses
penyembuhan cedera.Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas
gerakan yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat
terhadap penyembuhan dan pemulihan. Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau
terdapat gerakan yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
2. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan (life
threatening). ROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM
pada sendi ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan
trombus. Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain,
AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat
H. Keterbatasan dalam Latihan ROM
1. ROM Aktif
a. Untuk otot yang sudah kuat tidak akan memelihara atau meningkatkan kekuatan.
b. Tidak akan mengembangkan keterampilan atau koordinasi kecuali dengan
menggunakan pola gerakan.
2. ROM Pasif
ROM Pasif tidak dapat :
a. Mencegah atrofi otot
b. Meningkatkan kekuatan dan daya tahan
c. Membantusirkulasi
I. Prosedur ROM
1. Cuci tangan untuk mencegah transfer dari organism.
2. Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasangb sketsel
3. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan anda kerjakan dan mintalah klien
untuk bekerja sama
4. Atur ketinggian bed yang sesuai agar memudahkan perawat dalam bekerja, terhindar dari
masalah pada body alignmen dan pergunakanlah selalu perinsip-perinsip body mekanik
5. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan perawat, dan buka bagian tubuh
yang akan digerakkan
6. Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masing-masing tubuh
7. Kembalilah pada posisi awal setelah masing-masing gerakan. Ulangi masing-masing
gerakan 3 kali
8. Selama latihan pergerakan kaji pada :
a. Kemampuan untuk mentoleransi gerakan
b. Rentang gerak ( ROM ) dari masing-masing persendian yang bersangkutan
9. Setelah latihan pergerakan kaji pada denyut nadi dan ketahanan  terhadap latihan
10. Catat dan laporkan setiap terdapat masalah-masalah yang tidak diharapkan atau terjadi
perubahan-perubahan pada pergerakan klien, misalnya adanya kekakuan dan kontraktur.
J. Macam-macam Gerakan ROM
Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian
3. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tubuh
7. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk sudut
persendian.
8. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut
persendian.
9. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah.
10. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke atas.
11. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang
sama.

Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh


Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian  sebaga berikut :
1.      Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45°
mungkin,
Fleksi lateral  Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh rentang 40-45°
mungkin kearah setiap bahu,  
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang 180°
gerakan sirkuler,

2.      Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping rentang 180°
tubuh ke depan ke posisi  di atas kepala,
Ekstensi       Mengembalikan lengan ke posisi di samping rentang 180°
tubuh,
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku rentang 45-60°
tetap lurus,
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di atas rentang 180° 
kepala dengan telapak   tangan jauh dari
kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320°
menyilang tubuh sejauh mungkin,
Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan rentang 90°
menggerakan lengan sampai ibu jari
menghadap ke dalam dan ke belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan lengan rentang 90°
sampai ibu jari ke atas dan samping kepala,
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran rentang 360°
penuh,

3.      Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan bahu rentang 150°
bergerak ke depan sendi bahu dan tangan
sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150°
tangan,

4.      Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan sehingga rentang 70-90°
telapak tangan menghadap ke atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak rentang 70-90°
tangan menghadap ke bawah,

5.      Pergelangan tangan

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian rentang 80-90°
dalam lengan bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari- rentang 80-90°
jari, tangan, lengan  bawah berada dalam
arah yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 89-90°
belakang sejauh mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu rentang 30°
jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke arah rentang 30-50°
lima jari,

6.      Jari- jari tangan


Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke belakang rentang 30-60°
sejauh mungkin,
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang satu rentang 30°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°

7.      Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang permukaan rentang 90°
telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh dari rentang 90°
tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
-
tangan pada tangan yang sama.

8.      Pinggul

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120°
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-120°
tungkai yang lain,
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50°
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°
menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke posisi
rentang 30-50°
media dan melebihi jika mungkin,
Rotasi dalam   Memutar kaki dan tungkai ke arah rentang  90°
tungkai lain,
Rotasi luar     Memutar kaki dan tungkai menjauhi
rentang 90°
tungkai lain,
Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar -

9.      Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°

10.  Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki rentang 20-30°
menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki rentang 45-50°
menekuk ke bawah, 

11.  Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°
Eversi Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°

12.  Jari-Jari Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu dengan rentang 15°
yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°

