PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Central Venous Pressure (CVP) atau Tekanan Vena Sentral adalah tekanan
di dalam atrium kanan atau vena-vena besar dalam rongga toraks. Pemantauan
tekanan vena sentral merupakan pedoman untuk pengkajian fungsi jantung kanan
dan dapat mencerminkan fungsi jantung kiri apabila tidak terdapat penyakit
kardiopulmonal (Hudak, 2006). Tekanan Vena Sentral pada beberapa penanganan
kasus sangat diperlukan untuk mendukung diagnosa, mengetahui kondisi pasien,
serta monitoring resusitasi. CVP adalah suatu hasil dari pengukuran tekanan vena
sentral dengan jalan memasang suatu alat Central Venous Catheter (CVC). CVC
tersebut dapat dipasang pada beberapa lokasi seperti vena jugularis interna, vena
subklavia, vena basilika, vena femoralis. Dimana masing masing lokasi tersebut
memiliki keuntungan dan kerugian dalam hal tingkat kesulitan pemasangan,
kenyamanan pasien, perawatan CVC, juga ketersediaan jenis CVC yang sesuai
dengan lokasi pemasangan CVC tersebut.
CVC ini merupakan salah satu teknik yang bersifat invasif. Sehingga risiko
risiko tindakan invasif secara umum, juga menjadi pertimbangan tenaga medis
dalam melakukan pemasangan ataupun insersi CVC ini. Seperti pada kasus luka
bakar dimana area insersi terkena oleh luka bakar. Dimana insersi yang dilakukan
dapat menambah risiko terjadinya bakterimia. Sehingga petugas kesehatan harus
lebih cermat dalam pemilihan lokasi insersi. Atau juga pada kasus diamana pasien
sudah mengalami suatu gangguan koagulasi.
Pada kasus lain, terjadi distensibilitas vena vena di leher dapat
memperlihatkan adanya perubahan volume dan tekanan di dalam atrium kanan.
Terdapat 2 buah vena jugularis pada leher yaitu vena jugularis interna dan vena
jugularis eksterna (Waskito, 2008). Pemeriksaan JVP (Jugular Venous Pressure)
merupakan pemeriksaan pada leher untuk melihat vena jugularis yang dapat
memberikan gambaran tentang aktifitas jantung. Perubahan aktifitas jantung dapat
memberikan gambaran pada vena dengan cara menyebabkan perubahan tekanan
vena-vena perifer, bendungan pada vena-vena perifer dan perubahan pada bentuk
dengan
menggunakan
vena jugularis
(externa
dexter)
Tujuan
Manfaat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1 Pengertian
Central Venous Pressure (CVP) atau Tekanan Vena Sentral adalah tekanan
di dalam atrium kanan atau vena-vena besar dalam rongga toraks. Pemantauan
tekanan vena sentral merupakan pedoman untuk pengkajian fungsi jantung kanan
dan dapat mencerminkan fungsi jantung kiri apabila tidak terdapat penyakit
kardiopulmonal (Hudak, 2006).
Central Venous Pressure (CVP) merupkan tekanan intravaskuler di dalam
vena cava torakal. Tekanan vena sentral menggambarkan banyaknya darah yang
kembali ke dalam jantung dan kemampuan jantung untuk memompa darah ke
dalam sistem arterial. Perkiraan yang baik dari tekanan atrium kanan, yang mana
merupakan faktor yang menentukan dari volume akhir diastolik ventrikel kanan.
Tekanan vena sentral menggambarkan keseimbangan antara volume intravaskuler,
venous capacitance,
pada percabangan vena cava & atrium kanan. Hal ini sama pada bayi, anak, &
orang dewasa. Pemasangan kateter vena sentral dapat dilakukan melalui vena
jugularis interna, vena antekubiti, vena brakialis, vena subclavia, serta vena
femoralis. Pada pasien kecil, vena subclavia & jugularis interna lebih mudah
digunakan.
