Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN ABSES
MANUS SINISTRA DI RUANG FLAMBOYAN B
RSUD Dr.KANUDJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2019

Dosen Pembimbing :

Ns. Siti Nuryanti, S.Kep, M.Pd

Rus Andraini, A.Kp, M.PH

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

1. Bella Febrianti (P07220117044) 6. Reischa Delfi O (P07220117069)


2. Hanifah Fauziah A (P07220117050) 7. Samudra Nur K (P07220117071)
3. Hary Handhika P (P07220117051) 8. Sundari Rizky Y (P07220117074)
4. Jessyca Dumanaw (P07220117055) 9. Nelvia Ivanka (P07220117061)
5. Novia Puspita Sari (P07220117064) 10. Rusdiyati (P07220116114)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM

PRODI D-III KEPERAWATAN BALIKPAPAN


TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah seminar kasus KMB II dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada klien dengan Abses Manus Sinistra” di ruangan Flamboyan B dr.Kanudjoso
Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur dan kami berterima kasih kepada :

1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan


Timur
2. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr.Kanudjoso Djatiwibowo
Balikpapan
3. Kepala ruangan dan Clinical Instructure di lahan praktik Rumah sakit
Umum Daerah dr.Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan
4. Ketua jurusan D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Kalimantan Timur
5. Ketua Prodi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Kalimantan Timur
6. Penanggung jawab D-III Keperawatan Kelas Balikpapan
7. Dosen pembimbing praktek KMB II
8. Dosen Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur dan staff
9. Rekan Keperawatan angkatan baik sekelompok maupun yang lain

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami menyadari bahwa dalam seminar kasus ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan seminar kasus yang kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

1
Semoga seminar kasus ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca
nya, sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
yang membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan seminar kasus ini .

Balikpapan

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................3

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................6

BAB I ....................................................................................................................... 7

PENDAHULUAN ...................................................................................................7

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 7

B. Tujuan .......................................................................Error! Bookmark not defined.

C. Sistematika penulisan ............................................................................................. 9

BAB II ....................................................................................................................10

PEMBAHASAN ....................................................................................................10

A. Konsep Dasar Penyakit ......................................................................................... 10

1. Definisi.............................................................................................................. 10

2. Anatomi Fisiologi ............................................................................................. 10

3. Etiologi.............................................................................................................. 14

4. Manifestasi Klinis ............................................................................................. 15

5. Patofisiologis .................................................................................................... 16

6. Pathway............................................................................................................. 18

7. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 19

8. Penatalaksanaan ................................................................................................ 19

9. Komplikasi ........................................................................................................ 19

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ..................................................................... 20

1. Pengkajian......................................................................................................... 20

3
2. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul ................................................... 20

3. Intervensi .......................................................................................................... 21

BAB III ..................................................................................................................23

PENUTUP.............................................................. Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 71

4
5
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul kasus : Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.S Dengan Abses Manus
Sinistra Di Ruang Flamboyan B RSUD Kanudjoso Djatiwibowo
Balikpapan Tahun 2019

Kelompok : Kelompok 3 (Mhs SMT V JALUR UMUM REGULER)

Prodi : D-III Keperawatan Samarinda Kelas Balikpapan

Laporan kasus ini telah dipersetujui untuk diseminarkan di hadapan Pembimbing


CI RSKD BALIKPAPAN dan Dosen pembimbing Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Keperaawatan

Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan

Pada Tanggal Oktober 2019

Menyetujui,

CI Flamboyan B RSKD Balikpapan Dosen Pembimbing

( ) ( )

NIP. NIP.

Mengetahui ,

Penanggung Jawab

D-III Keperawatan Kelas Balikpapan

Ns. Grace Carol S, M.Kep.,Sp.Kep.Mat

NIP.195708121979092001

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepanjang sejarah manusia, jutaan orang dilaporkan meninggal
dunia akibat infeksi bakteri. Infeksi dapat menular dari satu orang ke orang
lain atau dari hewan ke manusia. Secara umum disebabkan oleh empat
kelompok besar hama penyakit yaitu bakteri, jamur, virus, dan parasite
(Jawetz et al, 2001). Di Negara berkembang angka kematiannya mencapai
39,5 juta, lebih dari 25% disebabkan oleh penyakit infeksi dan parasite.

Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang


telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya
proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda
asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini
merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah
infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi
nanah.(Siregar, 2004).

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu


infeksi bakteri.Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka
akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga
yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi.

Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam


melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan
bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan
nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses;

7
hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar
di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi
abses.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah suatu


infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya
benda asing (misalnya luka peluru maupun jarum suntik) dan mengandung
nanah yang merupakan campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel
darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka
rumusan masalah diatas adalah Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Tn.
S Dengan Abses Manus Sinistra Di Ruang Flamboyan B RSUD
Dr.Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kasus
Tn. S dengan Abses Manus Sinistra secara rinci dan mendalam yang
ditekankan pada aspek Abses Manus Sinistra Di Ruang Flamboyan B
RSUD Dr.Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji klien Tn. S Abses Manus Sinistra Di Ruang Flamboyan
B RSUD Dr.Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019
b. Menegakkan diagnosis keperawatan klien Tn. S Abses Manus
Sinistra Di Ruang Flamboyan B RSUD Dr.Kanudjoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019
c. Menyusun perencanaan keperawatan klien Tn. S Abses Manus
Sinistra Di Ruang Flamboyan B RSUD Dr.Kanudjoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019

8
d. Melaksanakan intervensi keperawatan Tn. S Abses Manus Sinistra
Di Ruang Flamboyan B RSUD Dr.Kanudjoso Djatiwibowo
Balikpapan Tahun 2019
e. Mengevaluasi klien Tn. S Abses Manus Sinistra Di Ruang
Flamboyan B RSUD Dr.Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan
Tahun 2019

3. Sistematika penulisan
BAB I Pendahuluan :
Terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Dan
Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Teori :
Terdiri dari Pengertian, Anatomi Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi,
Patoflowdiagram, Tanda Dan Gejala, Pemeriksaan Penunjang,
Penatalaksanaan Medis, Komplikasi dan Konsep Dasar Keperawatan.
BAB III Penutup :
Terdiri dari Kesimpulan

9
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil
yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena
adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena
adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik).
Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk
mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain.
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong
berisi nanah. (Siregar, 2004)
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai
akibat dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah
merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel
darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik.
(Morison, 2003)
Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang
kemudian pecah, rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena
fibrosis, meninggalkan jaringan parut yang kecil. (Underwood, 2000)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah
terbentuknya kantong berisi nanah pada jaringan kutis dan subkutis
akibat infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri/parasit atau karena
adanya benda asing.

2. Anatomi Fisiologi
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar
tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit
beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6kg

10
dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi
mulai 0,5 - 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit
tipis seperti : kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial
lengan atas. Sedangkan kulit tebal seperti pada telapak tangan, telapak
kaki, punggung, bahu dan bokong.

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, yaitu :

a. Lapisan luar adalah epidermis yang merupakan Lapisan epitel


berasal dari ectoderm
b. Lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau
korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam), yaitu :

a. Stratum Korneum (lapisan tanduk)


Merupakan lapisan epidermis paling atas, terdiri atas
beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses
metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air.
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
b. Stratum Lusidum (lapisan bening)
Disebut juga lapisan barrier terletak dibawah lapisan tanduk
dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-
sel jernih yg kecil - kecil, tipis, dan bersifat translusen sehingga
dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak
jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
c. Stratum Granulosum (lapisan berbutir)
Tersusun oleh sel-sel keratonosit berbentuk kumparan yang
mengandung butir - butir di dalam protoplsmanya, berbutir kasar dan
berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak
tangan dan telapak kaki.

11
d. Stratum Spinosum (lapisan bertaju)
Disebut juga lapisisan malphigi terdiri atas sel-sel yang
saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan
protoplasma berbentuk kubus. Jika selsel lapisan saling berlepasan,
maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen
kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju
normal, tersusun menjadi beberapa baris.
e. Stratum Basale /Stratum Germinativum (lapisan benih)
Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu
baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap
permukaan dermis. Alas selsel torak ini bergerigi dan bersatu dengan
lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus
yang membatasi epidermis dengan dermis. Terdapat aktifitas mitosis
yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel
epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari
untuk migrasi kepermukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor
lain. Merupakan satu lapis sel yg mengandung melanosit.