K.    Pemeriksaan Kekuatan Otot


Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian otot secara
manual (manual muscle testing, MMT).Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan
mengontraksikan kelompok otot secara volunteer.Lansia yang tidak mampu mengontraksiakan
ototnya secara aktif dan volunteer, tidak tepat apabila diberikan MMT standar.
Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan membantu penegakan diagnosis klinis,
penentuan jenis terapi, jenis alat bantu yang diperlukan, dan prognosis. Penegakan diagnosis
dimungkinkan oleh beberapa penyakit tertentu yang hanya menyerang otot tertentu pula. Jenis
terapi dan alat bantu yang diperlukan oleh lansia juga harus mempertimbangkan kekuatan otot.
Diharapkan program terapi dan alat bantu yang dipilih tidak menyebabkan penurunan kekuatan
otot atau menambah beratnya penyakit lansia.
Pengkajian keseimbangan untuk lansia :
1.      perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
·        bangundari kursi ( dimasukkan dalam analisis )* tidak bangun dari duduk dengan satu kali
gerakan , tetapi mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak kebagian depan kursi
terlebih dahulu , tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.
·        Duduk ke kursi ( dimasukkan dalam analisis )* Menjatuhkan diri di kursi , tidak duduk di
tengah kursi
Keterangan ()* : kursi yang keras dan tanpa lengan
·        Menahan dorongan pada seternum ( pemeriksa mendorong sternum perlahahn-lahan
sebanyak 3 kali )
·        Menggerakkan kaki, memegang obyek untuk dukungan , kaki tidak menyentuh sisi sisi nya
·        Mata tertutup
Sama seperti di atas (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan untuk
keseimbangannya)
·        Perputaran leher
Menggerakkan kaki , menggenggam obyek untuk dukungan , kaki tidak menyentuh sisi-sisinya ,
keluhan vertigo , pussing atau keadaan tidak stabil.
·        Gerakan mengapai sesuatu
Tidak mampu untuk mengapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara berdiri pada
ujung-ujung jari kaki, tidak stabil, memegang sesuatu untuk dukungan
·        Membungkuk
Tidak mampu untuk membungkuk, un tuk mengambil obyek-obyek kecil(missal: pulpen) dari
lantai, memegang suatu obyek untuk bias berdiri lagi, memerlukan usaha-usha multiple untuk
bangun.
2.      komponen gaya berjalan atau gerakan
·        minta klien untuk berjalan pada tempat yang ditentukan= ragu-ragu, tersandung,
memegang obyek untuk dukungan.
·        Ketinggian langkah kaki(melangkah kaki pada saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten(mengeser atau mnyeret kaki), menggakat kaki terlalu
tinggi( > 2 inchi).
·        Kontinuitas langkah kaki( lebih baik dioverfasi dari samping pasien )
Setelah langkah-langkah awal, tidak konsisten memulai mengangkt satu kaki sementarakaki
yang lain menyentuh lantai.
·        Kesimetrisan langkah ( lebih baik diobservasi dari sampingpasien )
Panjangnya langkah yang tidak sama( sisi yang patologis biasanya memilki langkah yang lebih
panjang : masalah terdapat pada pinggul, lutut, pergelangang kaki atau otot sekitarnya ).
·        Pengyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik di observasi dari belakang klaen
)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.
·        Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan memegang obyek untuk dukungan.

L.     Proses Pelaksanaan MMT


1.      Lansia diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi sesuai dengan
kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan kontraksi otot dan gerakan mudah
diobservasi.
2.      Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
3.      Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
4.      Lansia mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen proksimal.
5.      Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi pada tendon atau perut
otot.
6.      Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas gerakan sendi penuh dan
dengan melawan gravitasi.
7.      Melakuakan pencatatan hasil MMT

M.  Kriteria hasil pemeriksaan MMT


1.      Normal (5) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi, dan melawan
tahanan maksimal.
2.      Good (4) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi, dan melawan
tahanan sedang (moderat).
3.      Fair (3) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan gravitasi tanpa tahanan.
4.      Poor (2) mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa melawan gravitasi.
5.      Trace (1) tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi
6.      Zero (0) kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
ROM harus dilaksanakan secara berulang, perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan
pasien. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-
tanda vital dan lamanya tirah baring.
Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku,
bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau
hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit serta harus sesuai
waktunya.
Selain daripada yang telah disebutkan diatas, ROM dilakukan juga harus memperhatikan
tujuan, manfaat, indikasi, serta kontraindikasinya agar tidak terjadi suatu hal yang tidak
diinginkan pada pasien lebih lanjut.

B.       Saran
Berdasarkan makalah yang kami buat ini, kami dapat menyarankan ke semua Pelayan
Kesehatan khususnya perawat untuk lebih dapat mengetahui, memahamitentang ROM  beserta
semua prinsip, indikasi dan kontraindikasinya agar mampu menjadi pertimbangan dalam
penerapannya di dunia kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI (1995)Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta. Bakti Husada.

Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006)Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4.
Jakarta: EGC

Warfield, Carol (1996) Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis .Jakarta :
Gramedia Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai