Anda di halaman 1dari 9

Asam adalah ion hydrogen atau dodnor proton.

Suatu cairan disebut asam bila mengandung H+ atau mampu melepas atau memberikan H+. Basa adalah garam dari ion hydrogen atau akseptor proton. Suatu cairan bersifat basa bila sanggup menerima H+. Asam karbonat (H2CO3) adalah asam karena mampu melepas H+ dan menjadi HCO-3. Sedangkan bikarbonat adalah (HCO3) adalah basa karena mampu menerima H+ untuk kemudian menjadi H2CO3. Analisa Gas Darah dan Manajemen Asam Basa: Regulasi Asam Basa Regulasi sistem asam basa diatur oleh tiga sistem yaitu sistem pernafasan, sistem renal dan sistem buffer. 1. Sistem Pernafasan 2. Sistem Renal 3. Sistem Buffer Analisa Gas Darah dan Manajemen Asam Basa: Pembacaan AGD
Nilai Normal AGD dan Hasil/Kesimpulanya

Asidosis Ph (7,35 7,45) HCO3 22 26 PCO2 35 - 45 BE 2 - +2 PO2 80 - 100 Turun Turun Naik Turun Turun

Alkalosis Naik Naik Turun Naik Naik

1. Lihat Ph, (apakah asidosis atau alkalosis)

2. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang mendukung sesuai dengan hasil pH (untuk menentukan respiratirik atau metabolik) 3. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang hasilnya berlawanan dengan pH (untuk menentukan adanya kompensasi sebagaian atau tidak) 4. Lihat pO2 untuk melihat adanya Hipoksemia atau Hiperoksemia Bila nilai Ph normal tetapi terjadi kelainan nilai HCO3 atau PCO2 maka; 1. Lihat nilai pH, pH 7,35 7,40 adalah asidos dan pH 7,41 7,45 adalah alkalosis 2. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang mendukung sesuai dengan hasil pH (untuk menentukan respiratirik atau metabolik) 3. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang hasilnya berlawanan dengan pH (untuk menentukan adanya kompensasi penuh atau tidak) 4. Lihat pO2 untuk melihat adanya Hipoksemia atau Hiperoksemia Analisa Gas Darah dan Manajemen Asam Basa: Akibat Gangguan Keseimbangan Asam Basa Asidosis akan meningkatkan konsentrasi K dalam darah. Sehingga fungsi sel dan enzim tubuh memeburuk. Kemudian mengakibatkan aritmia ventrikuler. 2. Alkalosis akan menurunkan konsentrasi K dalam darah. Sehinggga afinitas Hb O2 meningkat. Akibatnya pelepasan O2 kejaringan sulit. Sehingga terjadi hipoksemia. 3. Kenaikan pCO2 (80 100 mmHg) akan mengakibatkan koma dan aritmia serta vasodilatasi pembuluh darah. Bila hal ini terjadi diotak maka aliran darah ke otak akan meningkat dan mengakibatkan kenaikan tekanan intra cranial. 4. Penurunan pCO2 (< 25 mmHg) akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah. Sehingga aliran darah kejaringan turun. Bila hal ini terjadi diotak maka akan terjadi hipoksemia otak.
1.

Analisa Gas Darah dan Manajemen Asam Basa: Manajaemen Gangguan Asam Basa 1. Pemberian Bikarbonat Dosis: 1/3 x BB x (|BE| - 2) Diberikan setengah dosis dahulu, kemudian setalah 30 60 menit dievaluasi kembali hasilnya. Bila belum optimal dilanjutkan pemberian sisanya. 1. Terapi Oksigen Dengan NRM bila PCO2 tinggi dan dengan RM bila pCO2 rendah. 1. Ventilator, bila pCO2 > 60 nnHg atau pO2 < 60 mmHg

ANALISA GAS DARAH STATUS ASAM BASA Fungsi utama dari paru-paru adalah memasok oksigen dan mengeluarkan carbondioxida dari darah. Oleh karena itu untuk mengetahui keadekuatan dari proses ventilasi dan difusi diperlukan analisa dari gas darah dalam arteri. Keseimbangan asam-basa mengukur bagaimana level respirasi dan metabolic buffer mempengaruhi keseluruhan pH. Hubungan diantara factor-faktor tersebut dapat dilihat pada persamaan berikut: CO2 + H2O <-> H2CO3 <-> (H+) + (HCO3-) Persamaan diatas menunjukkan bahwa adanya perubahan pada consentrasi buffer tertentu akan mengubah pH.dari sistim tersebut. Adanya perubahan pada carbondioksida menunjukkan adanya respiratory acidosis atau alkalosis, sedang perubahan pada bicarbonate menunjukkan adanya metabolic acidosis atau alkalosis. Berikut ini adalh 3 langkah mudah untuk menginterpretasikan ABG (arterial blood gases) : 1. Tentukan apakah pH nya normal, acidosis atau alkalosis PH darah arteri merupakan sebuah pengukuran konsentrasi ion hydrogen. Karena asam didefinisikan sebagai cairan yang mempunyaikemampuan untuk memberikan ion hydrogen dan basa didefinisikan sebagai cairan yang mempunyai kemampuan untuk menerima ion hydrogen, , maka pH dapat menunjukkan keseimbangan dari sttus asam-basa dalam darah arteri. Nilai pH normalnya 7,40 dengan batas normal 7,35 7,45. Jika terdapat peningkatan ion hydrogen, maka berarti ph menurun, sehingga darah bersifat acidosis. Sedangkan bila terjadi penurunan ion hydrogen berarti pH naik, hal ini menunjukkan darahnya bersifat alkalosis. 2. Tentukan penyebab ketidakseimbangan pH Untuk menentukan penyebab dari ketidak seimbangan pH apakah metabolik atau respiratory problem, maka kita tentukan buffer mana yang mempunyai

