Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN COLLOID GOITER

A. PENGERTIAN
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran ini dapat

terjadi pada kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien yang kekurangan

hormon tiroid (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon

(hipetiroidisme). Terlihat pembengkakan atau benjolan besar pada leher

sebelah depan (pada tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar

tiroid yang tidak normal. Gondok adalah suatu pembengkakan pada kelenjar

tiroid yang abnormal dan penyebabnya bisa bermacam-macam, dimana

kelenjar tiroid diperlukan untuk memproduksi hormon tiroid yang berfungsi

mengontrol metabolisme tubuh, keseimbangan tubuh dan pertumbuhan

perkembangan yang normal.


B. ANATOMI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid mulai terlihat terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm,

yaitu pada akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan

faring antara branchial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul

divertikulum, yang kemudian membesar, tumbuh ke arah bawah mengalami

decencus dan akhirnya melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, berbentuk

sebagai duktus tiroglosus, yang berawal dari foramen sekum di basis lidah.

Pada umumnya duktus ini akan menghilang setelah dewasa, tetapi pada

beberapa keadaan masih menetap, atau terjadi kelenjar disepanjang jalan ini,

yaitu antara letak kelenjar yang seharusnya dengan basis lidah. Dengan

demikian sebagai kegagalan desensus atau menutupnya duktus akan ada

kemungkinan terbentuk kelenjar tiroid yang abnormal , persistensi duktus

tiroglosus, tiroid lingual, tiroid servikal, sedangkan desensus yang terlalu jauh
akan memberikan tiroid substernal. Branchial pouch keempat pun ikut

membentuk bagian kelenjar tiroid dan merupakan asal sel-sel parafolikuler atau

sel C yang memproduksi kalsitonin. Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah

leher, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus sehingga bentukya

menyerupai kupu-kupu atau huruf H, dan menutupi cincin trakea 2 dan 3. Pada

usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira 20 gram.


Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakea

sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan

terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat inilah yang digunakan di klinik

untuk menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan

kelenjar tiroid atau tidak. Pengaliran darah ke kelenjar berasal dari a. Tiroidea

superior dan a. Tiroidea inferior. Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh

jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari

pleksus perifolikular. Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan

secara bebas dengan pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini kearah

nodus prefaring yang tepat berada diatas ismus serta ke kelenjar getah bening

pretrakealis, sebagian lagi bermuara di kelenjar getah bening brakiosefalikus.

Hubungan getah bening ini penting untuk menduga penyebaran keganasan

yang berasal dari tiroid.


C. ETIOLOGI

a) Hipertiroidisme primer yang disebabkan karena kegagalan kelenjar tiroid

atau kekurangan yodium,dimana kadar hormon tiroid didalam darah rendah

sehingga tidak ada inhibisi umpan balik negatif kehipofisis anterior,hal ini

mengakibatkan sekresi TSH meningkat.


b) Sekresi yang berlebihan dari hormon TSH akan berpengaruh terhadap

perubahan kelenjar tiroid dan stimulasi TSH yang berleebihan juga dapat

berpengaruh pada produksi kelenjar tiroid


c) Penyakit grave.adanya TSI merangsang pertumbuhan tiroid meningkatkan

sekresi hormon tiroid.


d) Defisiensi yodium,yodium merupakan bahan untuk sintesis hormon

tiroid,sehingga produksi hormon juga akan menurun.


e) Genetik yang mengakibatkan kegagalan metabolisme yodium.
f) Pencernaan dalam jumlah besar nutrisi goitrogens yang dapat menghambat

produksi T4,seperti bayam,kedelai,dan kubis.


g) Pencernaan obat-obatan yang bersifat goitrogens seperti glukokortikoid,

dopamin atau lithium


D. FAKTOR RESIKO
a) Gondok dapat menyerang siapa saja. Gondok dapat terjadi pada saat

kelahiran dan terjadi kapan saja sepanjang hidup, walaupun lebih sering

terjadi setelah usia 50 tahun. Beberapa faktor risiko umum munculnya

gondok adalah Kurangnya diet yodium. Orang-orang yang tinggal di

daerah dimana yodium sulit didapatkan beresiko tinggi gondok.