Epidermis mempunyai fungsi sebagai berikut, yaitu :

a. Proteksi barrier
b. Organisasi sel
c. Sintesis vitamin D dan sitokin
d. Pembelahan dan mobilisasi sel
e. Pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).

Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang


sering dianggap sebagai “True Skin” karena 95% dermis membentuk
ketebalan kulit. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang
paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Kulit jangat atau dermis
menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut,

12
kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak,
pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut
(muskulus arektor pili).

Lapisan Dermis terdiri dua lapisan, yaitu :

a. Lapisan papiler, tipis mengandung jaringan ikat jarang.


b. Lapisan retikuler, tebal terdiri dari jaringan ikat padat

Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis


yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang
menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.
Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan
keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis
untuk regenerasi.
Subkutis/hipodermis mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Melekat ke struktur dasar
b. Isolasi panas
c. Cadangan kalori
d. Kontrol bentuk tubuh
e. Mechanical shock absorber.

Suplai darah dan nutrisi untuk kulit diperoleh dari arteri yang
membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis
dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil
meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis tiap papilla
dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis
tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui
membran epidermis pembuluh darah kulit.

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh, yaitu :

13
a. Memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan
b. Sebagai barier infeksi
c. Mengontrol suhu tubuh (termoregulasi)
d. Sensasi
e. Eskresi
f. Metabolisme.

Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan


dan elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu
fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran
saraf seperti pada daerah bibir, putting dan ujung jari. Kulit berperan
pada pengaturan suhu & keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi
dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses
keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan
mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi
pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan
melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun,
pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan
mempertahankan panas.

3. Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan
abses melalui beberapa cara :

a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan
jarum yang tidak steril
b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain

14
c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia
dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan
terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

a. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya


infeksi
b. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
c. Terdapat gangguan sistem kekebalan
d. Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus

4. Manifestasi Klinis
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-
paru, mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan di dalam
kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika timbul di wajah.

Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung


kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf.
Gejalanya bisa berupa:

a. Nyeri
b. Nyeri tekan
c. Teraba hangat
d. Pembengkakan
e. Kemerahan
f. Demam

Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak


sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan
tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh,
sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar.

15
Paling sering, abses akan menimbulkan Nyeri tekan dengan massa yang
berwarna merah, hangat pada permukaan abses, dan lembut.

5. Patofisiologis
Jika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan
terjadi suatu infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan
rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah
putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri, sel
darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk
nanah yang mengisi rongga tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan


terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan
menjadi dinding pembatas. Abses dalam hal inimerupakan mekanisme
tubuh mencegah penyebaran infeksi lanjut. Jika suatu abses pecah di
dalam tubuh, maka infeksi bias menyebar kedalam tubuh maupun
dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.

Leukositosis secara umum merupakan peningkatan jumlah


leukosit dalam darah. Leukosit terdiri atas enam sel, yaitu netrofil
polimorfonuklear, basophil polimorfonuklear, monosit, limfosit, dan sel
plasma. Leukosit merupakan sel darah yang berperan dalam tubuh untuk
menangkal berbagai agen-agen infeksi, seperti virus dan bakteri.

Dalam proses infeksi, peningkatan sel-sel leukosit akan terjadi


karena tubuh mencoba mengompensasi kerusakan jaringan akibat
infeksi tersebut. Sel-sel polimorfonuklear dari leukosit (granulosit) yang
dilepaskan dari sumsum tulang normalnya memiliki masa hidup empat
sampai delapan jam dalam sirkulasi darah dan empat sampai lima hari
berikutnya dalam jaringan yang membutuhkan. Dalam infeksi yang
lebih berat, granulosit akan bekerja lebih cepat di jaringan yang
terinfeksi dan masa hidup dari granulosit akan menurun drastis.

