Anda di halaman 1dari 32

R E F E R AT

Te r a p i d a n P e r h i t u n g a n C a i r a n
.

April Lusi Triningsih – I4061191014


Pembimbing: dr. Muhammad Zulkarnain B, Sp. An

KEPANITERAAN KLINIK STASE EMERGENCY


RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
0
1
Latar Belakang
Pendahuluan

 Cairan merupakan salah satu komponen penting dalam tubuh


manusia → hampir 60%
 Memiliki komponen utama yang berbeda dalam menunjang
tubuh manusia → menjaga dan mempertahankan fungsinya.
 Gangguan keseimbangan akan segera diikuti oleh proses
kompensasi untuk mempertahankan kondisi normal.
 Terapi cairan dengan tujuan perbaikan dan perawatan stabilitas
hemodinamik memerlukan berbagai pertimbangan, karena
pemilihannya tergantung pada jenis dan komposisi dari cairan
yang hilang dari tubuh.
0
2
Tinjauan P u s t a k a
Cairan Tubuh

Total Body Water (TBW) dibagi 2 kompartemen utama yang dipisahkan


oleh membran sel, yaitu
• Cairan Intraseluler (CIS) → 40%
Komponen: protein (utama), kalium dan fosfat dalam jumlah besar;
magnesium dan sulfat dalam jumlah sedang; klorida dan natrium
dalam jumlah kecil serta hampir tidak ada ion kalsium.
• Cairan Ekstraseluler (CES) → 20%
Komponen: ion natrium, klorida dan bikarbonat dalam jumlah banyak
• Dibagi 2: intravaskular 5% (plasma) dan interstitial 15%.
lanjutan
Prinsip Penting
 Volume cairan tubuh harus dijaga agar tetap relatif konstan dan
komposisi elektrolit di dalamnya tetap stabil.
 Abnormalitas → akan menimbulkan masalah klinis
 Jumlah asupan air dan elektrolit melalui makan dan minum akan
di keluarkan dalam jumlah yang relatif sama.
 Gangguan homeostasis (jumlah yang masuk dan keluar tidak
seimbang) → segera diterapi untuk mengembalikan
keseimbangan tersebut.
Kebutuhan Cairan
(Faktor yang mempengaruhi)

 Faktor yang meningkatkan  Faktor yang menurunkan


kebutuhan cairan: kebutuhan cairan:
 Demam  Hipotermi
 Hiperventilasi  Kelembaban lingkugan yang
 Suhu lingkungan yang sangat tinggi
tinggi  Oliguria atau anuria
 Aktivitas berlebihan  Hampir tidak ada aktivitas
 Kehilangan cairan yang  Resistensi cairan
abnormal
Terapi Cairan
 Tujuan:
− Mengganti cairan yang hilang
− Mencukupi kebutuhan per hari
− Mengatasi syok
− Mengoreksi dehidrasi
 Tatalaksana terapi cairan meliputi 2 bagian dasar:
 Resusitasi cairan → untuk menggantikan kehilangan akut cairan
tubuh.
− Kristaloid
− Koloid
 Terapi rumatan → untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh
dan nutrisi.
− Elektrolit
− Nutrisi
Pemilihan Cairan

 Cairan Kristaloid
o Cairan untuk resusitasi awal pada pasien: syok hemoragik,
syok septic seperti luka bakar, pasien dengan trauma kepala
dll.
o Normal saline dan ringer laktat → paling banyak digunakan
o Memiliki komposisi yang mirip cairan ekstraselular dan
menyebar/mengisi ruang interstisial dan intravaskular.
o Diberikan 2-3x lebih banyak dari jumlah cairan yang hilang.
(1/4 cairan kristaloid yang bertahan di intravaskular)
o Pada perdarahan masif → cairan koloid/produk darah.
Komposisi Cairan Kristaloid
lanjutan
 Jenis Cairan Kristaloid
1. Isotonis (konsentrasi partikel dalam larutan = plasma tubuh)
• Bertahan dalam intravaskuler dan berpindah ke interstisial
secara seimbang
• Contoh: RL, NS (NaCl 0.9%), dan D5 ¼ NS
2. Hipertonis (konsentrasi partikel dalam larutan > plasma tubuh)
• Cairan dari intrasel/interstisial tertarik ke dalam kompartemen
intravaskuler.
• Contoh: D5 NS, NaCl 3% dan D5 RL
3. Hipotonis (konsentrasi partikel dalam larutan < plasma tubuh)
• Cairan akan berpindah dari intravaskuler ke interstisial dan
intrasel
• Contoh: D5, RA
lanjutan

 Cairan Koloid
o Sebagai pengganti plasma atau “plasma expander”
o Mempunyai berat molekul besar dengan aktivitas osmotik
→ cenderung bertahan agak lama dalam ruang
intravaskuler.
o Mengembalikan volume plasma secara lebih efektif dan
efisien → mengekspansikan volume vaskuler dengan lebih
sedikit cairan dari pada kristaloid.
lanjutan
 Jenis Cairan Koloid
1. Albumin
− Larutan koloid murni yang berasal dari plasma manusia.
Waktu paruh albumin intravaskular sekitar 16 jam,
dengan sekitar 90% tetap bertahan dalam intravascular 2
jam setelah pemberian.
2. Dextran (dextran 40 dan 70)
− Penggunaan dextran dicampur dengan NaCl,
dekstrosa/RL. Waktu paruh intravaskular sekitar 6 jam.
Dosis: 1,5 gr/kgBB. Dosis max 20 ml/kgBB/hari.
− Dextran 40 kontraindikasi syok hipovolemik
lanjutan
 Jenis Cairan Koloid
3. Gelatin
− Digunakan sebagai pengganti volume primer pada
hipovolemia dan stabilisasi sirkulasi perioperatif.
− Lebih sering menimbulkan reaksi alergik daripada koloid
yang lain (kemerahan kulit) dan pireksia
4. Hydroxylethyl Starch (HES)
− Sebagai terapi dan profilaksis hipovolemia dan syok
(hemoragik, traumatik dan septik)
− Dosis: 20 ml/kgBB/hari.
Perbandingan Kristaloid dan Koloid
Sifat-Sifat Kristaloid Koloid

Berat molekul Lebih kecil Lebih besar

Distribusi Lebih cepat Lebih lama berada


dalam sirkulasi
Faal Hemostasis Tidak ada pengaruh Mempengaruhi faal
hemostasis
Penggunaan Dehidrasi dan Pada perdarahan masif
perdarahan
Koreksi Perdarahan 2-3x dari jumlah Sesui jumlah perdarahan
perdarahan
Jenis Cairan dan Indikasi

1. Cairan pemeliharaan (maintenance): untuk mengganti


kehilangan cairan tubuh lewat urin, feses, keringat dan
pernapasan
 Pasien tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
cairannya via enteral → hipotonis-isotonis: NaCl 0,9%,
glukosa 5%, atau ringer laktat/asetat.
 Dewasa: 1,5-2 ml/kgBB/jam
 Anak: 2-4 ml/kgBB/jam
 Bayi: 4-6 ml/kgBB/jam
 Neonatus 3 ml/kgBB/jam
lanjutan

2. Cairan pengganti (replacement)


• Untuk mengganti kehilangan air tubuh yang disebabkan
oleh proses patologi yang lain (asites, efusi pleura,
drainase lambung, dehidrasi, dan perdarahan) →
isotonis:
 Kristaloid: NaCl 0.9%, RL
 Koloid: Dextrans 40 dan 70, albumin, gelatin,HES.
lanjutan
3. Cairan untuk tujuan khusus
Untuk koreksi khusus terhadap gangguan elektrolit,
keseimbangan asam basa → hipertonis: natrium
bikarbonat 7,5%, NaCl 3%, kalsium glukonas.

4. Cairan nutrisi: pada pasien dengan intake peroral kurang →


parenteral:
• Pasien tidak mampu/tidak mau makan
• Pada gangguan absorpsi (atresia intestinal, obstruksi
usus halus)
• Gangguan motalitas seperti ileus.
Jalur Pemberian Terapi Cairan

• Pemberian terapi cairan dilakukan melalui jalur vena, baik


vena perifer maupun vena sentral.
• Kanulasi Vena Perifer.
Daerah ekstremitas atas berikutnya dilanjutkan
pada vena bagian ekstremitas bawah.

• Kanulasi Vena Sentral.


Penggunaan jangka panjang (nutrisi parenteral
total). Kanulasi melalui vena subklavikula atau
vena jugularis interna.
Perhitungan Cairan
 Kebutuhan cairan

Rumus 4 - 2 - 1
• 4ml/kgBB/jam untuk BB 10kg
pertama
• 2ml/kgBB/jam tambahkan untuk
BB 10kg kedua
• 1ml/kgBB/jam tambahkan untuk
sisa BB

 Kebutuhan cairan dewasa /hari  Mengganti cairan tubuh yang hilang


 Kebutuhan air: 30-50 ml/kgBB/hari  Anak: 2-4 ml/kgBB/jam
 Kenaikan 1˚C ditambah 10-15%  Dewasa: 1,5-2 ml/kgBB/jam
lanjutan
 Resusitasi pada dehidrasi: tergantung derajat dehidrasi
 Formula: derajat dehidrasi x kgBB

 Pada anak dengan dehidrasi berat:


 Intravena segera: RL atau NaCl 0,9%, 100 ml/kgBB dibagi sbb:
lanjutan
 Rehidrasi pada dewasa
 ½ dalam 8 jam pertama
 ½ dalam 16 jam kedua

Infus set makrodrips: 1cc=20 tetes


Infus set mikrodrips: 1cc=60 tetes
Terapi Cairan Perioperatif

• Mencakup penggantian kehilangan cairan yang ada


sebelumnya, dan kehilangan cairan/darah pada tindakan
bedah.
1. Pre-operatif. Mengganti cairan dan prabedah akibat
puasa
 Hitung kebutuhan cairan basal: 2 ml/kgBB/jam
 Kebutuhan cairan puasa: kebutuhan basal x lama
puasa
lanjutan
2. Operatif. Sebagai koreksi kehilangan cairan dari tindakan.
• Perdarahan <20% dari volume darah total pada dewasa cukup
diganti dengan cairan RL atau RA
• Anak dan bayi perdarahan >10% volume darah → transfusi

Jumlah transfusi ditentukan dari hematokrit dan estimated blood


volume. Dihitung dengan beberapa tahap:
a. Menghitung perkiraan volume darah (Estimated Blood Volume)
 Bayi dan anak: 80 ml/kgBB
 Dewasa pria: 75 ml/kgBB
 Dewasa wanita: 65 ml/kgBB
lanjutan

b. Menghitung volume sel darah merah pada hematokrit


preoperatif (RBCV preop)
c. Menghitung volume sel darah merah pada hematokrit 30%
(RBCV 30%)
d. Hitung jumlah RBCV lost.
RBCV lost = RBCV preop – RBCV 30%
e. Perkiraan jumlah darah yang hilang: RBCV lost x 3
lanjutan

3. Pasca Bedah
Tergantung dengan masalah yang dijumpai, bisa
menggunakan cairan pemeliharaan, cairan pengganti atau
cairan nutrisi.
lanjutan
Mengganti cairan yang hilang selama tindakan
dikaitkan dengan luas/besar trauma.

Derajat Trauma Jaringan Penambahan Cairan


Minimal 0 – 2 ml/kg
Sedang 2 – 4 ml/kg
Berat 4 – 8 ml/kg

Contoh: BB 60kg.
Berapa kebutuhan cairan yang harus dipenuhi untuk?
0
3
Kesimp u l a n
Kesimpulan

 Tubuh manusia sebagian besar tersusun dari air. Secara garis besar
terbagi ke dalam dua kompartemen, yaitu intraselular (40%) dan
ekstraselular (20%).
 Terapi cairan dibagi menjadi dua bagian dasar yakni resusitasi
ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh yang
terdiri dari kristaloid dan koloid; serta terapi rumatan ditujukan
untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi yang
terdiri dari elektrolit dan nutrisi.
Daftar Pustaka
 Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku
Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2017. 6 (5): h.272 – 301.
 Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with Fluid
and Electrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology 5th ed. New York: Mc-Graw Hill. 2013; 4 (49): h. 1107 – 40.
• Hall, J. (2014). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12th ed.
Singapore: Elsevier Health Sciences.
• Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and
Electrolytes. Dalam Handbook of Pharmacology and Physiology in Anesthetic
Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2015.
 Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi
kedua. Jakarta: Bagian anestesiologi dan terapu intensif FKUI. 2009.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai