Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

SVT (SUPRAVENTIKULAR TAKIKARDI)


Dosen pengampu :

Nurul Sri Wahyuni,M.Kes

Disusun oleh :

Nama : Nindi Naralika Fatma Delina


Nim : 17613067
Kelas : 1B

DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Supraventrikular Takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang
ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat
menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada
SVT mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel
HIS. Pada kebanyakan SVT mempunyai kompleks QRS normal. Kelainan ini
sering terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan gagal jantung (Aslinar,
2010).
  Supraventrikular takikardi (SVT) adalah detak jantung yang cepat dan
reguler berkisar antara 150-250 denyut per menit. SVT sering juga disebut
Paroxysmal Supraventrikular Takikardi (PSVT). Paroksismal disini artinya
adalah gangguan tiba-tiba dari denyut jantung yang menjadi cepat.
SVT di bagi menjadi 3 jenis yang sering ditemukan pada bayi dan anak,
yaitu:
1. Takikardi atrium primer (takikardi atrial ektopik)
Terdapat sekitar 10% dari semua kasus SVT, namun SVT ini sukar
diobati. Takikardi ini jarang menimbulkan gejala akut. Penemuannya
biasanya karena pemeriksaan rutin atau karena ada gagal jantung akibat
aritmia yang lama.
2. Atrioventricular re-entry tachycardia (AVRT)
Pada AVRT pada sindrom Wolf-Parkinson-White (WPW) jenis
orthodromic, konduksi antegrad terjadi pada jaras his-purkinye (slow
conduction) sedangkan konduksi retrograd terjadi pada jaras tambahan
(fast conduction). Kelainan yang tampak pada EKG adalah takikardi
dengan kompleks QRS yang sempit dengan gelombang p yang timbul
segera setelah kompleks QRS dan terbalik.
3. Atrioventricular nodal reentry tachycardia (AVNRT)
Pada jenis AVNRT, reentry terjadi di dalam nodus AV, dan jenis ini
merupakan mekanisme yang paling sering menimbulkan SVT pada bayi
dan anak. Sirkuit tertutup pada jenis ini merupakan sirkuit fungsional. Jika
konduksi antegrad terjadi pada sisi lambat (slow limb) dan konduksi
retrograd terjadi pada sisi cepat (fast limb), jenis ini disebut juga jenis
typical (slow-fast) atau orthodromic.

B. ETIOLOGI
a. Idiopatik, ditemukan hampir setengah jumlah pasien. Tipe idiopatik ini
biasanya terjadi lebih sering pada bayi daripada anak.

b. Sindrom Wolf Parkinson White (WPW) terdapat pada 10-20% kasus dan
terjadi hanya setelah konversi menjadi sinus aritmia. Sindrom WPW adalah
suatu sindrom dengan interval PR yang pendek daninterval QRS yang lebar;
yang disebabkan oleh hubungan langsung antara atrium dan ventrikel
melalui jaras tambahan.

c. Beberapa penyakit jantung bawaan (anomali Ebstein’s,single ventricle, L-


TGA)

C. MANIFESTASI KLINIS
SVT biasanya terjadi mendadak dan berhenti secara mendadak. Serangan
terjadi hanya beberapa detik saja bahkan sampai berjam-jam. Tanda dan
gejalanya yaitu :
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ), nadi mungkin tidak teratur,
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun,
kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema, haluaran urin menurun bila curah
jantung menurun berat
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah.
d. Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
e. Demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial), kehilangan tonus otot/kekuatan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
4. Tes stres latihan : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
5. Laboratorium : memeriksa darah dan urine untuk menyingkirkan
penyakit tiroid dan kadar obatobatan yang abnormal yang dapat
menyebabkan denyut jantung cepat.

E. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian adenosine
Merupakan nukleotida endogen yang berefek sangat cepat dan
berlangsung sangat singkat dengan konsekuensi pada hemodinami sangat
minimal. Adenosin dengan cepat dibersihkan dari aliran darah (sekitar 10
detik) dengan cellular uptake oleh sel endotel dan eritrosit. Obat ini akan
menyebabkan blok segera pada nodus AV sehingga akan memutuskan
sirkuit pada mekanisme reentry
2. Pada pasien AVRT atau AVNRT, prokainamid mungkin juga efektif.
Obat ini bekerja memblok konduksi pada jaras tambahan atau pada
konduksi retrograd pada jalur cepat pada sirkuit reentry di nodus AV.
Hipotensi juga sering dilaporkan pada saat loading dose diberikan.
3. Digoksin dilaporkan juga efektif untuk mengobati kebanyakan SVT pada
anak. Digoksin tidak digunakan lagi untuk penghentian segera SVT dan
sebaiknya dihindari pada anak yang lebih besar dengan WPW sindrom
karena ada risiko percepatan konduksi pada jaras tambahan
4. Bila adenosin tidak bisa digunakan serta adanya tanda gagal jantung
kongestif atau kegagalan sirkulasi jelas dan alat DC shock tersedia,
dianjurkan penggunaan direct current synchronized cardioversion dengan
kekuatan listrik sebesar 0,25 watt-detik/pon yang pada umumnya cukup
efektif. DC shock yang diberikan perlu sinkron dengan puncak
gelombang QRS, karena rangsangan pada puncak gelombang T dapat
memicu terjadinya fibrilasi ventrikel.
5. Bila DC shock tidak tersedia baru dipilih alternative kedua yaitu preparat
digitalis secara intravena. Dosis yang dianjurkan pada pemberian pertama
adalah sebesar ½ dari dosis digitalisasi (loading dose) dilanjutkan dengan
¼ dosis digitalisasi, 2 kali berturut-turut berselang 8 jam.
6. Bila pasien tidak mengalami gagal jantung kongestif, adenosin tidak bisa
digunakan, dan digitalis tidak efektif, infus intravena phenylephrine bisa
dicoba untuk konversi cepat ke irama sinus.
7. Price dkk pada tahun 2002, menggunakan pengobatan dengan flecainide
dan sotalol untuk SVT yang refrakter pada anak yang berusia kurang dari
1 tahun. Flecainide dan sotalol merupakan kombinasi baru, yang aman
dan efektif untuk mengontrol SVT yang refrakter.

F. KOMPLIKASI
SVT dapat menyebabkan gagal jantung dengan akibatnya terjadi
edema paru pada pasien dengan patologi ventrikel kiri (LV) yang telah ada
sebelumnya, karena penurunan pengisian diastolik tidak dapat ditoleransi
dalam kombinasi dengan penurunan curah jantung. Pada pasien dengan
penyakit arteri koroner yang telah ada, nadi cepat dapat menyebabkan
iskemia jantung dengan sensasi nyeri dada dan dispnea yang bersamaan
G. DISCHARGE PLANNING
1. Memberikan pendidikan tentang kondisi yang spesifik tentang SVT.
2. Memberikan instruksi spwsifik tentang obat dan efek sampingnya.
3. Mengajarkan tentang teknik memberi makan dan kebutuhan nutrisi.
4. Cara menjaga kesehatan jantung.

H. PATOFISIOLOGI
Terdapat dua mekanismesmi SVT :
1. Automacity : terjadi karena adanya perapatan aktivitas fase 4 dari
enteraltensial aksi jantung.
2. Reentry : mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya disebabkan
oleh kelainan kronis sepeti infark miokard lama/kardiomiopati dilatasi.
PATHWAY

Idiopatik Sindrom Wolf Parkinson Penyakit jantung


White (WPW) bawaan

SVT
(Supraventikular
Takikardi)

1. Perubahan tekanan 1. Nyeri dada ringan 1. Lemas/kelelahan


darah sampai berat 2. Kehilangan tonus
2. Nadi tidak teratur 2. Sesak otot
3. Irama tidak teratur 3. Sianosis
4. Frekuensi jantung 4. Hiperventilasi
meningkat 150- 5. Terdapat suara
250x/menit tambahan Intoleransi aktivitas

Penurunan curah jantung


Ketidakefektifan pola
nafas
ASUHAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
Jl. Budi Utomo No.10 Tlp. (0351)481124-487662

FORMAT PENGKAJIAN

Nama Mahasiswa : Nindi Naralika Fatma Delina


NIM : 17613067
Tgl. Pengkajian : 30 Juli 2018

I. IDENTITAS KLIEN
Nama / inisial : Ny. R
Umur : 48 th
No. register : 401717
Agama : Islam
Alamat : jl. Sdw
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal MRS : 29 Juli 2018
Diagnosa Medis : SVT (Supraventikular Takikardi)

II. KELUHAN UTAMA


a. Saat MRS : Pasien mengatakan tubuhnya berkeringat
dingin, badan terasa lemas sesak nafas, mual, dan dada berdear-
debar, mulai pukul 15.00 WIB pada tanggal 29 Juli 2018
b. Saat Pengkajian : pasien mengatakan dada berdebar-debar

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien merasakan badan terasa lemas dan sesak nafas sejak hari sabtu
pukul 15.00 WIB. Kemudian keluarga membawa pasien ke RS pukul
16.00 WIB, kemudian masuk IGD dan dipindahkan ke ruang ICCU
dikarenakan pasien harus mendapatkan perawatan yang intensif.

