Disusun oleh :
DIII KEPERAWATAN
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Supraventrikular Takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang
ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat
menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada
SVT mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel
HIS. Pada kebanyakan SVT mempunyai kompleks QRS normal. Kelainan ini
sering terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan gagal jantung (Aslinar,
2010).
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah detak jantung yang cepat dan
reguler berkisar antara 150-250 denyut per menit. SVT sering juga disebut
Paroxysmal Supraventrikular Takikardi (PSVT). Paroksismal disini artinya
adalah gangguan tiba-tiba dari denyut jantung yang menjadi cepat.
SVT di bagi menjadi 3 jenis yang sering ditemukan pada bayi dan anak,
yaitu:
1. Takikardi atrium primer (takikardi atrial ektopik)
Terdapat sekitar 10% dari semua kasus SVT, namun SVT ini sukar
diobati. Takikardi ini jarang menimbulkan gejala akut. Penemuannya
biasanya karena pemeriksaan rutin atau karena ada gagal jantung akibat
aritmia yang lama.
2. Atrioventricular re-entry tachycardia (AVRT)
Pada AVRT pada sindrom Wolf-Parkinson-White (WPW) jenis
orthodromic, konduksi antegrad terjadi pada jaras his-purkinye (slow
conduction) sedangkan konduksi retrograd terjadi pada jaras tambahan
(fast conduction). Kelainan yang tampak pada EKG adalah takikardi
dengan kompleks QRS yang sempit dengan gelombang p yang timbul
segera setelah kompleks QRS dan terbalik.
3. Atrioventricular nodal reentry tachycardia (AVNRT)
Pada jenis AVNRT, reentry terjadi di dalam nodus AV, dan jenis ini
merupakan mekanisme yang paling sering menimbulkan SVT pada bayi
dan anak. Sirkuit tertutup pada jenis ini merupakan sirkuit fungsional. Jika
konduksi antegrad terjadi pada sisi lambat (slow limb) dan konduksi
retrograd terjadi pada sisi cepat (fast limb), jenis ini disebut juga jenis
typical (slow-fast) atau orthodromic.
B. ETIOLOGI
a. Idiopatik, ditemukan hampir setengah jumlah pasien. Tipe idiopatik ini
biasanya terjadi lebih sering pada bayi daripada anak.
b. Sindrom Wolf Parkinson White (WPW) terdapat pada 10-20% kasus dan
terjadi hanya setelah konversi menjadi sinus aritmia. Sindrom WPW adalah
suatu sindrom dengan interval PR yang pendek daninterval QRS yang lebar;
yang disebabkan oleh hubungan langsung antara atrium dan ventrikel
melalui jaras tambahan.
C. MANIFESTASI KLINIS
SVT biasanya terjadi mendadak dan berhenti secara mendadak. Serangan
terjadi hanya beberapa detik saja bahkan sampai berjam-jam. Tanda dan
gejalanya yaitu :
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ), nadi mungkin tidak teratur,
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun,
kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema, haluaran urin menurun bila curah
jantung menurun berat
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah.
d. Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
e. Demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial), kehilangan tonus otot/kekuatan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
4. Tes stres latihan : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
5. Laboratorium : memeriksa darah dan urine untuk menyingkirkan
penyakit tiroid dan kadar obatobatan yang abnormal yang dapat
menyebabkan denyut jantung cepat.
E. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian adenosine
Merupakan nukleotida endogen yang berefek sangat cepat dan
berlangsung sangat singkat dengan konsekuensi pada hemodinami sangat
minimal. Adenosin dengan cepat dibersihkan dari aliran darah (sekitar 10
detik) dengan cellular uptake oleh sel endotel dan eritrosit. Obat ini akan
menyebabkan blok segera pada nodus AV sehingga akan memutuskan
sirkuit pada mekanisme reentry
2. Pada pasien AVRT atau AVNRT, prokainamid mungkin juga efektif.
Obat ini bekerja memblok konduksi pada jaras tambahan atau pada
konduksi retrograd pada jalur cepat pada sirkuit reentry di nodus AV.
Hipotensi juga sering dilaporkan pada saat loading dose diberikan.
3. Digoksin dilaporkan juga efektif untuk mengobati kebanyakan SVT pada
anak. Digoksin tidak digunakan lagi untuk penghentian segera SVT dan
sebaiknya dihindari pada anak yang lebih besar dengan WPW sindrom
karena ada risiko percepatan konduksi pada jaras tambahan
4. Bila adenosin tidak bisa digunakan serta adanya tanda gagal jantung
kongestif atau kegagalan sirkulasi jelas dan alat DC shock tersedia,
dianjurkan penggunaan direct current synchronized cardioversion dengan
kekuatan listrik sebesar 0,25 watt-detik/pon yang pada umumnya cukup
efektif. DC shock yang diberikan perlu sinkron dengan puncak
gelombang QRS, karena rangsangan pada puncak gelombang T dapat
memicu terjadinya fibrilasi ventrikel.
5. Bila DC shock tidak tersedia baru dipilih alternative kedua yaitu preparat
digitalis secara intravena. Dosis yang dianjurkan pada pemberian pertama
adalah sebesar ½ dari dosis digitalisasi (loading dose) dilanjutkan dengan
¼ dosis digitalisasi, 2 kali berturut-turut berselang 8 jam.
