Anda di halaman 1dari 22

MONITORING ALAT-ALAT

ELEKTROMEDIK
PADA PASIEN POST OPERASI

Disusun Oleh : Kelompok 2


FRICILLIA RAMADHANTY
IVAN GUNAWAN
LUTHFI MAHDI HERLAMBANG
M. AMIN NURLAH ANNAS
MAQHFIRAH AZZUHRA
Monitoring Tanda-Tanda Vital

 Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien


untuk memantau kondisi klien atau mengidentifikasi
masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap
intervensi. Tanda-tanda vital atau tanda-tanda dasar
meliputi suhu, denyut nadi, pernapasan dan tekanan
darah.
Menurut Potter dan Perry (2005) pengukuran tanda
vital diperlukan saat :

 Ketika klien masuk ke fasilitas perawatan kesehatan


 Di rumah sakit atau fasilitas perawatan pada jadwal rutin sesuai
program dokter atau standar praktik institusi.
 Sebelum dan sesudah prosedur bedah
 Sebelum dan sesudah prosedur diagnostik invasif
 Sebelum dan setelah pemberian medikasi yang mempengaruhi
Kardiovaskuler, pernafasan dan fungsi kontrol suhu.
 Ketika kondisi umum fisik klien berubah
 Sebelum dan setelah intervensi keperawatan yang
mempengaruhi tanda vital.
 Ketika klien melaporkan gejala non-spesifik disters fisik.
a. Tekanan darah

 Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada


dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan
dari jantung.
 Tekanan darah meliputi :
1. Tekanan sistolik adalah tekanan darah
maksimal ketika darah dipompakan dari
ventrikel kiri. Range normal berkisar 100- 130
mmHg
2. Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada
saat jantung relaksasi, tekanan diastolik
menggambarkan tahanan pembuluh darah yang
harus dihadapi oleh jantung. Range normal berkisar
60-90 mmHg
b. Suhu

 Variasi suhu yang didapatkan bergantung pada


tempat pengukuran tetapi harus antara suhu 36-
38°C :
 Oral rata-rata 37°C,
 Rektal rata-rata 37,5°
 Aksila rata-rata 36,5°C.
B. Pernapasan

 Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan


pertukaran udara antara atmosfir dengan darah
serta darah dengan sel.
Frekuensi pernapasan normal berdasarkan usia (kali / menit)

Usia Frekuensi Pernapasan


Bayi (<1 tahun) 30-55
Balita (1-2 tahun) 20-30
Balita (3-5 tahun) 20-25
Usia sekolah (6-11 tahun) 14-22
Remaja (12-15 tahun) 12-18
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian
pernafasan:

1. Frekuensi pernafasan
Perawat mengobservasi inspirasi dan ekspirasi
penuh pada saat menghitung frekuensi ventilasi dan
pernapasan
2. Kedalaman pernafasan
Perawat menggambarkan gerakan ventilator
sebagai dalam, normal dan dangkal
3. Irama pernafasan
Perawat mengkaji irama pernapasan teratur
dan tidak teratur.
Monitoring EKG (Elektrokardiogram)

 Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan


grafis aktivitas listrik jantung (Price,2006).
 EKG adalah suatu tindakan merekam aktivitas
listrik jantung yang berawal dari nodus sinoatrial,
yang dikonduksikan melalui jaringan serat-serat
(sistem konduksi) dalam jantung yang menyebabkan
jantung berkontraksi, yang dapat direkam melalui
elektroda yang dilekatkan pada kulit.
Indikasi EKG

 Pasien yang dicurigai sindroma koroner akut.


 Pasien dengan aritmia.
 Pasien dengan gangguan konduksi jantung.
 Pasien dengan gangguan elektrolit, terutama kalium.
 Pasien dengan kecurigaan keracunan obat.
 Evaluasi pasien yang terpasang implan defibrillator
dan pacu jantung
Interpretasi Elektrikardiogram

1. Irama Sinus

2. Sinus Aritmia
3. Atrial Fibrilation

4. Ventrikel Takhikardi
5. Ventricular

6. Supraventricular Tachycardi (ST)


Monitoring Tekanan Arteri

 Tekanan darah arteri adalah tekanan lateral yang


disebabkan oleh kolom darah pada dinding
pembuluh darah. Ia merupakan hasil curah jantung
dan tahanan pembuluh darah tepi. Tekanan darah
dalam arteri berubah-ubah secara berirama sejalan
dengan denyut jantung yang mencapai maksimum
saat ventrikel kiri mengeluarkan darah ke dalam
aorta dan turun kembali selama diastolik, yang
mencapai minimum tepat sebelum denyut jantung
berikutnya.
Indikasi

Monitor tekanan darah invasif diperlukan pada pasien


dengan kondisi kritis atau pada pasien yang akan dilakukan
prosedur operasi bedah mayor sehingga apabila ada
perubahan tekanan darah yang terjadi mendadak dapat
secepatnya dideteksi dan diintervensi, atau untuk evaluasi efek
dari terapi obat-obat yang telah diberikan
 prosedur operasi bedah mayor seperti : CABG, bedah thorax,
bedah saraf, bedah laparotomy, bedah vascular
 pasien dengan status hemodinamik tidak stabil
 pasien yang mendapat terapi vasopressor dan vasodilator
 pasien yang tekanan intrakranialnya dimonitor secara ketat
 pasien dengan hipertensi krisis, dengan overdiseksi
aneurisma aorta
kontraindikasi

 Pasien dengan perifer vascular disease


 Pasien yang mendapat terapi antikoagulan atau
terapi trombolitik
 Penusukan kanulasi arteri kontraindikasi relatif
pada area yang mudah terjadi infeksi, seperti area
kulit yang lembab, mudah berkeringat, atau pada
area yang sebelumnya pernah dilakukan bedah
vascular
Monitoring CVP (Central Vena Pressure)

 Pengukuran tekanan vena central (CVP) merupakan


alat yang berguna dalam perawatan pasien yang
sakit akut. Pengukuran CVP untuk menunjukkan
tekanan dalam vena besar (vena cava superior dan
vena cava inferior). Ini digunakan untuk memantau
volume darah yang bersirkulasi, fungsi ventrikuler
kanan dan arus balik vena sentral, meskipun tidak
mengukur secara langsung tekanan atrial kanan
(Brooker, 2008).
 Nilai normal CVP adalah 4 – 10 mmHg.
Tujuan Mengukur CVP (Central Vena Pressure)

 Menurut Manchini (2000), tujuan mengukur CVP


adalah :
 Mengetahui tekanan cairan pada vena central.
 Menentukan jumlah terapi cairan yang tepat untuk
pasien.
 Mengetahui kerja jantung.
 Untuk mengkaji status cairan intravaskuler pasien.
 Sebagai pengukur volume efektif darah yang
beredar.
Indikasi Mengukur CVP
Menurut Hudak & Gallo (2005), indikasi dalam
pengukuran CVP adalah :

 Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.


 Pengukuran oksigenasi vena sentral.
 Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau
cairan yang mengiritasi yang perlu pengenceran segera
dalam sistem sirkulasi.
 Sebagai jalan masuk vena apabila semua tempat IV lainnya
telah lemah.
 Pasien dengan trauma berat disertai dengan pendarahan
yang banyak yang dapat menimbulkan syok.
 Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti
: open heart dan trepanasi.
 Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).
 Pasien dengan gagal jantung.
 Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang
besar (transfusi pasif).
 Monitor status volume cairan dan fungsi ventrikel
 Acuan untuk pemberian cairan, diuretic dan obat-obat
vasoaktif jika alat monitor invasif lain tidak ada.
 Pemberian obat yang cenderung menyebabkan phlebitis
dalam vena perifer (caustic), seperti: calcium chloride,
chemotherapy, hypertonic saline, potassium chloride dan
amiodarone.
Kontraindikasi Mengukur CVP

Menurut Hudak & Gallo (2005), indikasi dalam pengukuran


CVP adalah :

 Peningkatan CVP menunjukkan peningkatan cardiac output,


infark/gagal ventrikel kanan, meningkatnya volume vaskular,
perikarditis, konstriktif dan hipertensi pulmonal. Hasil
pengukuran CVP, menunjukkan peningkatan false (salah) jika
pada kondisi COPD, tension pneumothoraks, ventilasi
tekanan positif.
 Dislokasi ujung kateter jalur vena cava superior
mengakibatkan hasil tidak akurat.
 Penurunan CVP dapat terjadi akibat hipovolemia, vasodilatasi
akibat obat dan syok dari berbagai penyebab.
Tempat/Area Pemasangan CVP

Menurut Rokhaeni (2001), tempat pemasangan CVP


adalah :
 Vena subclavia (pendekatan infraclavicular dan
supraclavicular).
 Vena jugularis, pada vena jugularis interna (VJI) dan
eksterna (VJE).
 Vena femoralis.
 Vena antecubital, pada vena basilica atau cephalica.
 Vena umbilikalis, pada bayi baru lahir.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai