anesthesiology
Terapi cairan bukan sekadar memberi cairan tetapi punya sasaran, ukuran dan
cara tertentu bergantung pada situasi dan kondisi penderita. Terapi cairan
identik dengan pemberian obat punya efek samping dan komplikasi untuk
memperkecil dampak negatif ini diperlukan landasan kerja yang legeartis. Yaitu
pengertian dasar mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam
basa. Hal inilah yang perlu dimiliki oleh personil yang terlibat dalam
penanggulangannya.
Sasaran :
Mengembalikan keseimbangan cairan dan eletrolit serta asam basa yang
terganggu.
Pola gangguan :
Meliputi gangguan keseimbangan:
- volume
- tonisitas
- komposisi
- asam basa
Strategi:
Mengenal pola gangguan dan mengatasinya dengan cara :
a. Bila ada shock segera atasi shocknya dengan mengembalikan volume plasma
secepat mungkin.
c. Pemilihan jenis cairan yang tepat sehingga volume intra vascular segera
terkoreksi dan dampak negatif bisa dicegah.
Bagaimana caranya?
Langkah pertama apapun penyebab shocknya buat posisi shock dimana kaki
ditinggikan minimal 30 derajat tetapi kepala tetap datar. Bukan posisi
Tredelenburg dimana posisi kepala lebih rendah justru akan menyebabkan
odema otak dimana terjadi bendungan vena diotak apalagi penderita dengan
trauma cerebral,disamping diaphragma terdorong kearah thorax sehingga
pengembangan paru terhalang. Dengan posisi shock diharapkan terjadi
autotransfusi sebanyak satu liter darah memperbesar aliran balik jantung dus
meningkatkan curah jantung dan volume semenit.Tindakan ini perlu
dibudayakan disamping memang sangat menolong, juga untuk penghematan
pemakaian darah terutama pada tindakan operasi besar.
Bila ingin memperbaiki volume plasma pilih cairan koloid (plasma, albumin 5%,
Dextran) tetapi bila ingin memperbesar volume plasma (expander) dengan
menarik cairan interstitial kedalam intra vascular maka beri (koloid
hiperonkotik)(albumin 25%, dextran 70, Haes steri 10%).
Tapi jangan lupa mengisi ruangan interstitial dengan cairan kristaloid). Bila ingin
mengisi ruangan interstitial maka pilihannya adalah kristaloid(Ringers laktat.
NaCl09,9%, Ringers solution) Bila ingin mengisi cairan ECF + ICF maka pilihannya
cairan hipotonis seperti D5% Bergantung problema cairan yang dihadapi maka
cairan yang diberikan juga berbeda.
Untuk replacement terapi syok hipovolemik karena diare, luka bakar digunakan
cairan yang paling fisiologis yaitu Ringer Laktat dimana laktat yang ada dalam RL
akan dimetabolisir dihepar melalui jalur glukoneogenik membentuk glukose dan
bikarbonat atau melalui jalur tricarboksilik(laktat—> piruvat —> asetil koenzym
A dimana bikarbonat sebagai dapar untuk acidosis metabolik.
Bila disertai kadar Na rendah, alkalois, retensi kalium, apalagi ada trauma kepala
maka NaC/0,9% adalah pilihannya. Tetapi bila jumlah besar >10% kenaikan
volume akan terjadi hiper chloremia, acidosis dilutional dan hipernatrimia.
Bila shock hipovolemi karena perdarahan maka berikan darah kalau tak
tersedia beri cairan koloid iso onkotik jumlahnya sama dengan darah yang
hilang (plasma, hemacel, gelafundin, Haes steril 6%) bila ingin memperbesar
volume dengan menarik cairan interstitial kedalam intravascular (plasma
expander) beri cairan koloid hiperonkotik seperti Haes streril 10%, Dextran 70
atau albumin 25%.
Bila belum ada indikasi transfusi bisa diberikan kristaloid (3cc untuk 1 cc darah).
Untuk replacement dehidrasi air murni seperti evaporasi, hiperventilasi atau
pengganti cairan karena puasa berikan DW 2,5 atau 5%. Untuk mencegah
hipoglikemia, mempertahankan protein atau mencegah ketosis bisa diberi
larutan D10%. Sementara untuk maintainance bisa diberi larutan (D5%+NS )
atau (D5% + 1/4 NS) ditambahkan KCl 20 meq/L.
Luka bakar yang luas dimana banyak plasma yang hilang tentu pilihannya
plasma.
=============================================
D5W 50 0 0 0 0 252
Nutrisi Parenteral:
Maksudnya memberikan makanan melalui intra vena baik parsial mapun total.
a. Peroral
b. Personde
c. Parenteral
Prinsip :
Bila usus masih berfungsi dengan baik mutlak pemberian nutrisi haruslah
peroral kalau tak bisa makan karena koma, mual muntah maka alternatif adalah
perentetal (pipa lambung).
Tujuan/sasaran :
Memberikan kalori yang cukup untuk mencegah pembakaran makanan
cadangan seperti lemak, glikogen dan protein, agar tak terjadi asidosis akibat
hasil antara pembakaran lemak & protein. Mobilisasi lemak untuk keperluan
energi disebut lipolisis sedangkan mobilisasi protein disebut proteolisis dan
keadaan ini disebut proses katabolisme.
Ini terlihat berupa meningkatnya hilang nitrogen dan menurunnya berat badan.
Juga mempertahankan sistem immun untuk mengatasi infeksi atau
mencukupkan kebutuhan nutrient karena via enteral tak adekuat
BEE dalam kilokalori (kcal) yang dibakar selama 24 jam termasuk energi yang
digunakan proses vital dalam kondisi istirahat (metabolisme, circulasi, respirasi
dan termoregulasi).
Kebutuhan energi ini dipengaruhi beberapa faktor (usia, derajat stress, status
nutrisi dan lain-lain).
Alternatif lain dari formula ini dapat menggunakan rule of thumb bahwa
kebutuhan energi basal atau saat istirahat lebih kurang 25cal/kgBB/hari, Setiap
kenaikan suhu 1 derajat diatas 37C ditambah 12,5%, Pembedahan 25%, Sepsis
75% dan luka bakar sampai 100% dari BEE. Cara lain untuk luka bakar : 25
kcal/kgBB + 40 kcal / % BSA burned(luas luka bakar).
Untuk pasien obese gunakan ajusted body weight untuk menghitung BEE.
Adjusted Body Weight =( ABW – IBW) x 0,25 + IBW
ABW = Actual Body Weight ;IBW = Ideal Body Weight.
Setelah fase stress dapat diberikan glukosa lebih banyak 25-30 kcal/kgBB/hari
atau 5-6 g per kg BB/hari. Coba kita lihat tabel pertukaran gas selama
metabolism dibawah ini.
————————————————————————
Konsumsi O2 Produksi CO2 Resp.Quotient
Cairan KH paling aman untuk penderita DM adalah Maltose 10% dosis maksimal
satu liter/hari untuk BB<60 kg dan 1,5 liter per hari untuk BB>60 kg. Bila terjadi
hipoglikemia <30 mg% beri 3 flacon D40%, antara 30-60 mg% beri 2 flacon dan
bila antara 60-100 mg% beri 1 flacon iv, setiap flacon 25cc D40% dapat
menaikkan KGD atau kadar gula darah kira-kira 25-50 mg%, KGD yang
diinginkan adalah > = 120 mg%.
Cara lain beri infus 25- 100 cc glukose 50% lanjutkan infus glukose 10% sampai
KGD normal.Agar toleransi terhadap glukose meningkat perlu kesempatan
adaptasi 1-2 hari sebelum dosis glukosa ditingkatkan dengan demikian
mayoritas pasien dapat menerima beban glukosa sampai 20 gram perjam tanpa
perlu tambahan insulin eksogen.(START SLOW, GO SLOW) Sebaliknya
hipoglikemia juga bisa terjadi jika pemberhentian pemberian glukosa dosis
tinggi terhenti mendadak(rebound hipoglikemia) sebaiknya mengakhiri NPE tak
boleh mendadak infus diganti dulu dengan 500 cc D5% selama 6 jam baru
dihentikan (END SLOW).
Dianjurkan cairan glukosa diberikan tak lebih dari 0,4-0,9 g/jam atau tak >
5mg/kg/menit untuk mencegah hiperglikemia dan lipogenesis. Karena
melampaui kecepatan tubuh memetabolisir glukosa bahkan pasien lebih tua,
DM, sepsis, mayor trauma, meningkat kebutuhan insulin untuk mengatur KGD.
Perlu diingat bahwa hyperglikemia terutama yang mendapat insulin eksogen
cenderung mendorong gula dan nutrient lain dan elektrolit(Mg, K& Posfat)
kedalam cell sehingga terjadi hipokalimia bila dibawah 2,5 meq/L dan
hipoposfatemia < 1,0 meq/L haruslah NPE di stop dulu sampai dinormalisir.
Dilaporkan bila glukosa sebagai sumber energi tunggal (D50-70%) sering timbul
hyperglikemia, hipoglikemia,hiperosmolar dehidrasi, essensial fatty acid
deficiency, fatty infiltration of the liver, meningkatnya produksi CO2 dan
meningkatnya ekskresi cathecolamine. Sehingga glukose sebagai sumber energi
tunggal kontra indikasi pada keadaan deffisiensi fatty acid, overhidrasi, diabetes
sulit dikontrol, dan hiperkapnia. Bila nutrient diberikan terpisah maka larutan
D20-30% diberikan lewat vena central atau D10% lewat vena perifer.
Protein 50 gram per hari memerlukan 1200 kcal atau 300 gram glukose. Ingat
walaupun 1 gram asam amino dapat memberi 4 kalori tetapi kalori dari asam
amino tak boleh diperhitungkan untuk memenuhi kebutuhan kalori dimana
asam amino diharapkan untuk regenerasi cell, sintese protein dan enzim
vital.Sekali lagi jangan memberi asam amino bila kebutuhan kalori belum
dicukupi.
Penderita tanpa kelainan ginjal dan hepar berikan yang berisi asam amino
essensial dan non essensial yang seimbang. Penderita dengan kelainan fungsi
hepar berikan banyak asam amino rantai bercabang (isoleucine, leucine, valine)
dimana terjadi penurunan asam amino rantai bercabang (BCAA) yang
berperan dalam keseimbangan nitrogen, konsentrasi protein serum tetapi dosis
rendah rendah methionine, phenilalanine, tryptophane, sebab bisa berfungsi
sebagai neurotransmitter palsu dan menyebabkan encephalopathi. BCAA
merupakan sumber glutamin sangat dianjurkan pada kasus ensefalopati hepatik
dan merupakan asam amino yang sangat penting untuk mendukung metabolik
pada pasien sepsis dan kritis lainnya. Karena protein dalam bentuk ini akan
meningkatkan input protein total. Glutamin banyak terdapat dalam plasma dan
intracellular merupakan pembawa nitrogen antar organ penting khususnya
antar organ pembentuk(otot,hepar) dengan tempat penggunaannya
(usus,limposit,paru) bila terjadi deplesi glutamin(sepsis) akan terjadi atropi usus,
otot maupun sel endothel paru, gangguan barrier mukosa usus, translokasi
bakteri akhirnya MOSF(Multiple organ system dysfunction).