6. Bila pasien tidak mengalami gagal jantung kongestif, adenosin tidak bisa
digunakan, dan digitalis tidak efektif, infus intravena phenylephrine bisa
dicoba untuk konversi cepat ke irama sinus.
7. Price dkk pada tahun 2002, menggunakan pengobatan dengan flecainide
dan sotalol untuk SVT yang refrakter pada anak yang berusia kurang dari
1 tahun. Flecainide dan sotalol merupakan kombinasi baru, yang aman
dan efektif untuk mengontrol SVT yang refrakter.
F. KOMPLIKASI
SVT dapat menyebabkan gagal jantung dengan akibatnya terjadi
edema paru pada pasien dengan patologi ventrikel kiri (LV) yang telah ada
sebelumnya, karena penurunan pengisian diastolik tidak dapat ditoleransi
dalam kombinasi dengan penurunan curah jantung. Pada pasien dengan
penyakit arteri koroner yang telah ada, nadi cepat dapat menyebabkan
iskemia jantung dengan sensasi nyeri dada dan dispnea yang bersamaan
G. DISCHARGE PLANNING
1. Memberikan pendidikan tentang kondisi yang spesifik tentang SVT.
2. Memberikan instruksi spwsifik tentang obat dan efek sampingnya.
3. Mengajarkan tentang teknik memberi makan dan kebutuhan nutrisi.
4. Cara menjaga kesehatan jantung.
H. PATOFISIOLOGI
Terdapat dua mekanismesmi SVT :
1. Automacity : terjadi karena adanya perapatan aktivitas fase 4 dari
enteraltensial aksi jantung.
2. Reentry : mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya disebabkan
oleh kelainan kronis sepeti infark miokard lama/kardiomiopati dilatasi.
PATHWAY
SVT
(Supraventikular
Takikardi)
FORMAT PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama / inisial : Ny. R
Umur : 48 th
No. register : 401717
Agama : Islam
Alamat : jl. Sdw
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal MRS : 29 Juli 2018
Diagnosa Medis : SVT (Supraventikular Takikardi)
d. Pola Pertahanan
Klien bersikap terbuka kepada anak serta saudarnya saat terjadi
perubahan pada dirinya.
e. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien beragama islam sebelu sakit klien taan melakukan sholat 5
waktu dengan keluarganya. Saat sakit klien hanya berbaring lemah
diatas tempat tidur dan terpasang infus, serta alat-alat monitor.
g. Genogram
h.
Keterangan :
: laki laki
: perempuan
: perempuan meninggal
: garis perkawaninan
: garis keturunan
: klien
c. Istirahat
Tidur Tidur ± 7-8 jam Tidur ± 5 jam
sehari sehari
d. Personal Hygiene
Mandi 2-3x sehari 1x sehari disibini
Gosok gigi 2x sehari 1x sehari
2. Blood (sirkulasi/kardiovaskuler)
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V
Perkusi : bunyi pekak
Aulkultasi : tidak ada suara tambahan BJ 1 BJ 2 tunggal
3. Brain (persarafan/neurologis)
Tidak ada kaku kuduk, GCS : 4,5,6
4 : klien dapat membuka mata secara spontan (E)
5: klien mempunyai orientasi baik terhadap orang, tempat, dan
waktu ( verbal)
6 : klien dapat mengikuti perintah dengan baik. (motorik)
4. Blader (perkemihan/eliminasi)
Terpasang kateter pada saluran kencing. Warna dan
karakteristik urine khas seperti urine biasanya.
5. Bowel (pencernaan/eliminasi)
Inspeksi : bibir simetris, bibir tidak sianosis, tidak ada
stomatitis, tidak ada lesi dan pendarahan, mukosa
bibir lembab. Perut simetris, tidak ada lesi
Aulkultasi : bising usus normal 10x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tiak ada benjolan
Perkusi : tympani
6. Bone (tulang/kulit)
Inspeksi : kulit sawo matang, tidak ada lesi, tidak aja
jaringan parut
Palpasi : turgor normal, tidak ada odema, kulit halus. Tidak
ada nyeri tekan
2. EKG
HR : 120x/menit
Irama : sinus ireguler
Kelainan : pada gel T tinggi di 2 dan 3. V3
Pada gel S dalam di V3 dan V4
Akses : AUD
CTR : 84%
X. PENATALAKSANAAN
Infus : pz 8 tsm
Inj : Tiaryt pump 600 mg/ 18 jam
Furosemide 20 mg 3 x 1 ( bila TDS > 90)
Ceftriaxone (d2) 2 x 1 gr
Oral : OPG 75 mg
Diazepam 2 mg
Spironolactone 100 mg
ISDN 5 mg
Captopril 12,5 mg
Mengetahui, Ponorogo,
Pembimbing Ruangan Mahasiswa
(………………………) (……………..……….)
ANALISA DATA
Nama : Tn. R
Umur : 48 th
No. register : 401717
Do :
K/u : lemah
Kesadaran
umum :
composmentis
(tenang,
nyaman)
TB : 165 cm
TD : 100/35
mmHg
Nadi :
113x/menit
RR : 28x/menit
Suhu : 36,0℃
DAFTAR MASALAH
Nama : Tn. R
Umur : 48 th
No. register : 401717
Nama : Tn. R
Umur : 48 th
No. register : 401717
Nama : Tn. R
Umur : 48 th
No. register : 401717