PEMBIMBING :
DR. ALBERT DANIEL SOLANG, SP.A
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK
PERIODE 26 februari 2018 – 5 meI 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2018
PENDAHULUAN
• Cairan tubuh merupak larutan yang terdiri dari air dan zat pelarut,
sedangkan elektrolit merupakan zat kimia yang akan menghasilkan ion.
• Cairan dan elektrolit menciptakan lingkungan intraseluler dan
ekstraseluler untuk semua sel dan jaringan tubuh.
• Bila terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi pada
semua golongan penyakit.
• Terapi cairan bertujuan untuk menjaga dan memulihkan volum cairan tubuh
agar tetap seimbang.
SUMBER UTAMA CAIRAN
• Cairan Ekstrasel
• Cairan intersisial
• Plasma darah
• Carian intrasel
• Cairan Transeluler
KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH
KOMPOSISI SUBSTANSI CIS DAN CES
KEHILANGAN CAIRAN TUBUH HARIAN
Resusitasi Rumatan
Kristaloid Elektrolit
Koloid Nutrisi
CAIRAN RESUSITASI
KRISTALOID
• Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal saline dan ringer laktat.
• Cairan kristaloid memiliki komposisi yang mirip cairan ekstraselular.
• Karena perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid, dimana kristaloid akan lebih banyak
menyebar ke ruang interstitial dibandingkan dengan koloid
Cairan NS RL
• Resusitasi • Resusitasi
• Kehilangan Cl >>, misalnya
muntah-muntah, sindrom • Suplai ion bikarbonat
yang berkaitan dengan
kehilangan natrium
• Asidosis metabolik
• Sindrom yang berkaitan
dengan kehilangan natrium:
asidosis diabetikum,
insufisiensi adrenokortikal,
luka bakar.
KOLOID
• Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa
disebut “plasma expander”.
• Cenderung bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler.
• Koloid dapat mengembalikan volume plasma secara lebih efektif dan
efisien daripada kristaloid,
Dekstran 40 Dekstran 70
• Digunakan sebagai larutan awal • Direkomedasikan untuk usia ≥ 3 • Direkomedasikan untuk usia ≥ 3
bila status elektrolit pasien tahun atau berat badan ≥ 15kg. tahun atau berat badan ≥ 15kg.
belum diketahui misal pada kasus • Kasus-kasus non-bedah yang • Kasus-kasus non-bedah yang
emergensi. membutuhkan kalium yaitu: diare, membutuhkan kalium yaitu: diare,
• Kasus-kasus seperti dehidrasi muntah, DKA, asma, dan muntah, DKA, asma, dan
dengan kandungan elektrolit dan hipertensi. hipertensi.
kadar yang belum diketahui, • Dan diberikan pasca bedah (>24- • Dan diberikan pasca bedah (>24-
demam, penyakit infeksi, asma 48 jam). 48 jam).
dan < 24 jam pasca bedah. • Mensuplai kalium sebesar 20
• Mensuplai kalium sebesar 10
• dosis lazim 500-1000ml untuk mEq/L mEq/L
sekali pemberian secara
intravena.
• Kecepatan 50-100ml/jam (anak-
anak).
• Cairan ini direkomendasikan
untuk usia ≥ 3 tahun atau pasien
dengan berat badan ≥ 15 kg.
KA-EN 4A PAED KA-EN 4B
AMIPAREN PAN-AMIN G
• Mengandung asam amino 10% dan BCAA • Mengandung asam amino sebesar 2,72%
30%. untuk mencukupi kebutuhan basal.
• Memperbaiki keseimbangan nitrogen. • Mengandung sorbital sebesar sebesar 5%.
• Kecepatan pemberian asam amino yaitu • Di indikasikan pada kasus
10g gr/jam. • hipoproteinemia dan stress metabolic
• Indikasi pemakaian yaitu pada kasus ringan,
• stress metabolic berat, • tifoid,
• luka berat, • nutrisi dini pasca operasi.
• infeksi berat,
• kwashiorkor,
• pasca operasi, dan
• total parental nutrition.
KESIMPULAN
• Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, ed. 2. Penerbit EGC, Jakarta. 2011:116 – 28.
• Wilson LM. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit serta Penilaiannya. dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses Penyakit, Edisi
ke – 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2006:283 – 301.
• Yaswir R, Ferawati I. Fisiologi dan gangguan keseimbangan natrium, kalium dan klorida serta pemeriksaan laboratorium. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2012 Sep 1;1(2).
• Guyton, A. Kompartemen Cairan Tubuh: Cairan Ekstraseluler dan Intraseluler. Dalam: Buku ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11.
Jakarta: EGC; 1997. hal 307-10.
• Latief, AS, dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi : Terapi Cairan Pada Pembedahan. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif,
FKUI. 2002.
• Siregar P. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke – 5. Jakarta: Interna
publishing. 2009:175 – 89.
• Adelman RD, Solhung J. Patofisiologi Cairan Tubuh dan Terapi Cairan. Dalam: Behrman, Kliegman, Arvin. Wahab AS (ed). Ilmu
Kesehatan Anak Nelson (1) Ed. 2000;15:250 – 8.
• O'brien F, Walker IA. Fluid homeostasis in the neonate. Pediatric Anesthesia. 2014 Jan 1;24(1):49-59.
• Kamel KS, Halperin ML. Fluid, Electrolyte and Acid-Base Physiology E-Book: A Problem-Based Approach. Elsevier Health Sciences;
2016 Oct 7.
• Ashoor IF, de Jesús-González N, Somers MJ. Fluid and Electrolyte Physiology in the Fetus and Neonate. InKidney and Urinary Tract
Diseases in the Newborn. 2014 (pp. 77-98).
• Rachel S. Meyers, PharmD, “Pediatric Fluid and Electrolyte Therapy” Ernest Mario School of Pharmacy, Rutgers, The State University
of New Jersey, Saint Barnabas Medical Center, Piscataway, New Jersey, J Pediatr Pharmacol Ther 2009;Vol14: No.204–211