Dalam keadaan normal merupakan asam amino non essensial tetapi dalam
kondisi kritis (stress metabolic) menjadi essensial disebut conditionally amino
acid.Glutamin dapat meningkatkan respon immun melalui sintese purin,
pirimidin dan glutation.Termasuk dalam daftar immunonutrient dalam konsep
immunonutrisi dengan memodulasi sistem immun baik stimulasi maupun
supressi. Biasanya diberikan 0,5g/kgBB/hari. Penderita dengan kelainan ginjal
berikan asam amino essensial tanpa mengandung elekrolit terutama ion kalium.
Bila pemberian asam amino> 0,4-0,5g/hari beri asam amino essensial dan non
essensial. Pasien non dialisis bila pemberian asam amino 0,4-0,5g/kgBB//hari
beri campuran asam amino atau dalam bentuk protein 0,6-1,0g/kgBB/hari. Pada
dialisis intermittent berikan protein 1,1-1,2 g/kgBB/hari. Pada continous renal
replacement therapy (CRRT) beri 1,5g/kgBB/hari.
Untuk NPE pasien kritis sebaiknya kecepatan infus tak> 0.11 g/kgBB/jam <20%
total kalori. Sumber kalori dari KH ( glukose,dextrose,sorbitol atau xylitol) dari
lemak(intralipid 10&20%). Disamping pemberian nutrisi jangan lupa pemberian
vitamin dan mengoreksi asam basa dan elekrolit. Semua yang diberikan harus
diperhitungkan juga dari segi ekonomi dan side effect. Kebutuhan biologik
normal yang didapat dari pengambilan makanan peroral untuk pembentukan
kalori kira-kira 25 -30 kcal/kgBB /hari terdiri dari : 60% KH, 15% protein & 25%
fat,dalam kondisi normal dan 45% KH, 25% protein & 30% fat dalam kondisi
hiperkatabolik.
Contoh :
Dextrose 5% artinya dalam 100 cc larutan ada 5 gram dextrose, dalam satu
flabot 500cc =5×5 g = 25g, jumlah kalori yang diberikan 1 flabot D5% adalah
25×4 kalori = 100 kalori .Untuk memenuhi kebutuhan 1000 kalori berarti harus
diberikan 10 flabot = 5000 cc akibatnya penderita bisa kebanjiran.
Jangan salah tingkah infus emulsi lemak ditakuti terjadi emboli lemak, thrombo
phlebitis, infus D10% bikin phlebitis dan nyeri sehingga diberikan D5%
kombinasi satu botol asam amino; atau memberi larutan asam amino untuk
mengganti protein yang hilang karena perdarahan,sekali lagi jangan diikuti
aliran sesat ini.
Tetapi bila gizi buruk, gagal ginjal atau liver diberikan setelah 24 jam, jangan
diberikan < 24 jam karena masih dalam phase ebb. Kemungkinan infeksi lebih
tinggi 20% bila post operasi hari pertama kadar gula darah diatas 220 mg%, oleh
karena itu kadar gula darah harus dimonitor dan dikoreksi.
Hari 2-3 : D10% 1500 cc + KH 10% 1000 cc + AA2,5% (1000 kcal + 50 gAA)
Hari 4 : D20% 1000 cc + KH 10% 1000 cc + AA2,5% (1200 kcal + 50 gAA)
Note :
Vena perifer hanya mentolerir osmolaritas cairan hingga 900 mosm, larutan
dengan osmolaritas yang lebih tinggi dapat diberi vena perifer dengan cara
diencerkan dengan infus type Y( infus berisi larutan hipotonis dan cabang yang
lain berisi lautan hipertonis dengan kecepatan yang sama atau gabung
keduanya dalam botol infus jumbo
========= ==========
=================================
Kesimpulan:
1.
Share this:
Twitter Facebook
Suka
Be the first to like this.
Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Nama
*
Surel
*
Situs web
Komentar
Kirim Komentar
Tulisan Terakhir
Ventilasi Mekanik
artikel
Anestesiologi
Pilih Kategori
Author