Air dalam tubuh (endogen) didapat dari hasil oksidasi makanan dalam
tubuh. Pada setiap 2 gram lemak dihasilkan 1 ml air, dari protein 0,8 ml air, dan
dari karbohidrat sekitar 0,6 ml air. Mekanisme keseimbangan cairan dan
elektrolit di dalam tubuh diatur terutama oleh ginjal, kelenjar supra renal, kelenjar
hipofisis, dan paru
Cairan tubuh dapat dibagi kedalam dua kompartemen, cairan
intraseluler (CIS) dan cairan ekstraseluler (CES). Cairan intraseluler
merupakan kompartemen utama, yaitu 55% dari cairan tubuh,
sedangkan CES 45% dari cairan tubuh. Cairan ekstraseluler terdiri dari 3
kompartemen, yaitu cairan intravaskuler yang merupakan 15% dari CES,
cairan interstitial yang merupakan 45% dari CES, dan cairan transeluler
yang merupakan 40% dari cairan ekstraseluler.Cairan intravaskuler
terdiri atas plasma, komponen darah, hormon, dan nutrisi.
Penatalaksanaan pemberian cairan dan elektrolit harus
berdasarkan penyebab, setelah ditentukan, maka disusun suatu rencana
pemberian meliputi jenis cairan/elektrolit, jumlah, dan kecepatan
pemberian. Penatalaksanaan harus dilakukan secara sistematik meliputi
evaluasi status hemodinamik, pemasangan infus yang baik, bila perlu
memasang tekanan vena sentral (CVP), periksa kadar elektrolit, analisis
gas darah. Pada kondisi gawat, kateter urin harus terpasang untuk
mengetahui kehilangan cairan sehingga dapat direncanakan pemberian
cairan/elektrolit yang tepat.
TERAPI CAIRAN
Terapi cairan adalah salah satu terapi yang sangat menentukan keberhasilan penanganan
pasien kritis. Dalam langkah-langkah resusitasi, langkah D (“drug and fluid treatment”) dalam bantuan
hidup lanjut, merupakan langkah penting yang dilakukan secara simultan dengan langkah-langkah
lainnya. Tindakan ini seringkali merupakan langkah “life saving” pada pasien yang menderita kehilangan
cairan yang banyak seperti dehidrasi karena muntah mencret dan syok.
1. Terapi Cairan Prabedah
Prinsip pemberian cairan prabedah adalah untuk mengganti cairan dan kalori yang dialami
pasien prabedah0 akibat puasa. Cairan yang digunakan 04
adalah15: a. Untuk mengganti puasa
diberikan cairan pemeliharaan b. Untuk koreksi defisist puasa atau dehidrasi diberikan cairan
kristaloid c. Perdarahan akut diberikan cairan kristaloid dan koloid atau transfusi
2. Terapi Cairan selama Operasi
Tujuan dari pemberian cairan selama operasi adalah sebagai koreksi kehilangan cairan melalui
luka operasi, mengganti peredarahan dan mengganti cairan yang hilang melalui organ eksresi
Hal yang terpenting juga berdasarkan dari kondisi klinis pasien dan prosedur operasi yang akan pasien
jalani. Jumlah kehilangan darah dapat dihitung dengan beberapa cara diantaranya:
1. Menghitung Estimated Blood Volume = 65ml/kg dikalikan dengan berat badan pasien.
2. Menghitung volume sel darah merah pada hematokrit preoperatif (RBCV preop)
3. Menghitung volume sel darah merah pada hematokrit 30% (RBCV 30%)
4. Hitung jumlah kehilangan volume sel darah merah (RBCV lost); RBCV lost = RBCV preop – RBCV
30% .
5. Hitung Allowable Blood Loss = EBV x (Hct preop – Hct 30%).3,5,6 Hct preop
Prinsip terapi cairan intravena
Kebutuhan air, natrium dan kalium
Dewasa Anak
Air 30-35 ml/kgBB/hari atau 10 kg pertama : 4ml/kg/jam
2500-300 ml/hari 10-20 kg berikut : tambahkan 2ml/kg/jam
>20 kg : tambahkan 1 ml/kg/jam
Contoh : kebutuhan anak dengan
BB 25 kg = 40 + 20 +5 = 65 ml jam
Gangguan Keseimbangan Air dan Elektrolit Gangguan keseimbangan air dan elektrolit dapat terjadi
karena:
1. Gastroenteritis, demam tinggi ( DHF, difteri, tifoid )
2. Kasus pembedahan ( appendektomi, splenektomi, section cesarea, histerektomi )
3. Penyakit lain yang menyebabkan pemasukan dan pengeluaran tidak seimbang ( kehilangan cairan
melalui muntah )
Ditinjau dari segi banyaknya defisit cairan dan elektrolit yang hilang, maka
dehidrasi dapat dibagi atas :
1. Dehidrasi ringan (defisit 4%BB)
2. Dehidrasi sedang (defisit 8%BB)
3. Dehidrasi berat (defisit 12%BB) Tabel
4. Rumatan Cairan menurut rumus Hollyday-Segar3
•Berat Badan
< 10 kg
11 – 20 kg
> 20 kg
•Jumlah Cairan
100 ml/kg/hari
1000 ml + 50 ml/kg/hari untuk setiap kg
di atas 10 kg
1500 ml + 20 ml/kg/hari untuk setiap kg
di atas 20 kg
Manajemen cairan dan elektrolit pada luka bakar
Prinsip utama terapi suportif pada keadaan gawat darurat penyakit kulit sama dengan
pengelolaan pada pasien luka bakar, yaitu pemberian cairan dan elektrolit, dan nutrisi tambahan.
Pemberian cairan dan elektrolit pada luka bakar berdasarkan pada ‘rule of nine’, yaitu
penghitungan luas area tubuh yang terkena luka bakar.
Pemberian cairan dan elektrolit pada luka bakar berdasarkan pada ‘rule of nine’, yaitu
penghitungan luas area tubuh yang terkena luka bakar. da penanganan luka bakar, setelah dihitung
luas area yang terkena maka ditentukan pemberian cairan dan elektrolit dalam 24 jam pertama dan
selanjutnya. Dalam 24 jam pertama diberikan 2000 ml kristaloid seperti Ringer’s laktat ditambah
dengan pengganti cairan yang hilang, yaitu 2-4 ml X kgBB X persentase luas area yang terkena
berupa cairan koloid dengan perbandingan 1 berbanding 3. Setengahnya diberikan dalam 8 jam
pertama dan sisanya dalam 16 jam. Pada 24 jam kedua diberikan 2000 ml cairan ditambah dengan
setengah pengganti cairan dalam 24 jam pertama. Cairan koloid yang diberikan biasanya adalah
fresh frozen plasma.
Manajemen terapi cairan dan elektrolit pada pasien cidera kepala
Manajemen cairan pasien dengan cedera kepala merupakan
tantangan di seluruh dunia. Cairan isotonik merupakan cairan yang paling
sering diberikan untuk resusitasi dan rumatan karena dianggap tidak
menyebabkan gangguan signifikan dalam tubuh. Namun demikian, ternyata
setelah 10 hari menerima cairan ini, gangguan elektrolit terutama natrium
masih bisa terjadi, bahkan menyebabkan penurunan kesadaran. Manajemen
cairan dengan memperhatikan keseimbangan elektrolit merupakan strategi
yang paling penting untuk mencegah hal semacam ini. Pasien dengan COT
berat sangat berisiko mengalami kelainan hipomagnesaemia, hipokalemia,
dan hipokalsemia dengan penyebab multifactor alkalosis yang timbul karena
efek hiperventilasi spontan atau dari ventilator. Pemilihan jenis dan jumlah
cairan untuk keperluan rumatan dan operasi pada pasien dengan cedera
kepala harus mempertimbangkan banyak faktor. Mulai dari jenis cairannya,
perhitungan jumlah yang bisa diberikan, osmolaritas dan osmolalitasnya,
sampai ketersediaan cairan tersebut di tempat kita bertugas.
Tatalaksana Terapi cairan pada Kegawat Daruratan
Reporter:XXX