IV. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Pasien memiliki riwayat penyakit PJK dan paru sekitar 2 tahun yang
lalu dan pernah masuk rumah sakit. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi terhadap makanan ataupun yang lain.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Di dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita/mempunyai
riwayat penyakit seperti pasien dan dikeluarga pasien juga tidak ada
yang mempuanyai rwayat penyakit menular dan menurun.

VI. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


a. Persepsi dan Harapan Klien Terhadap Masalahnya
Klien mengatakan semoga penyakitnya yang dideritanya cepat
sembuh dan dapat melakukan aktifitas sehari-harinya dengan
normal.

b. Persepsi dan Harapan Keluarga Terhadap Masalah Klien


Keluarga klien mengatakan penyakit yang dialaminya pada pasien
adalah cobaan dari Allah SWT. Sebelumnya penyakitnya sudah
pernah terjadi sekitar 2 tahun yang lalu, keluarga pasien berharap
semoga pasien cepat sembuh dan bisa kembali beraktifitas

c. Pola Interaksi dan Komunikasi


Klien berkomunikasi dengan kooperatif dengan keluarga, perawat,
dokter, dan tenaga medis lainya dengan baik.

d. Pola Pertahanan
Klien bersikap terbuka kepada anak serta saudarnya saat terjadi
perubahan pada dirinya.
e. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien beragama islam sebelu sakit klien taan melakukan sholat 5
waktu dengan keluarganya. Saat sakit klien hanya berbaring lemah
diatas tempat tidur dan terpasang infus, serta alat-alat monitor.

f. Pengkajian Konsep Diri


Klien tidak merasa cemas/takut dengan perubahan yang terjadi
selama sakit.Klien ingin sekali cepat sembuh dari penyakitnya dan
tidak kambuh lagi.

g. Genogram

h.
Keterangan :

: laki laki

: perempuan

: laki laki meninggal

: perempuan meninggal

: garis perkawaninan

: garis keturunan

: klien

VII.POLA KESEHATAN SEHARI-HARI

POLA-POLA SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


a. Nutrisi :
 Frekuensi 3x sehari 3x sehari
 Jumlah 1 porsi habis ½ porsi

 Jenis makanan Nasi dengan lauk Nasi dengan lauk


sayur, tahu, tempe pauk yang
dan buah. disediakan oleh
rumah sakit.

 Minum Air putih sedikit Minum air putih


sedikit tapi sering. sedikit.
Kopi 1-2x sehari
b. Eliminasi BAB/ BAK
 Frekuensi BAK 3-5 x sehari Terpasang kateter,
BAB 1-2 x sehari dikaji urine yg
keluar 700 cc
dalam 7 jam
BAB 1x sehari
 Warna Khas BAB dan Khas BAB dan
BAK BAK

 Konsentrasi BAB padat, BAK BAB lembek, BAK


cair cair

 Bau BAB khas fases, BAB khas fases,


BAK khas urine BAK khas urine

c. Istirahat
 Tidur Tidur ± 7-8 jam Tidur ± 5 jam
sehari sehari

d. Personal Hygiene
 Mandi 2-3x sehari 1x sehari disibini
 Gosok gigi 2x sehari 1x sehari

 Ganti baju 2x sehari 1x sehari

e. Aktifitas Melakukan Hanya tidur di bed


aktifitasnya sendiri
dan bekerja keras
setiap hari.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : lemah
Kesadaran umum : composmentis (tenang, nyaman)
TB : 165 cm
TD : 100/35 mmHg
Nadi : 113x/menit
RR : 28x/menit
Suhu : 36,0℃

Menggunakan metode B1-B6


1. Breathing (pernafasan/respirasi)
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada lesi, normal
chest
Palpasi : vokal fremitus, getaran dada kanan dan kiri sama
Perkusi : suara normal, resonan
Aulkultasi : terdapat suara tambahan ronchi

2. Blood (sirkulasi/kardiovaskuler)
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V
Perkusi : bunyi pekak
Aulkultasi : tidak ada suara tambahan BJ 1 BJ 2 tunggal

3. Brain (persarafan/neurologis)
Tidak ada kaku kuduk, GCS : 4,5,6
4 : klien dapat membuka mata secara spontan (E)
5: klien mempunyai orientasi baik terhadap orang, tempat, dan
waktu ( verbal)
6 : klien dapat mengikuti perintah dengan baik. (motorik)

4. Blader (perkemihan/eliminasi)
Terpasang kateter pada saluran kencing. Warna dan
karakteristik urine khas seperti urine biasanya.

5. Bowel (pencernaan/eliminasi)
Inspeksi : bibir simetris, bibir tidak sianosis, tidak ada
stomatitis, tidak ada lesi dan pendarahan, mukosa
bibir lembab. Perut simetris, tidak ada lesi
Aulkultasi : bising usus normal 10x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tiak ada benjolan
Perkusi : tympani

6. Bone (tulang/kulit)
Inspeksi : kulit sawo matang, tidak ada lesi, tidak aja
jaringan parut
Palpasi : turgor normal, tidak ada odema, kulit halus. Tidak
ada nyeri tekan

IX. Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium :
 HB : 14,8 L
 HCT : 50,5 %
 MCH : 24,4 g
 MCHC : 29,1 g/dL
 BUN : 40,8
 Creathin : 3,85
 GDS : 195
 Na : 129
 Cl : 91

2. EKG
 HR : 120x/menit
 Irama : sinus ireguler
 Kelainan : pada gel T tinggi di 2 dan 3. V3
Pada gel S dalam di V3 dan V4
 Akses : AUD
 CTR : 84%

X. PENATALAKSANAAN
Infus : pz 8 tsm
Inj : Tiaryt pump 600 mg/ 18 jam
Furosemide 20 mg 3 x 1 ( bila TDS > 90)
Ceftriaxone (d2) 2 x 1 gr
Oral : OPG 75 mg
Diazepam 2 mg
Spironolactone 100 mg
ISDN 5 mg
Captopril 12,5 mg

Mengetahui, Ponorogo,
Pembimbing Ruangan Mahasiswa

(………………………) (……………..……….)

ANALISA DATA
Nama : Tn. R
Umur : 48 th
No. register : 401717

Tanggal Kelompok Data Masalah Penyebab


30 Juli 2018 Ds : Pasien Penurunan curah Perubahan
mengatakan dada jantug denyut/ irama
berdebar-debar, jantung
badan terasa
lemas

Do :
K/u : lemah
Kesadaran
umum :
composmentis
(tenang,
nyaman)
TB : 165 cm
TD : 100/35
mmHg
Nadi :
113x/menit
RR : 28x/menit
Suhu : 36,0℃

30 Juli 2018 Ds : pasien Ketidakefektifan Hiperventilasi


mengatakan pola nafas
sesak nafas
Do :
RR : 28x/menit
O2 : 4 lpm
Terdapat caping
hidung

DAFTAR MASALAH
Nama : Tn. R
Umur : 48 th
No. register : 401717

No Tanggal Diagnose keperawatan Tgl teratasi Ttd


30 Juli 2018 Penurunan curah jantung b.d.
1. perubahan denyut/irama jantung

2. 30 Juli 2018 Ketidakefektifan pola nafas b.d


hiperventilasi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. R
Umur : 48 th
No. register : 401717