permasalahan sama dengan pH. Adanya peningkatan kadar PaCO2 menunjukkan adanya acidosis, sedang penurunan PaCO2 menunjukkan alkalosis. Adanya Peningkatan HCO3- menunjukkan alkalosis, sedang adanya penurunan HCO3- menunjukkan acidosis. 3. Tentukan apakah masalahnya pada respirasi atau metabolik

4. Tentukan kompensasi yang telah terjadi Ada tiga jenis kompensasi dalam keseimbangan asam basa, yaitu kompensasi penuh, sebagian atau tidak ada kompensasi. TIDAK ADA KOMPENSASI Dikatakan tidak ada kompensasi bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH dalam batas normal. KONPENSASI SEBAGIAN Dikatakan terdapat kompensasi sebagian bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH berada diluar batas normal dan nilai pH sendiri juga diluar batas normal. KOMPENSASI PENUH Dikatakan kompensasi penuh bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH diluar batas normal, tetapi nilai pH dalam batas normal. Dalam menginterpretasi ABG tidak boleh dilakukan secara terpisah, tetapi harus senantiasa dikonfirmasikan dengan pemeriksaan yang lain seperti riwayat penyakit, pengobatan medis.

Analisa gas darah arteri berguna untuk mengkaji status oksigenasi klien (tekanan oksigen arterial [PaO2]), ventilasi alveolar (tekanan karbondioksida arterial [PaCO2]), dan juga untuk menilai keseimbangan asam basa. Hasil dari pemeriksaan gas darah sangat berarti bagi monitoring hasil tindakan penatalaksanaan oksigenasi klien, therapy oksigen, dan untuk mengevaluasi respon tubuh klien terhadap tindakan dan therapy misalnya pada saat klien menjalani weaning dari penggunaan ventilator. Sampel darah yang diambil digunakan untuk mengukur komponen gas didalam darah arteri dan pH darah. Nilai yang diperoleh mereflekasikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan. ALAT YANG DIPERLUKAN : Spuit 2 cc + 0,1 cc heparin Kapas alcohol dan kassa steril Tutup jarum dari karet Kain pengalas Tempat berisi es batu Formulir permintaan PELAKSANAAN Tentukan tempat yang akan dilakukan penusukan.

Siapkan spuit yang telah diisi heparin 0,1 cc heparin (pengisian dilakukan dengan menghisap 2 cc heparin, kemudian keluarkan kembali dan sisakan sebanyak 0,1 cc dalam spuit). Lakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk dengan menggunakan kapas alkohol. Tusukkan jarum (450 untuk arteri radialis, 900 untuk arteri femoralis), ketika jarum mengenai arteri, tidak diperlukan aspirasi karena darah akan keluar dengan sendirinya. Setelah sampel darah cukup, cabut jarum dan lakukan penekanan pada tempat penusukan. Penekanan dilakukan selama 5 menit untuk arteri radialis dan 10 menit untuk arteri femoralis. Segera setelah dicabut, cek kemungkinan adanya udara yang terperangkap dalam spuit, bila ada cepat keluarkan. Putar-putar spuit diantara kedua telapak tangan agar tercampur merata dengan heparin. Segera jarum ditutup dengan menggunakan tutup yang terbuat dari karet, simpan sampel darah pada tempat yang diisi es batu dan segera kirimkan ke laboratorium. Formulir pengiriman harus lengkap, jangan lupa mencantumkan suhu tubuh klien saat pengambilan sampel darah. PEMERIKSAAN pH darah arteri 7,35 7,45 PaO2 80 100 mmHg PaCO2 35 45 mmHg HCO3- 22 26 mEq/l Base Excess (B.E) -2,5 (+2,5) mEq/l O2 Saturasi 90 100 % INTERPRETASI a. Hipoksia

Ringan PaO2 50 80 mmHg Sedang PaO2 30 50 mmHg Berat PaO2 20 30 mmHg a. Hiperkapnia Ringan PaCO2 45 60 mmHg Sedang PaCO2 60 70 mmHg Berat PaCO2 70 80 mmHg

masalah klinis

Asidosis respiratorik: Penyakit paru kronis (emfisema, bronkitis kronis, asma parah), sindrom gawat pernafasan akut (ARDS), anestesi, pneumonia Pengaruh obat: narkotik, sedatif Alkalosis respiratorik: Toksisitas salisilat (fase awal), kecemasan, histeris, tetani, olahraga aktif, demam, hipertiroid, delirium tremens, emboli paru Asidosis metabolik: Ketoasidosis diabetik, diare berat, kelaparan/malnutrisi, syok, luka bakar, gagal ginjal,, infark miokardial akut Alkalosis metabolik: Muntah berat, pengisapan lambung, ulkus peptik, pengeluaran kalium, pemberian bikarbonat berlebih, gagal hepar, kistik fibrosis Pengaruh obat: natrium oksalat, kalium oksalat

Anda mungkin juga menyukai