Pengukuran tekanan vena sentral dilakukan dengann pemasangan jarum /
kateter pada vena & dihubungkan dengann suatu transduser. Biasanya dipasang
pada saat operasi setelah induksi anestesi / intubasi sedangkan pada ruang rawat
intensif dilakukan dgn sedasi & anestesi lokal. Pemasangannya harus dipandu
dengann pemeriksaan EKG untuk mendeteksi terjadinya aritmia. Kateter yg
digunakan bervariasi sesuai dgn usia anak, yaitu nomor 3 untuk anak dgn berat
badan minus dari 3 kg, nomor 4 untuk berat badan minus dari 10 kg, nomor 5
untuk berat badan 10 sampai 20 kg, serta nomor 6 untuk berat badan lebih dari 20
kg.
Tekanan vena sentral diukur dengan transduser tekanan dalam milimeter air
raksa (mmHg) / manometer air (cm H2O). Untuk mengkonversi air raksa ke air,
nilai air raksa dikalikan 1,36 (mmHg x 1,36); untuk mengkonversi air ke air raksa,
nilai air dibagi 1,36 (cm H2O : 1,36). Tekanan vena sentral pada bayi yg sehat
antara -2 sampai +4 mmHg, & anak yg menderita kelainan jantung bawaan antara
48 mmHg. Pada pasien yg memakai ventilator nilainya antara 26 mmHg &
sering tidak toleran dengann tekanan yang rendah antara 03 mmHg. Nilai
tekanan vena sentral yang lebih dari 8 mmHg biasanya sering diikuti dengan
disfungsi miokard / tekanan dlm torak yang meninggi seperti pada pneumotorak,
tamponade jantung, regurgitasi trikuspid, hipertensi pulmonal, atau gagal
ventrikel.
Nilai normal CVP 5 10 cm H2O, dan pada orang yang menggunakan
ventilator naik 3 5 cm H2O. Menurut Gardner dan Woods nilai normal tekanan
vena sentral adalah 3 8 cmH2O atau 2 6 mmHg. Sementara menurut Sutanto
(2004) nilai normal CVP adalah 4 10 mmHg. CVP bukan merupakan suatu
parameter klinis yang berdiri sendiri, harus dinilai dengan parameter yang lainnya
seperti : Denyut nadi, Tekanan darah, Volume darah. CVP mencerminkan jumlah
volume darah yang beredar dalam tubuh penderita, yang ditentukan oleh kekuatan
4
sebagai pompa, dan tonus vaskuler. Tekanan vena sentral dibedakan dari tekanan
vena perifer, yang hanya memberi gambaran tentang tekanan lokal.
Tekanan arteri pulmonalis
Tekanan arteri pulmonalis merupakana tekanan di ventrikel kiri pada
akhir diastolik.
Tekanan atrium kiri
Tekanan ventrikel kanan
Curah jantung
Curah jantung (CO) adalah jumlah darah yang dipompakan ke sirkulasi
perifer oleh jantung per menit. Curah jantung sama dengan stroke volume
(SV) dikalikan laju jantung (HR)
CO = SV HR
Laju jantung dipengaruhi oleh sistem saraf sentral dan otonom, dan isi
sekuncup dipengaruhi oleh "preload","afterload", dan kontraktilitas miokard.
Faktor-faktor yang mengontrol curah jantung meliputi curah balik, resistensi
vaskuler, kebutuhan oksigen jaringan perifer, volume darah, posisi tubuh, pola
respirasi, laju jantung dan kontraktilitas miokard.
Tekanan arteri sistemik
1. Pemantauan Tekanan Non Invasif
Pengkajian non invasif sangat tergantung dari keadaan klinik dan pada
kondisi tertentu tidak dapat menjelaskan kondisi pasien secara spesifik
dan akurat. Pemantauan hemodinamik non invasive dapat dilakukan
dengan cara :
Pengukuran tekanan vena sentral / CVP : Mengukur tekanan vena jugularis
Memposisikan pasien berbaring setengah duduk
Perhatikan denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi hanya
bisa dilihat. Akan tampak gelombang a (kontraksi atrium), gelombang c (awal
kontraksi ventrikel-katup trikuspid menutup), gelombang v (pengisian atriumkatup trikuspid masih menutup)
Normalnya terjadi penggembungan vena setinggi manubrium sterni
6
Apabila ditemukan penggembungan vena yang lebih tinggi dari manubrium sterni,
maka terjadi peningkatan tekanan hidrostatik atrium kanan
Pengukuran tekanan arteri sistemik secara manual menggunakan manometer.
2.
Tekanan sistolik adalah tekanan darah maksimal ketika darah dipompakan dari
ventrikel kiri. Range normal berkisar 100-130 mmHg
Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung relaksasi, tekanan
diastolik menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus dihadapi oleh
jantung. Range normal berkisar 60-90 mmHg
Mean Arterial Pressure atau tekanan arteri rata-rata selama siklus jantung. MAP
dapat diformulasikan dengan rumus :
Sistolik + 2. Diastolik x 1/3. MAP menggambarkan perfusi aliran
darah ke jaringan
Pengukuran tekanan darah arteri secara invasif dilakukan dengan
memasukkan kateter ke lumen pembuluh darah arteri dan disambungkan
ke sistem transducer. Tekanan intra arteri melalui kateter akan dikonversi
menjadi sinyal elektrik oleh tranducer lalu disebar dan diteruskan pada
osciloskope, kemudian diubah menjadi gelombang dan nilai digital yang
tertera pada layar monitor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan arteri :
7
Curah jantung
Volume darah
Umur
Resistensi perifer
Viskositas darah
Aktivitas
Berat badan
Emosi
c.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Vena femoralis
b.
Vena cephalika
c.
Vena basalika
10
d.
Vena subclavia
e.
f.
2.
b.
c.
Menurut Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena sentral adalah 3
8 cmH2O atau 2 6 mmHg.
d.
e.
Bila hasil pengukuran CVP diatas normal, biasanya terjadi pada kasus
overload, untuk mengkompensasinya jantung harus lebih kuat
berkontraksi yang juga akan meningkatkan konsumsi O2 miokard.
f.
3.
Lokasi Pemantauan
a.
Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)
b.
Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan
c.
d.
4.
Gelombang CVP
11
12
2.1.7 Komplikasi
Pemasangan CVC dapat mengakibatkan timbulnya beberapa hal antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perdarahan
Bakteriemi
Emboli udara
Hematoma local
Pneumothoraks
Erosi (pengikisan) vaskuler. Cirinya terjadi 1 7 hari setelah
insersi kateter. Cairan IV atau darah terakumulasi di
mediastinum atau rongga pleura.
13
7.
Volume darah
a. Volume darah total
b. Volume darah yang terdapat di dalam vena
c. Kecepatan pemberian tranfusi/cairan
2. Kegagalan jantung dan insufisiensi jantung
3. Konstriksi pembuluh darah vena yang disebabkan oleh faktor neurologi
4. Penggunaan obat-obatan vasopressor
5. Peningkatan tekanan intraperitonial dan tekanan intrathoracal, missal:
a. Post operasi illeus
b. Hematothoraks
c. Pneumothoraks
d. Penggunaan ventilator mekanik
e. Emphysema mediastinum
6. Emboli paru-paru
7. Hipertensi arteri pulmonal
8. Vena cava superior sindrom
9. Penyakit paru-paru obstruksi menahun
10. Pericarditis constrictiva
11. Artevac: tersumbatnya kateter, ujung kateter berada di dalam vena
jugularis inferior
postur tubuh
5. Dilatasi arteri
6. Ekspirasi paksa (misalnya, valsava)
7. Kontraksi otot (perut dan anggota
tubuh)
14
Persiapan pasien
Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang:
1) Tujuan pemasangan,
2) Daerah pemasangan,
3) Prosedur yang akan dikerjakan
b.
4) Kantong tekanan
5) Cairan NaCl 0,9% (1 kolf)
6) Heparin
7) Manometer line
8) Spuit 1 cc
9) Three way stopcock
10) Penyanggah tranduser/standar infus
11) Pipa U
12) Infus set
2.
3.
Cara merangkai
a. Mengambil heparin sebanyak 500 unit kemudian memasukkannya ke
dalam cairan infuse
b. Menghubungkan cairan tersebut dengan infuse
c. Mengeluarkan udara dari selang infuse
d. Memasang cairan infus pada kantong tekanan
e. Menghubungkan tranduser dengan alat infuse
f. Memasang three way stopcock dengan alat flush
g. Menghubungkan bagian distal selang infus dengan alat flush
h. Menghubungkan manometer dengan three way stopcock
i. Mengeluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk
memudahkan beri sedikit
j. tekanan pada kantong tekanan)
k. Memompa kantong tekanan sampai 300 mmHg
l. Menghubungkan kabel transduser dengan monitor
m. Menghubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang
n. Melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran
4.
