ABSES MANDIBULA
Oleh:
NIM 17613043
2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disusun dalam rangka memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan 3 Mahasiswa DIII
Pembimbing Institusi
A. Definisi
Abses terjadi sebagai akumulasi dari pus dalam suatu rongga patalogis yang dapat
terjadi dibagian tubuh manapun sebagai reaksi pertahanan tubuh terhadap benda asing.
Abses adalah kumpulan pus yang terletak dalam satu kantung yang terbentuk dalam
jaringan yang disebabkan oleh suatu proses infeksi oleh bakteri, parasit atau benda asing
lainnya. Abses merupakan reaksi pertahanan yang bertujuan mencegah agen-agen infeksi
Abses submandibula adalah pembengkakan yang cepat pada dasar mulut dan ruang
submandibula yang merupakan sekunder infeksi dari infeksi jaringan lunak, infeksi tonsil
Abses submandibula adalah suatu peradangan yang diertai pembentukan pus pada
daerha submandibula. Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam
(deep neck infection). Pada umumnya sumber infeksi pada ruang submandibula berasal
dari proses infeksi dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe submandibula. Mungkin
juga kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam lainnya (Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, 2007).
B. Anatomi
Ruang submandibular terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. Ruang
sublingual dipisahkan oleh ruang submaksila oleh otot milodiodid. Ruangan submaksila
selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot
Sebelah atas dibatasi oleh membrane mukosa dasar mulut dan lidah, sebelah bawah
dibatasi fasia yang membentang dari os hyoid ke mandibula. Ruang submandibula terbagi
C. Etiologi
Abses submandibula adalah penyakit yang dapat berpotensi mengancam nyawa jika
dan lupus eritematous sistemik. Paling sering terjadi pada usia 20 dan 60 tahun, dengan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paolo Rizzo, penyebab tersering abses
submandibula adalah infeksi pada gigi (46,9%). Selain disebabkan oleh infeksi gigi,
limfadenitis, trauma, atau pembedahan dan bisa juga sebagai kelanjutan infeksi ruang
leher dalam lain. Penyebab infeksi dapat disebabkan oleh kuman aerob, anaerob atau
campuran.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Huang T, Chen T, Rong P, Tseng
F, Yeah T, Shyang C. Deep neck infection: analysis of 18 cases mengatakan bahwa kultur
penyebab dari Abses Submandibula disebabkan oleh campuran berbagai kuman, baik
kuman aerob, anaerob maupun fakultatif anaerob. Kuman aerob yang sering ditemukan
Moraxtella catarrhalis, Klebsiell sp, Neisseria sp. Kuman anaerob yang sering ditemukan
pada abses leher dalam adalah kelompok batang gram negative, seperti Bacteroides,
D. Patofisiologi
Jika bakteri menusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeks.
Sebgian sel mati dan hancur, menigglakan rongga yang berisi jaringan dan se-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalalm melawan infeksi,
bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri.sel darah putih kakan
mati, sel darah putih yang mati inilah yang memebentuk nanah yang mengisis rongga
tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong jaringan
pada akhirnya tumbuh di sekliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses hal ini
merupakan mekanisme tubuh mencefah penyebaran infeksi lebih lanjut jka suat abses
pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah
Bakteri
Infeksi
Meninggalkan
rongga berisi
Kematian sel jaringan & sel mati
Anxietas Resiko
P↓ intake nutrisi Nyeri Kerusakan
infeksi
integritas
kulit
Pemenuhan nutrisi kurang Intoleransi
dari kebutuhan aktivitas
F. Tanda Gejala
1. Nyeri leher
2. Demam
3. Trismus
6. Teraba hangat
7. Kemerahan
8. Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan.
7
G. makan.
G. Komplikasi
1. Diabetes militus
2. Trismus
sehimgga terjadi perdarahan hebat, bila terjadi periflebitis atau endoflebitis, dapat
vertebra servikal. Dapat juga terjadi obstuksi saluran nafas atas, mediastinitis,
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
4. CT Scan
5. MRI (dapat mengetahui lokasi abses, perluasan dan sumber infeksi)
I. Penatalaksanaan
1. Antibiotik (parenteral)
Untuk mendapatkan jenis antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebab, uji
(mencakup terhadap kuman aerob dan anaerob, gram positip dan gram negatif)
adalah pilihan terbaik mengingat kuman penyebabnya adalah campuran dari berbagai
baik. Setelah hasil uji sensistivitas kultur pus telah didapat pemberian antibiotik
dapat disesuaikan.
yaitu lebih dari 70%. Metronidazole dan klindamisin angka sensitifitasnya masih
tinggi terutama untuk kuman anaerob gram negatif. Antibiotik biasanya dilakukan
2. Bila abses telah terbentuk, maka evakuasi abses dapat dilakukan. Evakuasi abses
dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau
eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat
yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid, tergantung letak dan luas abses. Bila
dilakukan.
perlu dipertimbangkan.
4. Pasien dirawat inap 1-2 hari hingga gejala dan tanda infeksi reda.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Abses bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja, namun yang paling
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : Nyeri, panas, bengkak, dan kemerahan pada area abses.
a) Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam
b) Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril atau terkena peluru, dll.
c) Riwayat infeksi (suhu tinggi) sebelumnya yang secara cepat menunjukkan rasa
3) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit menular dan kronis, seperti TBC dan
diabetes mellitus.
c. Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi atau insisi pembedahan
3. Intervensi keperawatan
Definisi : pengalaman sensori dan emsional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarka dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain): awitan ang
tiba-tiba atau lamat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
- Pain control
- Comfort level
Kriteria Hasil :
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non
Intervensi Rasional
1) Observasi TTV
intervensi selanjutnya
R/ Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien dengan non farmakologis
NOC : Thermoregulation
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
demam
- Risk control
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
1) Monitor tanda dan gejala nfeksi sistemik dan lokal
4) Berikan terapi antibiotic bila perlu Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
Nurarif, A.H dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keerawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Santosa, Agus. 2017. Abses Submandibula Dengan Komplikasi Mediastinitis. Vol 2. No 2. Hal
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telingan Hidung
Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi ke-6. Hal 26-30. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Yuliana Litha, dkk. 2019. Submandibular Absces. Vol 1. No 2. Palu: Jurnal Medical Profession
(MedPro).