Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

RESUSITASI CAIRAN






Disusun Oleh :
Vina Noviyanti
H2A009048

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014

PENDAHULUAN
Air merupakan komponen utama dari seluruh
cairan yang berada dalam tubuh. Pada saat lahir,
kandungan air mengisi sekitar 75% berat badan
manusia, saat menginjak usia 1 bulan mencapai 65%
berat badan, sedangkan saat dewasa mencapai 60%
dari berat badan. Dalam keadaan sehat, tubuh
memiliki mekanisme keseimbangan atau
homeostasis yang mengatur asupan dan pengeluaran
air.
Pada keadaan-keadaan di mana asupan air sangat
berkurang sekali atau kehilangan air sangat berlebihan
atau cepat, tubuh tidak bisa melakukan kompensasi
dengan adekuat, sehingga seseorang jatuh dalam
keadaan yang dinamakan dehidrasi.

Terapi cairan merupakan salah satu implementasi
untuk menjaga, mengembalikan keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam tubuh. Ketepatan dan keakuratan
dalam terapi cairan akan sangat berpengaruh terhadap
kondisi tubuh. Jika tujuan terapi cairan resusitasi
adalah memperbaiki gangguan hemodinamik, maka
tujuan terapi cairan maintenance adalah memelihara
homeostasis pada pasien yang kurang asupan cairan
per oral.
Fisiologi Cairan Tubuh
Kebutuhan air dan elektrolit setiap hari :
Dewasa
Air : 30-35 ml/kg, kenaikan 1 derajat Celcius ditambah 10-15%
Na
+
: 1,5 mEq/kg (100 mEq/hari atau 5,9g)
K
+
: 1 mEq/kg (60 mEq/hari atau 4,5g)2.
Bayi dan anak
Air
0-10 kg : 4 ml/kg/jam (100 ml/kg)
10-20 kg: 40 ml + 2 ml/kg/jam setiap kg di atas 10 kg (1000 ml +
50 ml/kg di atas 10 kg)
>20 kg: 60 ml + 1 ml/kg/jam setiap kg di atas 20 kg (1500 ml +
20 ml/kg di atas 20 kg)
Na: 2 mEq/kg
K : 2 mEq/kg
Cairan masuk:
Minum: 800-1700 ml
Makanan: 500-1000 ml
Hasil oksidasi: 200-300 ml

Cairan keluar
Urin: normal > 0,5-1 ml/kg/jam
Feses: 1 ml/hari
Invisible loss:
dewasa : 15 ml/kg/hari
anak : {30-usia (tahun)} ml/kg/hari

Perpindahan cairan
antar kompartmen
Pertama cairan akan dibawa melalui pembuluh darah, dimana
mereka bagian dari IVF. Kemudian secara cepat cairan dari IVF
akan saling bertukar dengan ISF melalui membran kapiler yang
semipermeabel dan akhirnya ISF akan bertukar dengan ICF
melalui membran sel yang permeable selektif.
Difusi antara cairan interstisial dan cairan intraselular dapat
terjadi melalui beberapa mekanisme :
secara langsung melewati lapisan lemak bilayer pada
membran sel
melewati protein chanel dalam membrane
melalui ikatan dengan protein carier yang reversible yang
dapat melewati membran (difusi yang difasilitasi).
Pertukaran cairan antara ruangan interstisial dan intraselular
dibangun oleh daya osmotik yang diciptakan oleh perbedaan
konsentrasi zat terlarut nondifusif. Perpindahan air dari
kompartemen yang hipoosmolar menuju kompartemen yang
hiperosmolar. Pertukaran cairan melewati kapiler berbeda
dengan melewati membran sel. Hal ini terjadi mengikuti
hukum starling pada kapiler, yang menyatakan bahwa
kecepatan dan arah pertukaran cairan diantara kapiler dan
ISF, ditentukan oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik
koloid. Normalnya10% dari cairan yang difiltrasi akan
direabsorbsi kembali kedalam kapiler. Cairan yang tidak
direabsorbsi (kira-kira 2ml/mnt) akan memasuki cairan
interstisial dan dikembalikan melalui aliran limfatik menuju
kompartemen intravaskular kembali.
Respon Hemodinamik terhadap
Kekurangan Cairan
Respon tubuh terhadap dehidrasi dan perdarahan
adalah respon tubuh terhadap hipovolemia. Jika
kondisi ini tidak ditangani dengan baik maka akan
timbul syok. Dehidrasi dan perdarahan akan
menyebabkan berkurangnya curah jantung atau
cardic out put (CO). Penurunan curah jantung akan
menyebabkan penurunan tekanan darah sekaligus
mean arterial pressure (MAP)
Karena terjadi kehilangan darah, maka timbul usaha
tubuh untuk mengkompensasinya, sama seperti
dehidrasi. Tubuh berusaha meningkatkan denyut
jantungnya sebagai usaha untuk meningkatkan cardiac
output. Pelepasan katekolamin endogen akan
meningkatkan tahan pembuluh darah sehingga akan
meningkatkan tekanan darah diastolik dan akan
mengurangi tekanan nadi
RESUSITASI CAIRAN
Resusitasi cairan adalah pemberian cairan
adekwat dalam waktu relative cepat pada
penderita gawat akibat kekurangan cairan.



Terapi
Cairan
Terapi cairan
resusitasi
Terapi cairan
rumatan
Jenis Cairan Pengganti :
Cairan Kristaloid
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler
(CES = CEF). Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah
cukup (3-4 kali cairan koloid) ternyata sama efektifnya seperti
pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit volume
intravaskuler.
- Cairan Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa
disebut plasma substitute atau plasma expander. Di
dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai
berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang
menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama
(waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler
Berdasar pembuatannya terdapat 2 jenis larutan
koloid :
a. Koloid alami
b. Koloid sintetis
Terapi cairan perioperative
A. Terapi cairan preoperatif
Cairan preoperatif diberikan dalam bentuk cairan
pemeliharaan, dewasa 2 ml/kgBB/jam. Atau 60 ml
ditambah 1 ml/kgBB untuk berat badan lebih dari
20 kg. Pada anak-anak 4 ml/kg pada 10 kg BB I,
ditambah 2 ml/kg untuk 10 kgBB II, dan ditambah 1
ml/kg untuk berat badan sisanya
B. Terapi Cairan intraoperative
Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung
berdasarkan kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan
cairan akibat pembedahan
Berdasarkan beratnya trauma pembedahan dikenal pemberian
cairan pada trauma ringan, sedang dan berat.
1. Pada pembedahan dengan trauma ringan diberikan cairan 2
ml/kg BB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4 ml/kg BB/jam
sebagai pengganti akibat trauma pembedahan.
2. Cairan pengganti akibat trauma pembedahan sedang 6
ml/kg BB/jam
3. Pada trauma pembedahan berat 8 ml/kg BB/jam.
Cairan pengganti akibat trauma pembedahan pada anak, untuk
trauma pembedahan ringan 2 ml/kg BB/jam, sedang 4
ml/kgBB/jam dan berat 6 ml/kgBB/jam.

Secara sederhana perencanaan terapi cairan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Maintenance (M) : 2 X berat badan (BB)
Pengganti puasa (PP) : jam puasa X M
Stress operasi (SO):
Ringan : 4 X BB
Sedang : 6 X BB
Berat : 8 X BB
I jam pertama : PP + M + SO
II/III : PP +M +SO
Estimated Blood Volume : 65 X BB ( Laki-laki )70 X BB (
Perempuan )
Allowed Blood Loss (ABL) : 20 % X EBV

C. Terapi cairan post operasi
Terapi cairan pasca bedah ditujukan pada :
1. Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan
kalori/nutrisi. Penderita dengan keadaan umum baik
dan trauma pembedahan minimum, pemberian
karbohidrat 100-150 mg/hari cukup memadai untuk
memenuhi kebutuhan kalori dan dapat menekan
pemecahan protein sampai 50% kadar albumin harus
dipertahankan melebihi 3,5 gr%. Penggantian cairan
pasca bedah cukup dengan cairan hipotonis dan bila
perlu larutan garam isotonis. Terapi cairan ini
berlangsung sampai penderita dapat minum dan
makan.

2. Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:
Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar
15% setiap kenaikan 1C suhu tubuh
Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde
lambung atau muntah.
Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan
melalui trakeostomi dan humidifikasi.
3. Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan
dan selama pembedahan yang belum selesai. Bila
kadar hemoglobin kurang dari 10 gr%, sebaiknya
diberikan transfusi darah untuk memperbaiki daya
angkut oksigen.

4. Koreksi terhadap gangguan keseimbangan
yang disebabkan terapi cairan tersebut.
Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara
seksama meliputi tekanan darah, frekuensi
nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter
pupil, jalan nafas, frekuensi nafas, suhu tubuh
dan warna kulit.

KESIMPULAN
Air merupakan komponen utama dari seluruh cairan
yang berada dalam tubuh. Total air dalam tubuh
merepresentasikan kurang-lebih 60% dari berat
badan pada usia dewasa secara umum. Air dalam
tubuh dapat dibagi menjadi dua komponen dasar,
yaitu intraselular dan ekstraselular. Cairan ekstrasel
dibagi lagi menjadi cairan intravascular dan cairan
interstisial. Resusitasi cairan adalah pemberian cairan
adekwat dalam waktu relative cepat pada penderita
gawat akibat kekurangan cairan. Resusitasi cairan
terdiri dari terapi cairan resusitasi dan terapi
rumatan.
Selain itu cairan dapat dikelompokkan menjadi yaitu
cairan pemeliharaan, cairan pengganti dan cairan
khusus. Cairan intravena terdiri dari beberapa macam
antara lain cairan kristaloid yang dan cairan koloid
Terapi cairan perioperatif meliputi cairan pada masa
prabedah, selama pembedahan dan pascabedah.
Dalam pemberian cairan pada pasien perioperatif, kita
harus memperhitungkan kebutuhan cairan basal,
penyakit yang menyertai, medikasi, teknik dan obat
anestetik serta kehilangan cairan akibat pembedahan.
TUGAS
1. Penggunaan cairan koloid intraoperatif
Terapi cairan intravena terdiri dari cairan kristaloid, koloid,
atau suatu kombinasi kedua-duanya. Solusi cairan kristaloid
adalah larutan mengandung ion dengan berat molekul
rendah (garam) dengan atau tanpa glukosa, sedangkan
cairan koloid berisi ion dengan berat molekul tinggi seperti
protein atau glukosa.
Cairan koloid menjaga tekanan oncotic plasma dan
sebagian besar ada di intravascular, sedangkan cairan
kristaloid dengan cepat didistribusikan keseluruh
ruang cairan extracellular.

2. Derajat Dehidrasi menurut WHO

Aspek yang
dinilai
Skor
1 2 3
Keadaan umum Baik Lesu Gelisah/
mengantuk
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernafasan < 30 x/menit 30-40 x/menit >40 x/menit
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi < 120 x/menit 120-140 x/menit >140 x/menit
Penilaian :
Skor 6 : tanpa dehidrasi
Skor 7-12 : dehidrasi ringan-sedang
Skor 13 : dehidrasi berat

Anda mungkin juga menyukai