NO DIAGNOSA TUJUAN / KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL Ttd


KEPERAWATA
N
1. Penurunan curah Tujuan : setelah
dilakukan 1. BHSP 1. Untuk membentuk rasa
jantung b.d. 2. Observasi TTV salingbpercaya antara
tindakan 1x24 jam di harapkan
perubahan 3. Monitor status pasien dan perawat
denyut/irama curah jantung dalam batas normal kardiovaskuler 2. Untuk memastikan TTV
jantung 4. Monitor status dalam batas normal
KH :
pernafasan 3. Untuk memastikan
- TTV dalam batas normal 5. Monitor jumlah irama kardiovaskuler dalam
jantung batas normal
- Dapat mentoleransi aktivitas,
6. Auskultasi bunyi 4. Untuk mengetahui
tidak ada kelelahan jantung keabnormalan sistem
7. Monitor toleransi pernafasan
- Tidak ada edema paru perifer
aktivitas pasien 5. Untuk mengetahui
dan tidak ada asitas 8. Kalaborasikan dengan jumlah irama jantung
tim medis 6. Untuk mengetahui
- Tidak ada penurunan
keabnormalan jantung
kesadaran 7. Untuk mempercepat
proses pemulihan
8. Untuk mendapatkan
terapi yang lebih baik
2. Ketidakefektifan Tujuan : setelah dilakukan 1. Posisikan pasien 1. Untuk memastikan
pola nafas b.d untuk mematikan/ pemberian posisi dengan
tindakan 1x24 jam di harapkan
hiperventilasi memaksimalkan nyamann dan ventilasi
pola nafas dalam batas normal ventilasi dapat berjalan lancar
2. Auskultasi suara nafas 2. Untuk mengetahui suara
KH :
catat adanya suara nafas tambahan
-Mendemonstrasikan batuk efektif tambahan 3. Untuk mengetahui
3. Monitor respirasi dan jumlah respirasi dalam
dan nafas yang bersih, tidak
O2 batas normal
ada sianosis, mampu bernafas 4. Pertahankan jalan 4. Untuk mempertahankan
nafas tidak terjadi sumbatan
dengan mudah
5. Observasi apakah ada jalan nafas
-Menunjuka jalan nafas yang tanda-tanda 5. Untuk mengetahui/
hipoventilasi memastikan tidak terjadi
paten (pasien tidak merasa
6. Monitor sianosis hipoventilasi
tercekik, irama nafas, perifer 6. Untuk memastikan tidak
7. Monitor kualitas nadi terjadi sianosis
frekuensi pernafasan dalam
8. Kalaborasikan 7. Untuk memastikan nadi
rentang normal, tidak ada pemberian O2 dalam batas normal
8. Untuk membantu
suara tambahan abnormal)
bernafas
-TTV dalam batas normal
CATATAN TINDAKAN PERKEMBANGAN

Nama : Tn. R
Umur : 48 th
No. register : 401717

NO Tanggal/jam Tindakan Keperawatan Ttd


1. 30 Juli 2018 1. Mengobservasi TTV
14.00 WIB R/ TD : 101/35 mmHg
N : 113x/mnit
S : 36,0°C
RR : 28x/mnit
2. Memonitor status kardiovaskular
R/ SPO2 : 79
3. Memonitor status perafasan
R/ 28x/mnit
4. Memonitor jumlah dan irama jantung
R/ jumlah iraama : 113x/mnit
Irama : ireguler
5. Mengauskultasi bunyi jantung
R/ BJ 1 BJ 2 tunggal
6. Memonitor toleransi aktifitas
R/ pasien harus bedrest terlebih dahulu
7. Mengkalaboraskan dengan tim medis
R/ tyaryt pump : 600 mg/18 jam
Furosemide : 20 mg 3x1 (bia TDS > 90)
Cefticixon 2x1 gr
8. Memposisikan pasien untuk memastikan/ memaksimalkan ventilasi
R/ posisikan semiflower
9. Mengauskultasi bunyi sura nafas tambahan
R/ terdapat bunyi suara nafas tambahan ronki
10. Memonitor respirasi dan O2
R/ SPO2 :79 O2 : 4 lpm
11. Mengobservasi tanda-tanda hipoventilasi
R/ tidak ada tanda-tanda hipoventilasi
12. Memonitor adanya sianosis
R/ terdapat sianosis
13. Mengkalaborasikan pemberian O2
R/ O2 : 4 lpm
CATATAN PERKEMBANGAN

NO Tanggal/jam Perkembangan Ttd


1. 30 Juli 2018 S : pasien mengatakan dada berdebar-
14.00 WIB debar
O : k/u : lemah
Kesadaran : composmentis
GCS : 4,5,6
TTV : TD : 106/63 mmHg
S : 36,0 C
N : 115x/mnit
RR : 26x/mnit
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 5,6,7,8
2. 30 juli 2018
8.00 WIB S : pasien mengatakan sesak sedikit
berkurang
O : k/u lemah
Kesadarn : composmentis
GCS : 4,5,6
TTV : TD : 106/63 mmHg
S : 36,2 C
N : 116x/mnit
RR : 26x/mnit
O2 : 4 lpm
A : masalh teratas sebagian
P : lanjutkan intervensi no 5,6,7,8

Anda mungkin juga menyukai