Anda di halaman 1dari 10

TERAPI CAIRAN

Kebutuhan cairan serta keseimbangan cairan dan elektrolit penting bagi kelangsungan
hidup pada orang sakit. Terapi cairan merupakan terapi wewenang dokter, sesuai indikasi dan
tujuan.
Perawat merupakan mitra dokter yang harus ikut berperan pada pemberian dan monitoringnya.

Masalah yang sering ditemukan pada pre operatif adalah


1. Hipovolemia
a. Aktual
1) Perdarahan.
2) Dehidrasi.
b. Potensial
Puasa.
2. Hipervolemia

Cara mengganti cairan penderita puasa


1. Jumlah cairan yang diberikan.
a. Dewasa 50 cc/kg BB/ 24 jam.
Contoh : Pasien BB 50 kg rencana operasi besok pk 07.00, puasa mulai pk 24.00
perhitungan jumlah cairan yang diberikan ?
= 50 x 50
= 2500 / 24 jam
= 100 cc / jam
oleh karena puasa 7 jam maka sesuai rencana cairannya
= 100 cc x 7 jam
= 700 cc dalam 7 jam (s.d pk 07.00) atau 1 jam 100 cc.
Cairan yang diberikan RD 5%, RL, Asering, D5% dll. Cairan, elektrolit dan kalori
dipakai sebagai pengganti defisit cairan.

b. Anak
Berat badan Kebutuhan cairan 24 jam Kebutuhan cairan 1 jam
0-10 kg 100 cc/kg BB 4 cc/kg BB
10-20 kg 1000 cc + 50 cc/kg tiap > 10 kg 40 cc + 2 cc/kg tiap > 10 kg
20-30 kg 1500 cc + 20 cc/kg tiap > 20 kg 40 cc + 2 cc/kg tiap > 20 kg
Contoh
Anak 10 th BB 12 kg rencana operasi besok pukul 07.00, puasa terakhir makan pk
24.00 dan terakhir minum air putih pk 01.00 maka jumlah cairan yang diberikan ?
12 kg = 1000 cc + (2x50)
1000 cc + 100
1100 cc/24 jam ( 1100 cc : 24 jam = 45,8 cc/jam)
atau 45-46 cc/jam diberikan selama 6 jam
= 270 cc dari pk 01.00 s.d pk 07.00
Jenis cairan yang diberikan adalah D 10%, NS, D5 Salin, D5 Salin dll
Disesuaikan dengan kebutuhan penderita (kalori, elektrolit, osmolaritas).
NB: Pemberian cairan pada anak maksimal 20 cc /kgbb/jam
2. Pada pemberian cairan perlu diperhatikan komposisi Na+, K+ disesuaikan dengan
kebutuhaan kalori sesuai umur penderita.

PERSIAPAN OPERASI
1. Dengan problem perdarahan (aktual)
a. Perhatikan / pasang infus (kalau perlu pasang infus 2 line).
b. Ketahui berapa banyak perdarahan yang keluar
c. Ketahui perfusi sirkulasi dengan melihat keadaan kulit (normal kulit hangat, kering,
merah HKM)
Cara menghitung berapa banyak perdarahan
1) Hitung Estimasi Blood Volume (EBV)
a) Orang dewasa laki-laki 70 cc/kgbb
b) Orang dewasa perempuan 65 cc/kgbb
c) Anak 80 cc/kgbb
d) Bayi prematur 95-100 cc/kgbb
e) Bayi full term 85-90 cc/kgbb

Contoh
Dewasa BB 50 kg
EBV 70 cc x 50 kg = 3500 cc
2) Lihat tanda-tanda pada pasien disesuaikan dengan prosentase EBV yang hilang:
TANDANYA
Tensi systole 120 mmhg 100 mmhg < 90 mmhg < 60-70 mmhg
Nadi 80 x/mnt 100 x/mnt > 120 x/mnt > 140 x/mnt
Perfusi Hangat Pucat Dingin Basah
Estimasi Minimal 600 ml 1200 ml 2100 ml
perdarahan
Estimasi infus Minimal 1-2 liter 2-4 liter 4-8 liter

Cairan pengganti perdarahan


1) Kristaloid (RL, Asering, NaCl 0,9%) diberikan 2-4 kali jumlah perdarahan.
2) Koloid (Dextran, Hemohaes, Haes) diberikan sesuai dengan jumlah perdarahan.
3) Darah (WB) diberikan sesuai dengan jumlah perdarahan.

2. Dengan problem dehidrasi.


Tindakan yang dilakukan
a. Tentukan tingkat dehidrasi.
Ringan, sedang, berat.
b. Temukan tanda klinis dan sesuaikan dengan prosentase defisit.
Tanda Ringan Sedang Berat
Defisit 3-5 % dari BB 6-8 % dari BB 10 % dari BB

Hemodinamik - Tachycardia - Tachycardia - Tachycardia.


- Hipotensi - Cyanosis.
ortostatik - Nadi sulit
- Nadi lemah diraba
- Vena kolaps - Akral dingin.
-
Jaringan - Mukosa - Lidah lunak - Atonia, mata
lidah kering - Keriput cowong
- Turgor - Turgor menurun - Turgor sangat
kulit normal menurun
-
Urine - Pekat - Pekat, produksi / - oligouria
jumlah menurun
-
SSP Tak ada - Apatis - Sangat
kelainan menurun / coma

c. Terapi rehidrasi
Dengan rehidrasi cepat / lambat
1) Rehidrasi cepat untuk resusitasi cairan.
2) Rehidrasi lambat untuk maintenance atau maintenance + defisit.
Contoh
Penderita 1,5 th BB 11 kg. Perkiraan defisit 10%
Caranya
1) Hitung defisit cairan
= 10% x 11 kg
= 10 : 100 x 11.000 gr
= 1100 cc
Jadi defisit cairannya = 1100 cc.
BB dlm kg dijadikan gram dulu sebab 1 gr = 1cc
2) Lakukan resusitasi cepat I
20 cc/kgbb dalam -1 jam
= 20 x 11 kg
= 220 cc
jadi resusitasi cairan -1 jam pertama = 220 cc
setelah selesai sakukan observasi !!
a) Bila hemodinamik belum stabil
Lakukan resusitasi ulang tahap II 20 cc/kgbb dalam waktu - 1 jam.
b) Bila hemodinamik stabil
Lakukan penghitungan sisa defisit sbb
= 1100 cc 220 cc
= 880 cc
jadi sisa defisit setelah resusitasi cepat = 880 cc
total sisa defisit tersebut diberikan dalam 2 tahap. Pemberian cairannya sbb;
c) Pemberian sisa defisit dalam 8 jam I
Total sisa defisit dibagi 2 pemberian dan ditambahkan dengan kebutuhan cairan
perjam (selama 8 jam)
= 880 : 2
= 440 cc
ditambah kebutuhan cairan per jam
kebutuhan cairan perjam:
= 1000 + (1 x 50 cc)
= 1050 cc / 24 jam
= 1050 cc / 24 jam
= 43.75 cc/jam
pemberian cairan selama 8 jam
= 43.75 cc x 8 jam
= 350 cc
jadi pemberian cairan defisit + maintenance I pada 8 jam pertama
= 440 cc + 350 cc
= 790 cc
= 800 cc / 8jam 100 cc / jam
d) Pemberian sisa defisit dalam 16 jam ke II
= 440 cc + 700 cc
= 1140 per 16 jam
= 70 cc per jam
NB: cairan maintenance ini
= 11 x 100
= 1100 cc / 24 jam
= 45 cc / 1 jam

3. Problem puasa
a. Pada keadaan normal kehilangan cairan berupa
Insesible water losses (IWL)
Sensible water losses (SWL)
Pada orang dewasa kehilangan 2250 cc yang terdiri atas
1) IWL
700 ml / 24 jam
(suhu lingkungan 25 oC kelembaban 50-60 %, suhu badan 36-37 oC). Orang
Indonesia 1,5 m2
2) SWL
Urine 1 cc / kgbb / jam
(24 cc / kg / bb / 24 jam)
b. Kebutuhan elektrolit tidak terpenuhi
Kebutuhan normal
Na+ 2-4 mEq / kgbb / 24 jam
K+ 1-2 eEq / kgbb / 24 jam
c. Kebutuhan kalori tidak terpenuhi
Kebutuhan normal
25 Kcal / kgbb / jam
d. Pada operasi elektif yang dipuasakan, penggantian cairan hanya untuk maintenance
saja (lihat didepan)
e. Pemberian cairan pre operasi adalah untuk mengganti bila ada
1) Kehilangan cairan akibat puasa.
2) Kehilangan cairan akibat perdarahan.
3) Kehilangan cairan akibat dehidrasi.
f. Pemberian darah pre operasi di dasarkan atas pertimbangan yang matang dan apabila
perlu dilakukan pemeriksaan darah lebih dahulu.

4. Terapi cairan pada kasus Emergency.


Lihat kasus terlebih dahulu.
a. Trauma hypovolemia karena perdarahan
b. Non trauma
Hypovolemia karena perdarahan seperti KET, Solusio plasenta, plasenta previa,
hemorragic post partum.
Hypovolemia karena dehidrasi, seperti ileus obstruktif, hiperemesis
gravidarum, diare.

Syok hipovolemia
Terapi cairan yang diberikan
Kristaloid
Koloid
Darah (WB)

Indikator terjadinya syok hipovolemia lihat klinis, lalu sesuaikan dengan indikator standar
lalu, segera lakukan terapi sbb

TANDANYA
Tensi systolic 120 mmhg 100 mmhg < 90 mmhg < 60-70 mmhg
Nadi 80 x/mnt 100 x/mnt > 120 x/mnt > 140 x/mnt
Perfusi Hangat Pucat Dingin Basah
Estimasi Minimal 600 ml 1200 ml 2100 ml
perdarahan
Estimasi infus Minimal 1-2 liter 2-4 liter 4-8 liter

Contoh kasus
Pasien laki, 60 th bb 50 kg dengan OF femur, untuk dilakukan tindakan debridement
siapkan pasien!!
Tindakan yang dilakukan adalah
1. Katakan pada operator Saya siapkan dulu pasiennya
2. ABC
Oksigenasi paling awal untuk keadekuatan perfusi O2 kejaringan.
Pasang infus sambil ambil sampel darah.
Hitung EBV sambil evaluasi klinis pasien.
Berikan cairan resusitasi sesuai dengan jumlah perdarahan dan tingkat dehidrasi
Hentikan perdarahan
Stabilisasi femur.
3. Ada hasil
T 90/60 mmHg, N 110 x/mnt, Perfusi Dingin Basah Pucat.

Pasien sadar Pasien tidak sadar


Raba nadi radialis < 80 systolik Raba nadi karotis < 80 systolik

Rumus cepat menghitung kebutuhan cairan


2 cc / kgbb = kebutuhan cairan per jam
DURANTE OPERASI
Pada proses pembedahan banyak faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan
yang mempengaruhi perubahan hemodinamik.
Durante operasi sering terjadi perubahan hemodinamik dengan masalah terbanyak berupa
perdarahan dan interaksi obat anestesi.
Perawat sebagai mitra dokter perlu mengetahui prinsip terapi cairan khususnya pada
durante operasi.
Peranan perawat dimulai sejak dari persiapan pasien di ruang operasi sampai dengan operasi
selesai, melakukan evaluasi pertama saat induksi dan selama durante operasi dilakukan
evaluasi kembali.
Pada saat durante operasi yang perlu diperhatikan
1. Kondisi pasien apakah sudah stabil.
Dehidrasi apakah sudah ter rehidrasi.
Perdarahan apakah sudah ter replace.

2. Jenis pembedahan (menurut MK Sykes)


a. Pembedahan kecil / ringan
- Pembedahan rutin kurang dari 30 menit.
- Pemberian anestesi dapat dengan masker.
b. Pembedahan sedang.
- Pembedahan rutin pada pasien yang sehat.
- Pemberian anestesi dengan pipa endotracheal.
- Lama operasi kurang dari 3 jam.
- Jumlah perdarahan kurang dari 10% EBV
c. Pembedahan besar.
- Pembedahan yang lebih dari 3 jam.
- Perdarahan lebih dari 10% EBV
- Pembedahan di daerah saraf pusat, laparatomi, paru dan kardiovaskuler.

3. Terapi cairan durante operasi


a. Mengganti cairan maintenance operasi.
- Operasi ringan 4 cc / kgbb / jam
- Operasi sedang 6 cc / kgbb / jam
- Operasi berat 8 cc / kgbb / jam
Cairan yang digunakan untuk me replace adalah cairan RL
b. Mengganti akibat perdarahan (pengganti cairan yang hilang) dengan
cara menghitung.
- Perdarahan yang tertampung, seperti pada botol penampung, kasa / sejenisnya dan
ceceran di lapangan operasi.
- EBV pasien dan prosentase perdarahan.
Cairan pengganti
- Kristaloid 2-4 kali dari jumlah perdarahan.
- Koloid 1 kali dari jumlah perdarahan
- Darah (WB) 1 kali dari jumlah perdarahan
Penggantian darah (WB) pada pasien selama operasi dipertimbangkan apabila
- Operasi sedang berlangsung dan telah kehilangan darah
Dewasa > 25% dari EBV
Bayi dan anak > 10% dari EBV
- Anemia berat.
- Kelainan faktor pembekuan.
- Sepsis.

Catatan:
Pada pasien dewasa dengan Hb normal, perdarahan s.d
25% dari EBV dapat ditolelir dan tidak perlu di lakukan transfusi.
Perdarahan 10-20% harus hati-hati mungkin perlu darah.

Penggantian darah selama operasi digunakan Whole Blood (WB) yang sesuai dengan
hasil pemeriksaan golongan darah.
Kecuali pada kasus-kasus yang sangat darurat dimana tidak tersedia darah yang sesuai
dengan golongan darah pasien, maka pada kasus ini darah yang digunakan adalah
golongan darah O dengan ketentuan tranfusi selanjutnya selama 2 minggu tetap
menggunakan golongan darah O.

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat-saat durante operasi


a. Observasi tanda-tanda vital tiap 3-5 menit.
b. Observasi perdarahan.
c. Observasi balance cairan.
d. Observasi tetesan infus.

POST OPERASI
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan faktor penunjang metabolisme tubuh.
Pada proses pembedahan terkadang nutrisi / pemberian cairan tidak optimal.
Perawat sebagai mitra kerja dokter harus mampu mengelola instruksi dan memberi
pertimbangan agar perawatan penderita optimal.
Pemberian cairan pasca operasi (post op) didasarkan atas beberapa pemikiran,
1. Masalah aktual yang ada seperti hipovolemia, anemia dll.
2. Kebutuhan pasien oleh karena tidak bisa / tidak boleh makan (dipuasakan)
- Maintenance / pemeliharaan
- Keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Jenis operasi
- Reseksi usus.
- Trepanasi dll
4. Penyakit penyerta
- Edema pulmonum.
- Decompensasi cordis.
- Diabetes mellitus.
5. Jalur pemberian cairan
- Parenteral.
- Enteral.
- Kombinasi parenteral dan enteral
6. Komposisi nutrisi dalam cairan
- Karbohidrat
- Lemak.
- Asam amino.

Pemberian cairan post operasi


1. Pasien puasa post operasi.
Selama pasien masih puasa kebutuhan cairan diberikan hanya berupa cairan maintenance
yang didasarkan atas perhitungan sbb
Pasien anak (bayi) / dewasa.
Jumlah cairan.
Kebutuhan kalori.
Kebutuhan elektrolit.
Osmolaritas cairan.
Kelainan / penyakit penyerta.

a. Kebutuhan cairan (air) post operasi.


Anak
BB 0-10 kg 1000 cc / 24 jam
BB 10-20 kg 1000 cc + 50 cc tiap > 1 kg
BB > 20 kg 1500 cc + 20 cc tiap > 1 kg
Dewasa
50 cc / kgbb/ 24 jam.
b. Kebutuhan elektrolit anak dan dewasa
Na+ 2-4 mEq / kgbb
K+ 1-2 mEq / kgbb
c. Kebutuhan kalori basal
Dewasa
BB (kg) x 20-30
Anak berdasarkan umur
Umur (tahun) Kcal / kgbb / hari
<1 80-95
1-3 75-90
4-6 65-75
7-10 55-75
11-18 45-55
d. Osmolaritas cairan dan pemilihan vena
Vena perifer menerima osmolaritas cairan sampai maksimal 900
mOsm
Osmolaritas tinggi menyebabkan mudahnya terjadi kerusakan di
dinding vena perifer (thrombophlebitis).
Sebaiknya menggunakan vena sentral, bila pemberian cairan dengan
osmolaritas lebih dari 900 mOsm.
2. Pasien tidak puasa post operasi.
Pada pasien post op yang tidak puasa, pemberian cairan diberikan berupa cairan
maintenance selama di ruang pulih sadar (RR). Apabila keluhan mual, muntah dan bising
usus sudah ada maka pasien dicoba untuk minum sedikit-sedikit.
Setelah kondisi baik dan cairan peroral adekuat sesuai kebutuhan, maka secara perlahan
pemberian cairan maintenance parenteral dikurangi. Apabila sudah cukup cairan hanya
diberikan lewat oral saja.

Pemberian kalori post operasi


Kalori didapatkan dari karbohidrat dan lemak. Bentuk karbohidrat seperti; dextrose, maltose,
sorbitol dll. Bentuk lemak seperti sediaan yang mengandung lemak.
1. Dextrose.
Selalu harus ada oleh karena otak dan eritrosit memerlukan setiap saat.
Dosis aman glukosa (dextrose)
6 gr / kgbb / hari

2. Lemak.
Keuntungannya adalah membantu mengurangi peningkatan gula darah (hiperglikemia),
apabila kalori semata-mata diberikan dari Dextrose.
Lemak diberikan
50% dari jumlah kalori

3. Protein (asam amino)


a. Menghitung kebutuhan protein secara langsung sangat mahal. Dalam hal ini
diperlukan pemeriksaan lab untuk menghitung Nitrogen (N2) dalam darah.
b. Menghitung kebutuhan protein secara tidak langsung dengan rumus sbb
Menghitung konsumsi nitrogen.
Kebutuhan protein = Konsumsi Nitrogen x 6,25

Konsumsi Nitrogen per 24 jam = Ureum urine / 24 jam + 28 + 4000 mg

Rumus yang memperkirakan besar kecilnya stress metabolik yang


terjadi
Tanpa stress metabolik
Protein (AA) = 1 gr / kgbb / hari

Dengan stress metabolik


Protein (AA) = 2 gr / kgbb / hari

Cara lain menurut Long Et all (1979)

Kebutuhan protein (AA) = 16 % dari kebutuhan energi total dari protein


Contoh
Bila kebutuhan kalori 1500 Kkal / hari, maka kebutuhan protein (AA) adalah
= 1500 x 16%
= 240 Kkal / hari.
Oleh karena per gram protein mengandung 4 Kkal energi maka
= 240 : 4
= 60 gr
sehingga dibutuhkan 60 gr asam amino.

Anda mungkin juga menyukai