b) Jenis kelamin. Perempuan lebih rentan mengalami gangguan tiroid

daripada laki-laki.
c) Usia lanut. Umur di atas 50 tahun atau lebih berisiko lebih tinggi terkena

gondok.
d) Riwayat medis. Riwayat pribadi atau keluarga yang menderita penyakit

autoimmune meningkatkan risiko gondok.


e) Kehamilan dan menopause. Masalah tiroid lebih sering terjadi setelah

kehamilan dan menopause.


f) Obat tertentu. Beberapa obat termasuk immunosuppressants, obat jantung

Amiodarone dan lithium obat psikiatri meningkatkan risiko gondok.


g) Terpapar radiasi. Risiko meningkat jika seseorang menjalani perawatan

radiasi ke leher atau dada atau terkena radiasi di fasilitas nuklir


E. PATOFISIOLOGI
Pembentukan hormon tiroid membutuhkan unsur yodium dan stimulasi

dari TSH. Salah satu penyebab paling sering terjadi penyakit gondok karena

kekurangan yodium. Aktifitas utama dari kelenjar tiroid adalah untuk

berkonsentrasi dalam pengambilan yodium dari darah untuk membuat hormon

tiroid. Kelenjar tersebut tidak cukup untuk membuat hormon tiroid jika tidak

memiliki cukup yodim. Oleh karena itu,dengan defesiansi yodium individu

akan menjadi hipotiroid. Kekurangan hormon tiroid(hipotiroid)tubuh akan

berkonpensasi terhadap pembesaran tiroid,hal ini juga merupakan proses

adaptasi terhadap defisiensi hormon tiroid. Namun demikian pembesaran

dapat terjadi sebagai respon meningkatnya sekresi pituitari/TSH.


F. TANDA DAN GEJALA
Gejala atau tanda yang muncul pada penderita gondok adalah
a) Pembengkakan pada pangkal leher/pembesaran kelenjar tiroid
b) Kesulitan dalam dalam bicara
c) Perasaan ketat atau sempit pada tenggorokan
d) Batuk
e) Suara serak
f) Kesulitan menelan
g) Kesulitan bernapas
h) Nyeri tekan pada kelenjar tiroid
G. KLASIFIKASI
a) Goiter congenital
Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak besar

dan sering terjadi pada ibu yang memiliki riwayat penyakit graves.
b) Goiter endemik dan kretinisme
Biasa terjadi pada daerah geografis dimana detistensi yodium berat,

dekompensasi dan hipotiroidisme dapat timbul karenanya, goiter endemik ini

jarang terjadi pada populasi yang tinggal disepanjang laut


c) Goiter sporadic
Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditis.

Digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :


1) Goiter yodium
Goiter akibat pemberian yodium biasanya keras dan membesar secara

difus,dan pada beberapa keadaan,hipotiroidisme dapat berkembang.


2) Goiter sederhana (Goiter kollot)
Yang tidak diketahui asalnya. Pada pasien bistokgis tiroid yang tampak

normal.

3) Goiter multinodular
Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal atau banyak

nodulus yang dapat diraba, mungkin terjadi perdarahan, perubahan

kistik dan fibrosis.


d) Goiter intratrakea
Tiroid intralumen terletak dibawah mukosa trakhea dan sering

berlanjut dengan tiroid ekstratrakea yang terletak secara normal. Klasifikasi

Goiter menurut WHO :


1. Stadium O – A : tidak ada goiter.
2. Stadium O – B : goiter terdeteksi dari palpasi tetapi tidak terlihat

walaupun leher terekstensi penuh.


3. Stadium I : goiter palpasi dan terlihat hanya jika leher terekstensi

penuh.
4.StadiumII : goiter terlihat pada leher dalam Potersi.
5.Stadium III : goiter yang besar terlihat dari Darun
H. PENATALAKSANAAN

1. Pengobatan

Pasien dengan satu atau lebih nodul tiroid yang mengalami hipertiroid

diberikan obat anti tiroid.obat anti tiroid yang biasa digunakan adalah;

karbimazol,metimazol,dan profiltourasil.
2. Pembedahan

Tujuan pembedahan adalah untuk mengurangi massa fungsional pada

hipertiroid,mengurangi penekanan dan esophagus dan trakhea,mengurangi

ekspansi pada tumor atau keganasan.


3. Terapi radioiodine
Merupakan teraapi alternatif untuk single toxic adenoma atau toxic

multinodular goiter. Tujuan dari terapi ini adalah untuk mempertahankan fungsi
dari jaringan tiroid normal.radioiodine juga digunakan untuk mengurangi

volume nodul pada nontoksik multinodular goiter.


I. KOMPLIKASI
1. Terhambatnya jalan nafas
2. Aritmia
Badai tiroid (suatu aktifitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tirod yang

terjadi secara tiba-tiba. Yang akan mengakibatkan:


a) Demam
b) Kelemahan
c) Perubahan suasana hati
d) Perubahan kesadaran

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GOITER

A. PENGKAJIAN
a) Keluhan utama : Perasaan ketat atau sempit pada tenggorokan, Batuk, Suara

serak, Kesulitan menelan, Kesulitan bernapas


b) Riwayat penyakit sekarang : Klien masuk RS dengan keluhan sejak sebelum

masuk RS klen mengeluh batuk,sulit menelan,sulit bernafas,perasaan ketat

atau sempit pada tenggorokan sehingga klien mengalami penurunan berat

badan.
c) Riwayat penyakit dahulu : Klien tidak mempunyai riwayat masa lalu dan

tidak ada alergi terhadap makanan dan obat-obatan...riwayat penyakit

keluarga ayah klien menderita penyakit gondok atau goiter.


d) Riwayat psikososial
1) Klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya karena

takut tidak sembuh


2) Klien dan keluarga banyak bertanya tentang proses dan perawatan

penyakit
3) Klien bituh dukungan dari perawat terutama keluarga
e) Pemeriksaan fisik
1) Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan simetris

tidaknya, apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi.


2) Inspeksi bentuk leher simetris tidaknya.
3) Auskultasi bunyi pada arteri tyroidea,nilai kualitas suara
4) Palpasi apakah terjadi deviasi trachea

f) Pemeriksaan diagnostic

1) Pemeriksaan sidik tiroid, pemeriksaan dengan radiosotop untuk

mengetahui ukuran,lokasi dan fungsi tiroid,melalui hasil tangkapan

yodiun radioaktif oleh kelenjar tiroid


2) Pemeriksaan ultrasonografi(USG),mengetahui keadan nodul kelenjar

tiroid misalnya keadaan padat atau cair,adanya kista,tiroiditis.


3) Biopsi asporasi jarum halus(BAJAH) yaitu dengan melakukan aspirasi

menggunakan jarum suntik halus no.22-27,sehingga rasa nyeri dapat

dikurangi danrelatif lebih aman. Namun demikian kelemahan dari

pemeriksaan ini adalah menghasilkan negatif atau positif.


4) Pemeriksaan T3,T4,TSH,untuk mengetahui hiperfungsi atau hipofungsi

kelenjar tiroid atau hipofisis


5) Temografi,yaitu dengan mengukursuhu kulit pada daerah

tertentu,menggunakan alat yang disebut dinamic telethermografi.

Hasilnya keadaan panas apabila selisih suhu dengan daerah


sekitarnya>0,90C dan dingin papabila <0,90C.sebagian besar keganasan

tiroid pada suhu panas


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tidak efektipnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan

kompresi trakea dan obstruksi


2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya

penekanan daerah oesofagus, penurunan nafsu makan.


3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan post oerasi

tiroidektomi
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan insisi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber

informasi.
C. PERENCANAAN

1) Dx : Resiko tidak efektipnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan

kompresi trakea dan obstruksi.


Tujuan: Jalan nafas pasien paten
Kriteria hasil:
a) pasien mengatakan tidak sesak nafas
b) Jalan nafas bersih
c) Slem tidak ada
d) Pola pernafasan normal
Intervensi keperawatan
a) Monitor jumlah pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan
Rasional : Pernafasan yang cepat dapat berkembang menjadi

kegagalan pernafasan dan dapat terjadi karena kompresi, edema atau

perdarahan
b) Kaji adanya dispnea, stridor, sianosis dan catat kualitas suara
Rasional : Indikator adanya obstruksi trachea atau spame laring, data

dibutuhkan untuk intervensi lebih lanjut


c) Hati-hati dengan mobilisasi dan kelenturan leher, sokong dengan

bantal
Rasional : Mengurangi regangan atau tarikan luka operasi
d) Investigasi kesulitan menelan,mengeluarkan slem dan kesulitan

bernafas.
Rasional : Indikasi edema,perdarahan pada sekitar jaringan tempat

operasi
e) Kolaborasi dalam pemberian terapi inhalasi
Rasional : Mengurangi edema dan melonggarkan jalan nafas
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya

penekanan daerah oesofagus, penurunan nafsu makan.

Tujuan : Menunjukkan status gizi pasien yang adekuat

Kriteria Hasil : Dalam 3×24 jam, pasien menunjukkan BB normal, Albumin

normal 3,5-5 mg/Dl, Peningkatan nafsu makan

Intervensi keperawatan dan Rasional :

a) Kaji adanya kesulitan menelan, selera makan, kelemahan umum dan

munculnya mual dan muntah.


Rasional : Kesulitan menelan, selera makan, kelemahan umum dan

munculnya mual dan muntah adalah factor yang menentukan asupan

makan pasien
b) Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat bada setiap

hari serta laporkan adanya penurunan.


Rasional : Mengetahui status nutrisi pasien
c) Dorong klien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan

juga beri makanan lunak, dengan menggunakan makanan tinggi

kalori yang mudah dicerna.


Rasional : Mempermudah pasien menelan makanan
d) Beri/tawarkan makanan kesukaan klien.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan pasien
e) Kolaborasi : konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet

tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.


Rasional : Mencukupi nutrisi sesuai yang dibutuhkan pasien
3) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan post poerasi

tiroidektomi
Tujuan: pasien dapat mempertahankan rasa nyaman nyeri yang optimal

Kriteria hasil: Pasien mengatakan nyeri berkurang, Ekspresi wajah tidak

tampak kesakitan, Prilaku pasien adaptif, TTV dalam batas normal

Intervensi keperawatan dan Rasional

a) Kaji secara komprehensip nyeri, lokasi, krakteristik, awal kejadian,

durasi, frekuensi, kualitas, berat/ringan dan faktor penyebab


Rasional : Nyeri adalah pengalaman subjektif karena itu harus

dideskripsikan oleh pasien


b) Amati atau pantau tanda dan gejala yang terkait dengan rasa

sakit,seperti tekanan darah, denyut jantung suhu, warna, kelembapan

kulit, gelisah dan kemampuan untuk fokus


Rasional : Perhatian terhadap tanda-tanda yang terkait dapat

membantu perawat dalam mengevaluasi sakit


c) Nilai pengetahuan pasien atau freferensi tentang pengurangan rasa

sakit
d) Rasional : Beberapa pasien mungkin tidak menyadari aktifitas

metode nonpharmaklogikal dan mungkin bersedia untuk

mencobanya.
e) Evalusi respon rasa sakit pasien dan obat-obatan atau terapi yang

dertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit


Rasional : Mengetahui aktifitas dari terapi yang diberikan
f) Lakukan latihan biofeedback, latiahan pernafasan, terapi musik
Rasional : Salah satu metode untuk menurunkan nyeri
g) Berikan intruksi antisipatif tentang penyebab nyeri,pencegahan yang

sesuai dan langkah-langkah bantuan


Rasional : Mengurangi resiko efek samping analgetik
h) Lakukan perawatan luka denagn teknik aseptik setelah hari ketiga
Rasional : Infeksi dapat meningkatkan rasa nyeri
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan insisi

