Pembimbing:
dr.Heru Setiyanto, Sp. An
Disusun oleh:
Giza Ainur Rahma 20190420090
Gladya Putri R. 20190420091
Thalia Tamara 20190420185
Tsalis Yuna 20190420186
Pendahuluan
Komponen terbesar dari tubuh manusia 60% cairan, sedangkan 40% sisanya terdiri atas protein,
lemak, dan mineral.
Cairan tubuh terdistribusi dalam 2 kompartemen, yaitu intraseluler dan ekstraseluler. Komponen
cairan intraseluler terdiri dari ion natrium, klorida, bikarbonat, oksigen, glukosa, asam lemak, dan
asam amino. Cairan ekstraseluler terdiri atas cairan interstisial dan plasma atau cairan
intravaskuler
Tubuh normal dapat mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Gangguan regulasi
keadaan patologis yang mengancam nyawa. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dapat mengganggu fungsi kardiovaskular, neurologis, dan neuromuskular.
HCO3-
Cl- PO43-
• Bikarbonat • Fosfat intrasel
• Anion utama ekstrasel
tubuh
Pergerakan Cairan
• Konsentrasi tinggi menuju konsentasi rendah pergerakan cairan (osmosis)
• Tekanan/ daya yg mempengaruhi keluar masuknya cairan antara kapiler dan cairan
interstisial DAYA STARLING
1. Tekanan hidrostatik kapiler: mendorong cairan keluar melalui membran kapiler
2. Tekanan hidrostatik interstisial: mendorong cairan masuk melalui membran kapiler
3. Tekanan osmotik kapiler: menimbulkan osmosis cairan masuk membran kapiler
4. Tekanan osmotik interstisial: menimbulkan osmosis cairan keluar membran kapiler
Transport Zat
DIFUSI: gerakan molekul
TRANSPOR AKTIF:
dalam cairan
memerlukan energi
karena melawan gradien
TERFASILITASI: membutuhkan
SEDERHANA: melalui celah konsentrasi
protein carier (air, (elektrolit,
urea, glukosa,
membran (O2, nitrogen, CO2, alkohol)
gula,asamasam amino)
amino)
Pengaturan Osmolalitas Plasma
Osmolalitas plasma diatur osmoreseptor di hipotalamus. Neuron yang terspesialisasi
mengontrol sekresi ADH dan mekanisme haus utk mempertahankan intake dan ekskresi air.
Dehidrasi isonatremik paling sering terjadi (80%), sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik lebih
jarang (5-10%).
Kelebihan volume
Kelebihan volume cairan ekstraseluler dapat terjadi akibat iatrogenic (pemberian larutan NaCl intravena yang
menyebabkan kelebihan air dan NaCl atau pemberian larutan glukosa intravena yang menyebabkan kelebihan
air) maupun sekunder akibat gagal ginjal, sirosis, ataupun gagal jantung kongestif. Kelebihan cairan
intraseluler dapat terjadi jika cairan berlebih tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang (hipotonis).
Perubahan Konsentrasi
1. Hipernatremia
Kondisi dimana kadar natrium darah >145meq/L. Sering terjadi akibat kehilangan cairan hipotonis
atau retensi sodium.
Manifestasi klinis yang sering muncul menunjukkan adanya dehidrasi sel. Gelisah, letargi,
hiperrefleksia, perdarahan otak, kejang, koma, bahkan kematian dapat terjadi.
Terapi yang diberikan dapat berupa loop diuretik bersamaan dengan pemberian 5% dekstrosa dalam
air (D5W) secara intravena sebanyak {(X-140) x BB x 0,6}: 140.
2. Hiponatremia
Kondisi dimana kadar natrium darah <135meq/L.
Gejala awal yang muncul tidak spesifik, seperti anoreksia, nausea,
kelemahan. Namun bila berat dapat terjadi edema otak progresif,
letargi, confusion, kejang, koma, dan kematian. Manifestasi yang
serius ini dapat terjadi bila konsentrasi Na <120meq/L.
4. Hiperkalemia
Kondisi dimana kadar kalium plasma >5,5 meq/L.
Manifestasi kardiak akan muncul bila K >7meq/L. Dari pemeriksaan EKG akan didapatkan
peningkatan simetris gelombang T dengan pemendekan QT interval QRS kompleks melebar
pemanjangan PR interval hilangnya gelombang P hilangnya gelombang R ST depresi atau
elevasi ventrikel fibrilasi asistol. Bila K >8meq/L akan terjadi kelemahan otot skelet dan
paralisis. Karena sangat berbahaya, kadar K >6meq/L harus dikoreksi.
Terapi yang diberikan dapat berupa 5-10mL Ca glukonas 10% atau 3-5mL Ca klorida 10%.
Pemberian 30-50g glukosa dan 10 unit insulin intravena dapat meningkatkan uptake seluler dari
potasium. Bila terjadi hiperkalemia berat atau refrakter dapat dilakukan hemodialisis atau peritoneal
dialisis.
Perubahan komposisi asam basa
1. Asidosis respiratorik (pH<7,35 dan PaCO2>45 mmHg)
Didefinisikan sebagai peningkatan primer PaCO2. Terjadi peningkatan H+ dan penurunan pH arteri.
Manajemen yang dilakukan adalah meningkatkan ventilasi alveolar. Pada asidosis berat (pH<7,2), narkosis
CO2, dan kelemahan otot pernapasan dapat dilakukan ventilasi mekanik. Selain itu dapat diberikan NaHCO3
intravena bila pH<7,10 dan HCO3- <15meq/L.
Designed by
10/03/2021 29
ISOTONIS
Cairan yang konsentrasi partikelnya sama dengan plasma, tidak berpindah ke dalam sel dan tetap pada
kompartmen ekstraseluler.
31
KOLOID
● Berat molekul tinggi
● Bertahan di intravaskuler
● Waktu paruh di intravaskuler 3-6 jam : kristaloid 20-30 menit
● Indikasi:
o Defisit cairan intravaskuler yang parah
o Resusitasi cairan dengan hypoalbuminemia parah atau luka bakar
KOLOID
KOLOID ALAMI KOLOID SINTESIS
Koloid ini dipanaskan pada suhu ● Gelatin
60C selama 10 jam untuk ● Dextran
meminimalisir resiko penularan
● Hetastarch
hepatitis dan virus lain.
● albumin 5% atau 25%
● fraksi protein plasma 5%.
34
TRANSFUSI
● Kehilangan darah >50%, biasanya diperlukan transfusi.
● Untuk mengganti darah yang hilang dapat digunakan rumus dasar
transfusi darah, yaitu:
V = (Hb target – Hb inisial) x 80% x BB
Designed by
10/03/2021 35
Uji Kompatibilitas
Tujuan : memprediksi dan mencegah reaksi antigen antibodi akibat transfusi sel darah
merah
1. Uji ABO-Rh
2. Antibody screen
3. Crossmatch
Transfusi emergensi
● Kondisi pasien memerlukan transfusi segera.
● Bila golongan darah pasien diketahui, crossmatch cepat dapat
dilakukan <5 menit untuk mengonfirmasi kompatibilitas ABO.
● Bila goldar dan status Rh pasien tidak diketahui dan transfusi harus
segera dimulai sebelum dilakukan uji kompatibilitas, dapat diberikan
PRC dengan golongan darah O Rh negative
Macam-macam Komponen Darah
Whole Blood
● Kandungan:
○ Sel darah merah, sel darah putih dan platelet (~45% dari volume darah utuh)
o mengganti volume darah yang hilang dalam jumlah besar selama tindakan
operasi
• Risiko infeksi
Packed Red Blood Cells
Indikasi:
Kehilangan darah yg akut
Transfusi darah prabedah
Anemia defisiensi besi
Perhatian:
resiko infeksius yang sama dengan WB
Fresh Frozen Plasma
Indikasi
o Neutropenia persisten dan infeksi berat
o Fungsi neutrophil abnormal dan infeksi
persisten
o Sepsis neonatus
Komplikasi
1. Reaksi hemolitik akut
• Terjadi akibat inkompatibilitas ABO
• Reaksinya sering berat (tergantung volume) dan biasanya
sudah dapat terjadi setelah pemberian 10-15mL darah.
