yanuarbintang
Just another WordPress.com site
HEMODINAMIK
MONITORING HEMODINAMIK
Hemodinamik adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik
melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam
paru-paru). Hemodinamik monitoring adalah pemantauan dari hemodinamik
status.Pentingnya pemantauan terus menerus terhadap status hemodinamik,
respirasi, dan tanda-tanda vital lain akan menjamin early detection bisa
dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mecegah pasien jatuh kepada kondisi
lebih parah.
Hemidinamik status adalah indeks dari tekanan dan kecepatan aliran darah
dalam paru dan sirkulasi sistemik.
Pasien dengan gagal jantung, overload cairan, shock, hipertensi pulmonal dan
banyak kasus lain adalah pasien dengan masalah perubahan status
hemodinamik.
Dalam hal ini, Kritikal Care Nurse bukan hanya dituntut mampu mengoperasikan
alat pemantauan hemodinamik saja melainkan harus mampu
menginterpretasikan hasilnya.
After load dipengaruhi oleh sistemik vascular resistance dan pulmonary vascular
resistance.
Dua macam cara pemantauan tekanan darah yang kita kenal. Pemantauan
darah Non Invasive(cuff pressure) dan Invasive Blood Pressure(arterial pressure)
Teknik pengukuran darah dengan menggunakan cuff atau manset, baik secara
manual maupun menggunakan mesin sebagaimana bedsidemonitor yang ada di
unit pelayanan Intensif. Ukuran manset harus disesuaikan dengan besarnya
lengan pasien, karena ketidak sesuaian ukuran manset akan mengurangi
validitas hasil pengukuran.
Data status hemodinamik yang bisa didapatkan adalah tekanan sistolik, tekanan
diastolic, dan tekanan rata-rata arteri (Mean Arterial Pressure=MAP)
Sistolik pressure adalah tekanan darah maksimal dari ventrikel kiri saat systole.
Sangat penting bagi kita untuk mempertahankan MAP diatas 60 mmHg, untuk
menjamin perfusi otak, perfusi arteria coronaria, dan perfusi ginjal tetap terjaga.
Ketika terjadi vasokonstriksi berat, dimana stroke volume sangat lemah, maka
pengukuran dengan cuff tidak akurat lagi. Maka disinilah penggunaan IBP
sangat diperlukan.
Pada kondisi normal, IBP lebih tinggi 2-8 mmHg dari NIBP
Pada kondisi sakit kritis bisa 10-30 mmHg lebih tinggi dari NIBP.
1. 1. Indikasi Monitoring
1. Gangguan volume sirkulasi darah, tetapi fungsi kardio pulmoner
relative normal.
2. Therapi cairan pada paska perdarahan, bedah trauma, sepsis, kondisi
emergency dengan kekurangan cairan dan komponen darah.
1. 2. Pengukuran
1. Apabila menggunakan Pressure tranduser, maka dalam satuan
millimeter of mercury (mmHg)
2. Apabila menggunakan Water manometer, maka dalam satuan
centimeter air (cmH2O)
1. 3. Komplikasi
Hematothorax
Pneumothorax
Nerve injury
Arterial puncture
Thorxic duct perforation
Infeksi local/sistemik
Thrombosis
Emboli udara
Phlebostatik Axis
Phlebostatik axis
Daerah pemasangan
Vena subclavia
Vena jugularis
Vena antecubital
Vena femoralis
Prosedur pemasangan
Persiapan alat
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Persiapan alat
8. Fiksasi kateter , dan tutup dengan kasa steril pada daerah insersi
1. Cuci tangan
3. Posisikan pasien pada phlebostatik axis dan tentukan pasisi Zero pointnya
5. Setelah air pada manometer sampai pada puncak, pindahkan jalur cairan
infuse dari manometer ke pasien dengan menutup jalur dari flabot infuse
6. Tunggu hingga cairan pada manometer tidak lagi bergerak turun. Nilai CVp
adalah tingginya air dalam manometer saat air berhenti.
CVP
Referensi:
Share this:
Twitter 1 Facebook 16
Like
Be the first to like this.
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Name
*
Email
*
Website
Comment
Post Comment
Blog at WordPress.com.