Anda di halaman 1dari 3

Nama: Aghnia Rahmawati Putri

NIM : 20160310054

Farmakoterapi Asfiksia pada Neonatus


Oleh: Tutorial 10, angkatan 2016

1. Epinefrin
Epinefrin hidroklorida (adrenalin hidroklorida) adalah obat pemicu jantung yang
meningkatkan kekuatan dan kontraksi jantung dan mengakibatkan vasokontriksi perifer
sehingga akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah melalui arteria koronaria dan
aliran darah ke otak
Indikasi. Indikasi pemberian epinefrin ialah bila frekuensi jantung kurang dari 60
kali/menit setelah melakukan ventilasi tekanan perifer (VTP) secara efektif selama 30
detik dan dilanjutkan VTP serta kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik.
Epinefrin tidak diberikan sebelum ventilasi adekuat, karena:
 Waktu yang digunakan untuk pemberian epinefrin lebih baik digunakan untuk
ventilasi dan oksigenasi yang efektif
 Epinefrin akan meningkatkan beban dan konsumsi oksigen otot jantung, sehingga
bila kekurangan oksigen akan mengakibatkan kerusakan otot jantung.
Dosis dan cara pemberian. Epinefrin larutan 1:10.000 direkomendasikan untuk
BBL diberikan secara intravena (IV). Pemberian melalui pipa endotrakeal lebih cepat,
tapi cara ini mengakibatkan kadar dalam darah lebih rendah dan tidak dapat diprediksi
sehingga mungkin tidak efektif. Beberapa klinisi mungkin memilih cara melalui pipa
endotrakeal sementara jalan vena umbilikalis sedang disiapkan.
Dosis epinefrin ialah 0,1 – 0,3 mL/kgBB (setara dengan 0,01 – 0,03 mg/kgBB)
larutan 1:10.000. Perkiraan berat lahir. Bila diputuskan untuk memberikan epinefrin
melalui pipa endotrakeal sementara jalur intravena sedang disiapkan, pertimbangkan
pemberian dosis lebih besar (0,3 – 1 mL/kgBB atau setara 0,03 – 0,1 mg/kgBB). Jangan
memberikan dosis lebih tinggi dari 0,1 – 0,3 mL/kgBB bila diberikan IV. Beberapa
operator menggunakan kateter agar obat masuk lebih ke dalam pipa. Kemudian
beberapa VTP diberikan untuk mendistribusikan obat ke paru agar diabsorpsi. Bila obat
diberikan secara IV melalui kateter, harus diikuti dengan pemberian 0,5 – 1 mL garam
fisiologis untuk membilas obat dan memastikan dapat mencapai sirkulasi darah.
Setelah pemberian epinefrin, diharapkan frekuensi jantung meningkat lebih dari 60
kali/menit dalam waktu 30 detik setelah pemberian epinefrin. Bila dengan dosis ini
tidak terjadi peningkatan, epinefrin dapat diulangi tiap 3 – 5 menit. Dosis ulangan ini
Nama: Aghnia Rahmawati Putri

NIM : 20160310054

diberikan secara IV, bila memungkinkan, dan pastikan bahwa ventilasi dan kompresi
dada terjadi efektif

2. Cairan Penambah Volume Darah (Plasma Expander)


Indikasi. Bila bayi terlihat pucat, ada bukti kehilangan darah dan respon resusitasi
baik, harus dipikirkan kemungkinan kehilangan cairan. Pada beberapa kasus dapat
disebabkan karena kehilangan darah ke sirkulasi maternal yang akan menunjukkan
tanda-tanda syok tanpa ada bukti kehilangan darah yang berarti. Bayi yang mengalami
syok akan tampak pucat, pengisian kembali kapiler (Capillary refill time (CRT))
melambat dan nadi lemah. Dapat terjadi takikardi atau bradikardi persisten dan sering
keadaan sirkulasi tidak membaik.
Cairan yang dianjurkan untuk mengobati hipovolemia akut adalah cairan kristaloid
isotonik, yaitu larutan garam fisiologis, larutan Ringer Laktat, atau darah O negatif
Dosis dan cara pemberian. Dosis awal ialah 10 mL/kg dengan kecepatan 5 – 10
menit secara IV. Bila bayi meunjukkan perbaikan yang minimal setelah pemberian
dosis pertama dapat diberikan dosis tambahan lagi 10 mL/kg.

3. Nalokson
Indikasi. Indikasi pemberian nalokson adalah bila bayi tetap mengalami depresi
napas setelah frekuensi jantung dan warna kulit menjadi normal dan ibu mendapat obat
narkotika pada 4 jam sebelum persalinan. Nalokson tidak dianjurkan diberikan sebagai
bagian pada resusitasi awal pada bbl dengan depresi pernapasan di ruang bersalin.
Nalokson idak boleh diberikan pada bayi dari ibu yag diduga menggunakan narkotik
karena dapat menimbulkan withdrawal sign.
Dosis dan cara pemberian. Dosis nalokson adalah 0,1 mg/kgbb diberikan secara IV
atau IM. Setiap bayi yang diberi nalokson karena depresi depresi napas karena narkotik
harus dimoitor ketat selama beberapa jam

4. Natrium Bikarbonat
Indikasi. Terdapat data yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan natrium
bikarbonat pada resusitasi neonatus. Namun demikian, memperbaiki asidosis
intrakardiak dapat memperbaiki fungsi myokardium dan mendapatkan sirkulasi
spontan. Terdapat teori yang menyebutkan bahwa hiperosmolaritas dan kandungan
Nama: Aghnia Rahmawati Putri

NIM : 20160310054

yang menghasilkan CO2 dari natrium bikarbonat dapat merusak fungsi miokardial dan
serebral. Obat ini hanya diberikan bila ventilasi dan kompresi dada yang adekuat tidak
efektif dalam memperbaiki sirkulasi. Penggunaan lebih dari satu dosis natrium
bikarbonat pada asidosis persisten, bila mungkin, digunakan berdasarkan analisis gas
darah arteri.
Dosis dan cara pemberian. Untuk bbl digunakan natrium bikarbonat 4,2%. Natrium
bikarbonat 8,4% mengandung 1mmol/L (1 mEq/mL). Cairan ini hiperosmolar dan perlu
diencerkan 1:1 dengan air steril untuk membuat 4,2% (0,5 mmol/L). Larutan inipun
masih hiperosmolar. Dosis 1 – 2 mEq/kg diberikan secara IV setelah ventilasi dan
perfusi adekuat dicapai, diberikan dalam kira-kira 2 menit yaitu 1 mEq/kg/menit.

Anda mungkin juga menyukai