• Gejala pada pasien sadar:
Menggigil , demam, nausea, nyeri dada dan flank area
• Gejala pada pasien yang dianestesi
Peningkatan temperatur, takikardia, hipotensi,
hemoglobinuria, perdarahan difus pada lapangan operasi, DIC,
syok, dan gagal ginjal dapat terjadi dengan cepat.
Manajemen reaksi hemolitik akut
1. Jika dicurigai reaksi hemolitik, transfusi harus segera dihentikan
dan diberitahukan pada bank darah.
2. Unit tersebut harus dicocokkan ulang terhadap slip darah dan
gelang identitas pasien.
3. Darah harus diambil untuk mengidentifikasi Hb dalam plasma,
untuk mengulang uji kompatibilitas, dan untuk dilakukan
pemeriksaan koagulasi dan platelet count.
4. Dilakukan pemasangan kateter urin untuk memeriksan hemoglobin
pada urin.
5. Osmotik diuresis harus dimulai dengan mannitol dan cairan
intravena.
2. Delayed hemolytic reaction
1. Biasanya ringan dan disebabkan oleh antibody terhadap
antigen non-D dari sistem Rh atau sistem lain.
2. Terjadi dalam 2-21 hari setelah transfusi
3. Gejala relatif ringan seperti malaise, jaundice, dan demam
3. Reaksi non hemolitik
1. Infeksi virus (hepatitis, AIDS, CMV, EBV, parvovirus, West Nile virus)
2. Infeksi parasite (malaria, toxoplasmosis, Chagas’ disease)
3. Infeksi bakteri (gram positif : Staphylococcus, gram negatif : Yersinia dan
Citrobacter)
Manajemen Cairan
Cairan rumatan
Resusitasi cairan
Cairan perioperatif
TERAPI CAIRAN
RESUSITASI RUMATAN
Weight Rate
● Dewasa (kebutuhan normal)→ 2 ml/kgBB/jam
● Anak-anak dapat menggunakan : For the first 10 kg 4 mL/kg/h
Perdarahan
Dehidrasi
Luka Bakar
(Combutio)
Resusitasi Cairan Pada Perdarahan
● Dua hal penting dalam penanganan → kontrol perdarahan dan gantikan volume cairan yang hilang
● Harus ditentukan EBL (Estimated Blood Loss), dengan rumus :
Contoh :
30 x 60 x 4 = 7.200 ml / 24 jam
3. 600 ml / 8 jam (450 ml / jam) dan 3.600 ml / 16 jam
● Tujuan → mengganti defisit pra bedah (preoperatif), selama bedah (intraoperatif) dan pasca bedah
(postoperatif).
Weight Rate
Contoh : Wanita 85kg memiliki Hct preop 35%. Berapa banyak kehilangan darah yang dapat menurunkan
Hct menjadi 30%?
● EBV = 65mL/kg x 85 kg = 5525mL
● RBCVpreop= 5525 x 35% = 1934mL
● RBCV30% = 5525 x 30% = 1658mL
● RBCVlost pada Hct30% = 1934 – 1658 = 276mL
● Allowable blood loss (ABL) = 3 x 276mL = 828mL
Pada umumnya transfusi direkomendasikan saat kehilangan darah mencapai
800 mL. Dan transfusi tidak direkomendasikan hingga Hct <24% atau Hb
<8g/dL dengan mempertimbangkan kecepatan kehilangan darah dan kondisi
komorbid
Untuk pemberian cairan dipakai rumus berikut, dikalikan lamanya operasi berjalan.
Pasca Bedah (Postoperatif)
Tujuan pemberian terapi cairan postoperatif :
● Memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi.
● Mengganti kehilangan cairan postoperatif.
● Melanjutkan penggantian defisit preoperatif dan intraoperatif.
● Mengoreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan.
Cara Pemberian
● Kanulasi Vena Perifer ● Kanulasi Vena Sentral