PRAKTIK DIETETIK
KASUS 2
DI BAGIAN INTERNA RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN UNHAS
MAKASSAR
OLEH:
IFFAH SUARSI
K211 14 005
b. Prevalensi
Terdapat sekitar 250.000 kasus appendicitis yang terjadi di
Amerika Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak
usia 6-10 tahun. Appendicitis lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan dengan perbandingan 3:2. Bangsa
Caucasia lebih sering terkena dibandingkan dengan kelompok
ras lainnya. Appendicitis akut lebih sering terjadi selama musim
panas. Insidensi Appendicitis acuta di negara maju lebih tinggi
daripada di negara berkembang, tetapi beberapa tahun terakhir
angka kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat
dalam menu sehari-hari. Appendicitis dapat ditemukan pada
semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang
dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun,
setelah itu menurun. Insidensi pada laki-laki dan perempuan
umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidensi
lelaki lebih tinggi (Warsinggih, 2010)
Kelompok umur 20-29 tahun memiliki persentase yang
paling tinggi diantara kelompok umur yang lain yaitu sebesar
34%. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Rumah Sakit
Immanuel Bandung pada tahun 2013 ditemukan bahwa
kelompok umur terbanyak yang menderita apendisitis ialah
kelompok umur 26-35 tahun.12 Gearhart dan Silen4 dalam
bukunya mengatakan bahwa insidens puncak apendisitis akut
ialah pada dekade kedua dan ketiga kehidupan. Hal ini sesuai
dengan temuan bahwa insidens apendisitis tertinggi adalah pada
umur 20-29 tahun (Thomas, dkk., 2016).
Berdasarkan jenis kelamin dari 650 kasus, jenis kelamin laki-
laki memiliki persentase sebesar 56%, sedangkan jenis kelamin
perempuan hanya sebesar 44%. Ahmad10 dalam penelitiannya
menemukan bahwa insidens pada laki-laki lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan. Inflamasi pada apendiks lebih
umum ditemukan pada laki-laki, diduga karena adanya
perubahan anatomis (Thomas, dkk., 2016).
Berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, jenis
kelamin laki-laki mendominasi pada setiap kelompok umur
disbandingkan dengan jenis kelamin perempuan, kecuali pada
kelompok umur 20-29 tahun dimana jenis kelamin perempuan
lebih banyak daripada jenis kelamin laki-laki. Dalam beberapa
penelitian dikatakan bahwa pada orang dewasa angka kejadian
Apendisitis 1,4 kali lebih banyak pada laki-laki dibanding
perempuan. Adapula yang menjelaskan bahwa insidens tertinggi
adalah pada kelompok umur 20-30 tahun dimana jenis kelamin
laki-laki lebih mendominasi.1,12 Temuan penelitian ini berbeda
dengan beberapa penelitian sebelumnya, khususnya pada
kelompok umur 20-29 tahun dimana pada kelompok umur ini dari
224 pasien yang didiagnosis apendisitis terdapat 31% jenis
kelamin laki-laki (69 pasien) dan 69% jenis kelamin perempuan
(155 pasien) (Thomas, dkk., 2016).
c. Patofisiologi
Appendicitis merupakan peradangan appendiks yang
mengenai semua lapisan dinding organ tersebut. Tanda
patogenetik primer diduga karena obstruksi lumen dan ulserasi
mukosa menjadi langkah awal terjadinya appendicitis.28
Obstruksi intraluminal appendiks menghambat keluarnya sekresi
mukosa dan menimbulkan distensi dinding appendiks. Sirkulasi
darah pada dinding appendiks akan terganggu. Adanya kongesti
vena dan iskemia arteri menimbulkan luka pada dinding
appendiks. Kondisi ini mengundang invasi mikroorganisme yang
ada di usus besar memasuki luka dan menyebabkan proses
radang akut, kemudian terjadi proses irreversibel meskipun
faktor obstruksi telah dihilangkan (Minkes, 2004).
Appendicitis merupakan peradangan appendiks yang
mengenai semua lapisan dinding organ tersebut. Tanda
patogenetik primer diduga karena obstruksi lumen dan ulserasi
mukosa menjadi langkah awal terjadinya appendicitis.28
Obstruksi intraluminal appendiks menghambat keluarnya sekresi
mukosa dan menimbulkan distensi dinding appendiks. Sirkulasi
darah pada dinding appendiks akan terganggu. Adanya kongesti
vena dan iskemia arteri menimbulkan luka pada dinding
appendiks. Kondisi ini mengundang invasi mikroorganisme yang
ada di usus besar memasuki luka dan menyebabkan proses
radang akut, kemudian terjadi proses irreversibel meskipun
faktor obstruksi telah dihilangkan (Niken, 2013)
Appendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan
sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini
menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan
sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan
keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini
dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan
mengalami eksaserbasi (Saksono, 2012).
Data Dasar Pasien
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. V. V.M
Tanggal Lahir : 3 Desember 1997
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Labuan, Maluku Tengah
No. Register RM : 056534
Ruang : 426
Tanggal Masuk : 30 September 2017
Tanggal Ambil Kasus : 2 Oktober 2017
Diagnosa Medis : Appendicitis Akut
Data Subyektif
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Diagnosa yang ditegakan oleh dokter Appendicitis Akut
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
d. Riwayat Gizi Sekarang
Saat ini pasien mendapatkan diet post operasi, puasa
setelah operasi setelah sadar boleh minum sedikit sedikit. Hasil
recall 24 jam sebelum intervensi :
E : 0 kkal
P:0g
L :0 gr
KH : 0 gr
No Indikator Hasil
1 Penurunan nafsu makan -
2 Status gizi Normal +
3 Penurunan BB -
4 Tidak ada asupan +
Sumber: Data Primer, 2017
2. Perencanaan Menu
Menu Bahan JUMLAH
URT Gram
Pagi (07.00)
Nasi Beras 1 gelas 50
Tempe goreng tepung Tempe 1 potong 50
Tepung terigu sdg 20
Perkedel Jagung Jagung 2 sdm 30
Tepung terigu 40
4 sdm
Cah sawi hijau Sawi hijau 50
Snack (10.00) Pisang susu 1 buah sdg 100
Buah
Siang (13.30)
Nasi beras 1 gelas 50
ikan goreng ikan layang 1 ptg sdang 50
tepung tepung terigu 2 sdm 20
Sup jagung
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Saksono, A.B., 2012, Karakteristik lokasi perforasi apendiks dan usia pada
pasien yang didiagnosis apendisitis akut perforasi di RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta, Skripsi, Fakultas Kedokteran, UPN Veteran Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. dan De J. W, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah., Jakarta,
EGC.