Tujuan: pasien dapat meningkatkan integritas kulit melalui perawatan luka

yang optimal
Kriteria hasil: Kulit pasien utuh, Luka bekas operasi kering,tidak ada tanda-

tanda infeksi, Tidak ada nyeri pada luka operasi


Intervensi keperawatan dan Rasional :
a) Lakukan imobilisasi pada area leher dan hindari keadaan fleksi dan

hipertensi leher
Rasional : Mencegah tarikan pada garis luka sehingga

mengakibatkan perdarahan
b) Jaga kasa dan balutan dileher tetap bersih dan kering
Rasional: Menjaga terjadinya infeksi
c) Jaga pakaian dan tempat tidur tetap kering
Rasional : Menghindari iritasi dan gatal-gatal
d) Jaga suhu ruangan yang nyaman
Rasional : Suhu yang panas dapat meningkatkan evavorasi dan

vasodilatasi
e) Hindari aktifitas yang dapat meningkatkan keringat
Rasional : Menghindari gatal dan vasodilatasi
f) Lakukan perawatan luka dengan teknik steril
Rasional : Penyembuhan luka
g) Laksanakan program pengobatan pemberian antibiotik
Rasional : Penyembuhan luka
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber

informasi.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan pengetahuan klien
Kriteria Hasil : Dalam 2×24 jam, Pasien Mengikuti pengobatan yang

disarankan, Peningkatan pengetahuan pasien, Dapat menghindari sumber stress

Intervensi keperawatan dan Rasional


a) Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien
b) Identifikasi sumber stress dan diskusikan faktor pencetus krisis tiroid

yang terjadi, seperti orang/sosial, pekerjaan, infeksi, kehamilan


Rasional : Agar pasien bisa menghindari sumber stress
c) Berikan informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit gondok

serta penyebabnya
Rasional : Dapat mengidentifikasi gejala awal dari gondok
d) Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan

terhadap pengobatan dan tujuan terapi serta efek samping obat

tersebut
Rasional : Pasien bisa mengikuti terapi yang disarankan

ISMULOBEKTOMI

A. Pengertian
Ismolobektomi adalah operasi pengangkatan kelenjar tiroid bisa sebelah
dekstra atau sinistra atau kedua-duanya (bilateral). (R.Sjamsuhidayat,1997)
Indikasi ismolobektomi adalah :
1. Kosmetik atau kecantikan
2. Eksisi nodulus tunggal ( yang mungkin ganas )
3. Struma multinoduler yang berat
4. Struma yang menyebabkan kompresi laring atau struktur leher lain
Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operabel, operasi yang
dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik (Kaplan), atau lobektomi
subtotal dengan risiko bila ganas kemungkinan ada sel-sel karsinoma yang
tertinggal. Pembedahan umumnya berupa tiroidektomi total.
Enukleasi nodulnya saja adalah berbahaya karena bila ternyata nodul
tersebut ganas, telah terjadi penyebaran (implantasi) sel-sel tumor dan operasi
ulang untuk tiroidektomi secara teknis akan menjadi lebih sukar. Bila ada
fasilitas pemeriksaan dengan sediaan beku dan ada persangkaan keganasan,
pemeriksaan preparat sediaan beku dilakukan dengan potongan-potongan ke
beberapa arah. Bila hasilnya jinak, lobektomi tersebut sudah cukup. Bila ganas,
lobus kontra lateral diangkat seluruhnya (tiroidektomi totalis). Dapat pula
dilakukan near total thyroidectomy.
Keterangan: Tiroidektomi artinya mengangkat kelenjar tiroid, bisa sebelah
(dekstra atau sinistra) atau keduanya (bilateral).
Tiroidektomi subtotal artinya mengangkat sebagian besar tiroid lobus kanan
dan sebagian besar lobus kiri dari jaringan tiroid dengan sisa masing-masing 3
gram. Tiroidektomi totalis artinya semua kelenjar tiroid diangkat.
Lobektomi artinya mengangkat satu lobus saja, aisu secara rinci:
 lobektomi totalis dekstra atau lobektomi totalis sinistra
 lobektomi subtotal dekstra, artinya mengangkat sebagian besar lobus
kanan, sisa 3 gram.
Ismolobektomi artinya mengangkat satu lobus dan ismus juga. Near total
thyroidectomy artinya ismolobektomi dekstra dan lobektomi subtotal sinistra, atau
sebaliknya. Bila dari hasil pemeriksaan kelenjar getah bening dicurigai adanya
metastasis, dilakukan diseksi radikal kelenjar getah bening pada sisi yang
bersangkutan. Komplikasi-komplikasi operasi antara lain terputusnya nerws
laringeus rekurens dan cabang eksterna dari nervus laringeus superior,
hipoparatirodisme, dan ruptur esophagus.
Kebanyakan neoplasma folikuler berukuran besar, relatif lunak dan nodulnya
tunggal. Pada sitologo Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) umumnya
dilaporkan sebagi indeterminant atau dicurigai neoplasma folikuler atau Hurtle
cell neoplasma. Sekitar 80% dari kasus yang didiagnosis neoplasma folikular dan
Hurtle cell neoplasma bersifat jinak. Sayangnya, penentuan bahwa tumor yang
ditemukan adalah adenoma atau adenokarsinoma tidak dapat ditentukan pada saat
pembedahan dilakukan. Oleh karena itu, kebanyakan ahli memilih tindakan
isthmolobektomi. Bila pada pemeriksaan patologi lesi tersebut terbukti jinak,
maka tidak diperlukan penanganan lanjut. Bila tumor tersebut ganas maka
tiroidektomi total perlu dilakukan untuk memfasilitasi terapi radioactive iodine.
Metastasis ke kelnjar getah bening ditemukan hanya pada 10% dari karsinoma
tiroid folikuler.
B. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan kadar tiroglobulin,
kalsitonin dan kadar TSH dan fT4. Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi
tiroid normal. Namun, perlu diingat bahwa abnormalitas fungsi tiroid tidak
menghilangkan kemungkinan keganasan meskipun memang kecil.
2. Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk keganasan tiroid cukup sensitif
tetapi tidak spesifik karena peningkatan kadar tiroglobulin juga ditemukan
pada tiroiditis dan penyakit Graves dan adenoma tiroid. Pemeriksaan kadar
tiroglobuli sangat penting untuk monitoring kekambuhan karsinoma tiroid
pasca terapi. Pada penderita dengan riwayat keluarga karsinoma tiroid
medular, perlu dikerjakan tes genetik dan pemeriksaan kadar kalsitonin. Bila
tidak ada kecurigaan ke arah karsinoma tiroid medulare attau neoplasia
endokrin multipel II, pemeriksaankalsitonin tidak dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin.
3. Pemeriksaan pencitraan pada nodul tiroid tidak dapat menentukan jinak atau
ganas, tetapi dapat membantu mengarahkan dugaan nodul tiroid tersebut
cenderung jinak atau ganas. Modalitas yang sering digunakan adalah sidik
tiroid dan ultrasonografi. Sidik tiroid dapat dengan menggunakan dua
macam isotop yaitu iodium aktif I-123 dan teneksiun Tc-99m. melalui
pemeriksaan ini dapat dibedakan apakah nodul tersebut cold nodule, warm
nodule atau hot nodule.
4. USG pada evaluasi awal nodul tiroid dilakukanuntuk menentukan ukuran
dan jumlah nodul, meskipun sebenarnya USG tidak dapat membedakan
nodul jinak atau ganas. USG dapat mendeteksi nodul yang kecil atau
yangterletak di posterior yang secara klinis belum dapat dipalpasi. Foto paru
dapat dilakukan untuk melihat apabila ada metasstasis.
5. FNAB merupakan metode yang sangat efektif untuk membedakan nodul
jinak atau ganas. Pemeriksaan sitologi dari spesimen FNAB dengan jumlah
sel yang adekuat terbagi menjadi karsinoma, curiga keganasan, limfoma
tiroid, dan jinak. FNAB kurang dapat membedakan karsinoma folikuler dan
Hurtle cell dari bentuk adenoma jinak. Hal ini oleh karena untuk didiagnosis
sebagai keganasan memerlukan bukti adanya invasi ke kapsul atau vaskuler.
Jadi, jarang sekali ditemukan diagnosis karsinoma foliikuler atau Hurtle cell
pada FNAB. Pemeriksaan ulangan tidak disarankan. Disarankan biopsi
surgikal oleh karena sekitar 20% dari lesi merupakan karsinoma.
Pemeriksaan histopatologi merupakan alat diagnostik utama jaringan setelah
dilakukan tindakan lobektomi atau isthmolobektomi. Sedangkan untuk
kasus inoperable, jaringan yang diambil dari biopsi insisi.

Kontroversi terus berlanjut dalam menegakkan diagnosis dan penanganan


karsinoma tiroid. Pada awal perjalannan penyakit tidak terdapat gejala khas untuk
karsinoma tiroid, sehingga penderita umumnya datang dengan benjolan yang tidak
nyeri di daerah tiroid atau di tempat lain di leher, tergantung apakah yang
didapatkan pertama itu tumor primer atau metastasis ke kelenjar limfe.
Penanganan karsinima tiroid adalah dengan pembedahan dan non pembedahan.
Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operabel, operassi yang
dilakukan adalah lobektomo sisi yang patologis (Kaplan), atau lobektomi subtotal
dengan resiko bila ganas kemungkinan ada sel-sel ganas yang tertinggal.
Pembedahan umumnya berupa tiroidektomi total. Bila hasilnya jinak, lobektomi
atau ismolobektomi sudah cukup. Bila ganas, lobus kontralateral diangkat
seluruhnya. Dapat pula dilakukan near total thyroidectomy.
Bila dari hasil pemerikasaan kelenjar getah bening pada sisi yang dicurigai
adanya metastasis, dilakukan diseksi radikal kelanjar getah bening pda sisi yang
bersangkutan. Non pembedahan dapat berupa pemberian iodium radioaktif,
radiasi, terapi hormon, dan kemoterapi. Pemberian radioaktif berdasarkan bahwa
beberapa karsinoma tiroid jenis folikuleratau campuran dapat menyerap I131.
Karena jaringan tiroid normal lebih banyak dari jaringan karsinoma, maka semua
jaringan tiroid harus diangkat lebih dahulu. Jadi terapi ini bersifat ablatif.
Radioterapi dilakukan bila tumor sudah inoperabel atau pasien menolak operasi
llagi untuk lobus kontralateral. Kemoterapi menggunakan obat sitostatik
Vincristin, Cisplatin dan sebagainya.
Keganasan hanya dapat ditentukan dengan pada pemeriksaan histopatologi
sesudah tiroidektomi. Ukuran tumor primer berhubungan dengan rekurensi dan
mortalitas; meningkat seiring besarnya tumor. Karsinoma papiler maupun
folikuler berukuran kecil (<1,5cm)>1,5cm adalah sebesar 0,4% dan 7%. Ekstensi
dan invasi tumor baik terlihat mikroskopik maupun makroskopik dapat terjadi
baik pada karsinoma pailer maupun folikuler. Angka rekurensinya 2 kali lipat
dibanding tumor tanpa invasi, kematian terjadi pada 33% kasus dalam dekade
pertama. Berdasarkan terapi inisial dan faktor prognostik lainnya, rekurensi terjadi
sebesar 30% dalam beberapa dekade. Pada sebuah penelitian, rekurensi terbanyak
di kelenjar getah bening servikal (74%), diikuti 20% tiroid remnant, 6% di trakea
atau otot. Metastasis jauh ditemukan pada 21% penderita, terbanyak di paru
(63%).

DAFTAR PUSTAKA

Murwani arita,S.Kep, perawatan pasien penyakit dalam ,penerbit mitra

cendika,jogjakarta:2009

Tarwono,Ns.S.Kep,M.Kep,dkk, perawatan medikal bedah,sistem

endokrin,jakarta:tim 2012

Anda mungkin juga menyukai