Langkah pemasangan
a.
Langkah Pemasangan :
1)
Siapkan alat
2)
3)
17
4)
5)
6)
7)
8)
11)
12)
13)
14)
posisi
ujung
kateter
yang
dimasukkan,
serta
Pengkajian
Yang perlu dikaji pada pasien yang terpasang CVP adalah tanda-tanda
komplikasi yang ditimbulkan oleh pemasangan alat.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
g.
h.
Tanda-tanda vital
b.
b.
c.
Pipa U
d.
Alat tulis
Cara merangkai
1) Menghubungkan set infus dg cairan NaCl 0,9%
2) Mengeluarkan udara dari selang infuse
3) Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock
4) Menghubungkan three way stopcock dengan selang infuse
5) Menghubungkan manometer line dgn three way stopcock
6) Mengeluarkan udara dari manometer line
7) Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O
8) Menghubungkan manometer line dengann kateter yang sudah
terpasang
c.
Cara Pengukuran
1)
2)
3)
4)
5)
7)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
21
3.
Monitor
b) Tranduser
c)
Alat flush
d) Kantong tekanan
e)
f)
Heparin
g) Manometer line
h) Spuit 1 cc
i)
j)
k) Pipa U
l)
Infus set
2) Cara Merangkai
22
a) Mengambil
heparin
sebanyak
500
unit
kemudian
f)
j)
k)
l)
f)
b.
Fiksasi mudah
c.
Menyengkan penderita
d.
nilai CVP
2.
b.
c.
Bila darah atau cairan dengan hati hati dan dipantau pengaruhnya
dalam sirkulasi.
16)
17)
3.
3.
Sebelum Pemasangan
a. Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat alat untuk
pemantauan
b. Mempersiapkan
pemantauan,
dan
pasien;
memberikan
mengatur
posisi
penjelasan,
sesuai
dengan
tujuan
daerah
pemasangan
2.
Saat Pemasangan
a. Memelihara alat-alat selalu steril
b. Memantau tanda dan gejala komplikasi yang dapat terjadi pada saat
pemasangan seperti gangguan irama jantung, dan perdarahan
c. Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedur
dilakukan
3.
Setelah Pemasangan
a. Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara:
1) Zelakukan Zero Balance: menentukan titik nol/letak atrium,
yaitu pertemuan antara garis ICS IV dengan midaksila
2) Zero balance: dilakukan pada setiap pergantian dinas, atau
gelombang tidak sesuai dengan kondisi klien
3) Melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi monitor /
transduser, setiap shift, ragu terhadap gelombang.
b. Mengkorelasikan nilai yang terlihat pada monitor dengan keadaan
klinis klien.
c. Mencatat
nilai
tekanan
dan
kecenderungan
perubahan
hemodinamik.
d. Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
e. Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda
komplikasi (seperti : Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan
25
2.
Pernapasan klien
3.
Suhu klien
4.
5.
6.
26
BAB 3
PEMBAHASAN
1.1
: 2012
2. Penulis
27
28
29
berfungsi untuk mempertahankan tekanan positif jalan napas pada
tingkatan tertentu selama fase ekspirasi. PEEP hanya digunakan pada
fase ekspirasi.6 Pasien dengan ketergantungan pada ventilator, di akhir
pernapasan umumnya terjadi kolaps ruang udara bagian distal sehingga
sering menyebabkan timbulnya atelektasis yang dapat mengganggu
pertukaran gas dan memperberat gagal napas yang sudah ada.
Pada pasien dengan pemasangan ventilator, perubahan tekanan
intratorak dapat dilihat, salah satunya dari peningkatan nilai CVP yang
disebabkan oleh PEEP.7 Penggunaan PEEP sangat bervariasi dari mulai
5 sampai dengan 15cmH2O, atau lebih tergantung dari status oksigenasi
pasien. Setting PEEP yang bervariasi ini akan mempengaruhi nilai CVP,
sehingga untuk mendapatkan nilai CVP yang akurat pada pasien dengan
pemasangan ventilator harus ada suatu konversi antara nilai CVP dengan
PEEP yang diberikan.
Pengaruh tekanan positif ventilasi mekanik (ventilator) terhadap
curah jantung tergantung pada preload atau afterload yang lebih
menonjol. Bila volume intravaskular normal dan tekanan intratorakal
tidak terlalu besar, maka penurunan afterload yang lebih menonjol dan
ventilasi bertekanan positif meningkatkan curah jantung, suatu
fenomena yang disebut sebagai reverse pulsus paradoxus. Pada keadaan
ini dapat menjelaskan efek yang menguntungkan dari penekanan
dinding dada untuk meningkatkan curah jantung saat henti jantung .
Sebaliknya bila volume intravaskular berkurang, efek yang lebih
menonjol akibat tekanan positif intratorakal adalah penurunan
ventricular preload yang selanjutnya akan menurunkan curah jantung.
Hal ini menekankan betapa pentingnya usaha untuk menghindari
hipovolemi pada pasien dengan ketergantungan pada ventilator atau
ventilator dependent.
5. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah eksperimental semu Quasi-Experimental Research
yang tujuannya untuk memperoleh informasi dari eksperimen yang tidak
memungkinkan untuk dikontrol dan/ atau dimanipulasikan semua
30
variabel yang relavan. Desain penelitian pada studi ini menggunakan
one group pre-test post-test design, yaitu eksperimen yang dilaksanakan
pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Pengamatan
dilakukan pada kondisi awal sebelum perlakuan (pre-test) dan sesudah
mendapat perlakuan (post-test). Tujuan tes awal untuk mengetahui
pasti besarnya efek dari eksperimen ini.
6. Hasil
PEEP dapat meningkatkan nilai CVP pada pasien yang berada di
ventilator. Mean nilai CVP sebelum meningkatkan PEEP (5cmH2O)
adalah 7,22 mmHg dan setelah meningkatkan PEEP I dan II (10cmH2O
dan 15cmH2O) yang 9.22mmHg, dan 11,37 mmHg, masing-masing.
Nilai-nilai perbedaan rata-rata CVP antara PEEP 5 cmH2O dan PEEP
10cmH2O, PEEP 10 cmH2O dan PEEP 15cmH2O yang 2.0 mmHg dan
2.148mmHg, masing-masing dengan p nilai-nilai <0,05.
7. Pembahasan
PEEP dapat menyebabkan pengisian ventrikel menurun melalui
beberapa mekanikme. Pertama, tekanan positif intratorakal menurunkan
gradien tekanan vena ke toraks, meskipun inflasi paru bertekanan positif
dapat
mengakibatkan
peningkatan
tekanan
intraabdominal
dan
31
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa PEEP dapat meningkatkan nilai CVP pada pasien dengan
pemasangan ventilator.
Membedakan Vena dan Pulsasi Arteri
Fitur yang menunjukkan vena daripada pulsasi arteri dicatatkan
oleh Wood lebih dari 50 tahun yang lalu dan masih relevan saat ini. Ini
termasuk denyut nadi internal yang:
1) Lembut, menyebar, undulant
2) Apakah tidak teraba
3) Memiliki dua puncak dan dua palung per siklus jantung
4) Memiliki puncak yang tidak bertepatan dengan pulsa Palpasi
karotid (pengecualian dapat dilihat dengan waktu sistolik
gelombang regurgitasi trikuspid)
5) Memiliki tekanan yang lebih tinggi di ekspirasi, lebih rendah
di inspirasi (pengecualian dapat dilihat ketika Kussmaul
fisiologi hadir)
6) Memiliki tekanan yang meningkat dengan tekanan perut
7) Apakah dilenyapkan oleh tekanan ringan di pangkal leher.
Selain kriteria di atas, gelombang yang gerakan didominasi
keturunan hampir selalu vena pembuluh darah di leher
Keadaan Khusus
1)
32
vena jugularis dan tekanan vena sentral harus dipertimbangkan
ketika menarik kesimpulan dari pengukuran ini.
2)
tekanan
positif
akan
meningkatkan
tekanan
melihat
vena leher
adalah
dengan
menilai
gelombang.
Adanya
kelainan
33
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
CVP (central venous pressure) adalah tekanan darah di vena kava yang
memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung
sebagai pompa, dan tonus vascular untuk mengkaji status cairan intravaskuler
pasien
Saran
Dalam pelaksanaan pemeriksaan CVP sebaiknya dilakukan secara hati-hati
dan cermat agar manfaat yang dapat diperoleh oleh pasien dapat dirasakan dengan
baik.