16
Oleh karena itu, selama infeksi terjadi akan terjadi mekanisme
yang mendorong pembuatan leukosit untuk meningkatkan jumlah
leukosit guna menyokong penanggulangan infeksi. Peningkatan dari
sel-sel leukosit inilah yang disebut dengan leukositosis dan hal ini
menjadi salah satu indikasi terjadinya infeksi.

Jika ada agen infeksi masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan


peradangan, makrofag, yang berasal dari monosit, di jaringan yang
terinfeksi akan menjadi lini pertahanan pertama melawan agen infeksi
tersebut selama beberapa jam. Makrofag kemudian akan dibantu oleh
netrofil yang menginfiltrasi jaringan yang terinfeksi sebagai lini
pertahanan kedua.

Lalu kemudian menyusul monosit yang juga menginfiltrasi


jaringan dengan membengkak dan berubah menjadi makrofag sebagai
lini pertahanan ketiga. Lini pertahanan keempat adalah peningkatan
hebat produksi granulosit dan monosit oleh sumsum tulang dan terjadi
leukositosis. Hal ini disebabkan oleh rangsangan-rangsangan yang
berasal dari makrofag yang berada di jaringan yang terinfeksi. Hal ini
menunjukkan bahwa jika terjadi leukositosis, infeksi yang telah terjadi
sudah cukup parah.

17
6. Patoflowdiagram

18
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan
rontgen, USG, CT Scan, atau MRI.

8. Penatalaksanaan
Menurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak
membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik. Namun demikian,
kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah, debridement
dan kuretase. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk
mengidentifikasi penyebabnya, terutama apabila disebabkan oleh
benda asing, karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak
disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan
diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgetik dan
antibiotik. Drainase abses dengan menggunakan pembedahan
diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa
yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Drain dibuat dengan
tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa diproduksi bakteri.
Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang
kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai
tindakan terakhir yang perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat
dan meninggikan posisi anggota gerak dapat dilakukan untuk
membantu penanganan abses kulit.

9. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke
jaringan sekitar atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat
yang ekstensif (gangren). Pada sebagian besar bagian tubuh, abses
jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis
secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses.
Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun

19
jarang, apabila abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya
abses leher dalam yang dapat menekan trakea. (Siregar, 2004)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas
Abses bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia
berapa saja, namun yang paling sering diserang adalah bayi dan
anak-anak.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Nyeri, panas, bengkak, dan kemerahan pada area abses.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali,
sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan.
b) Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril
atau terkena peluru, dll.
c) Riwayat infeksi (suhu tinggi) sebelumnya yang secara cepat
menunjukkan rasa sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak
bisa dikeluarkan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit menular dan kronis, seperti TBC dan diabetes
mellitus.
4) Pemeriksaan fisik

2. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul


a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi atau insisi
pembedahan
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
c. Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan.
d. Resiko Infeksi berhubungan dengan luka terbuka

20
3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan/insisi pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
- Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyerinya berkurang
- Klien dapat rileks, klien mampu mendemonstrasikan
keterampilan relaksasi dan aktivitas sesuai dengan
kemampuannya
- TTV dalam batas normal ; TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x /
menit, pernapasan : 20 x / menit.

Intervensi:

1) Observasi Tanda – tanda Vital


Rasional : Sebagai data awal untuk melihat keadaan umum klien
2) Kaji skala, lokasi, dan karakteristik nyeri.
Rasional : Sebagai data dasar mengetahui seberapa hebat nyeri
yang dirasakan klien sehingga mempermudah intervensi
selanjutnya
3) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
Rasional : Reaksi non verbal menandakan nyeri yang dirasakan
klien hebat
4) Dorong menggunakan teknik manajemen relaksasi.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien
dengan non farmakologis
5) Kolaborasikan obat analgetik sesuai indikasi.
Rasional : Mempercepat penyembuhan terhadap nyeri
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

21
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
hipertermi dapat teratasi.
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36 0 C – 37 0C).
Intervensi :
1) Observasi TTV, terutama suhu tubuh klien.
Rasional : Untuk data awal dan memudahkan intervensi
2) Anjurkan klien untuk banyak minum, minimal 8 gelas / hari.
Rasional : Untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan tubuh
dari demam
3) Lakukan kompres hangat.
Rasional : Membantu vasodilatasi pembuluh darah sehingga
mempercepat hilangnya demam
4) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.
Rasional : Mempercepat penurunan demam

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan


Tujuan : Dapat tercapainya proses penyembuhan luka tepat waktu.
Kriteria hasil :
- Luka bersih, tidak bau
- Tidak ada pus/secret
- Edema disekitar luka berkurang.

Intervensi :
1) Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Rawat luka dengan baik dan benar dengan teknik aseptic
Rasional : Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga
kontaminasi luka.
3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti biotik.

22
Rasional : Menghilangkan infeksi penyebab kerusakan jaringan.

d. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan luka terbuka


Tujuan : Penyebaran infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : Klien bebas tanda dan gejala penyebaran infeksi
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda infeksi
Rasional : Deteksi dini terhadap infeksi
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptic
Rasional : Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan
penyebaran bakteri
3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic
Rasional : Menghilangkan infeksi penyebab kerusakan jaringan.

BAB III

TINJAUAN KASUS

23
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : 8 Oktober 2019

Tanggal Pengkajian : 8 Oktober 2019

Jam Pengkajian : 13. 30 WITA

Jam Masuk : 13. 00 WITA

No. RM : xx.xx.xx

Diagnosa Masuk : Abses Manus (S) + DM Type II, Riwayat penyakit Morbus Hansen

IDENTITAS

1. Nama Pasien : Tn. S Penanggung jawab biaya : Paman


2. Tanggal lahir : 8 Agustus 1979 Nama : Tn. M
3. Suku Bangsa : Jawa Alamat : xxxx
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SLTA
6. Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : xxxx

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1. Keluhan Utama : Nyeri pada punggung tangan

2. Keluhan Penyakit Sekarang :

24
Pasien mengatakan nyeri di tangan kiri, kurang lebih 1 minggu, 3 hari sebelum di rujuk
merasakan bengkak di tangannya dan tampak kemerahan, setelah itu hari selasa, 08
Oktober 2019 pasien dirujuk dari puskesmas pukul 09.00 pagi ke Poli Rumah Sakit
Kanujoso Djatiwibowo, setelah dari poli pasien langsung menuju ruang rawat inap
ruang Flamboyan B kamar 7 pada pukul 13.00 WITA.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1. Pernah dirawat  ya tidak kapan: Mei


diagnosa: DM Tipe II

2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak jenis: Morbus Hensen
Riwayat kontrol : 1 Bulan Sekali
Riwayat penggunaan obat : Metformin 500 mg 3x1

3. Riwayat alergi ya  tidak jenis: -

4. Riwayat operasi  ya tidak kapan: Bulan Mei 2019

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

ya  tidak

GENOGRAM

25
PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan

Alkohol ya Tidak 

Keterangan

Merokok ya Tidak 

Keterangan

Obat ya Tidak 

Keterangan

Olahraga ya  Tidak

26
Keterangan

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum :
Posisi pasien : Supinasi

Alat medis/ invasif yang terpasang : Vemplon

Tanda klinis yang mencolok : ( - ) sianosis ( - ) perdarahan

Sakit ringan  Sakit sedang Sakit berat

2. Kesadaran:
Kualitatif :

 Compos Mentis Apatis


Somnolen Sopor Koma

Kuantitatif : GCS : E4 M6 V5

Tabel 1: Skor Pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale)

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Pemeriksaan Tanda Tanda Vital


S : 36.5 C N:101x/menit TD : 140/80 mmHg RR : 20x/menit

Tekanan sistolik + (2 x tekanan diastolik)

27
MAP : = 87 mmHg

4. Kenyamanan/nyeri
Nyeri ya  Tidak

P : Provokatif dan palliatif: Pasien mengatakan nyeri karena luka pada punggung
tangan kiri

Q : Quality dan Quantitas:Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk

R : Regio :Pasien mengatakan nyeri daerah punggung tangan kiri

S : Severity:Skala nyeri 4

T : Time :Pasien mengatakan nyeri hilang timbul

Masalah Keperawatan : Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis

5. Status Fungsional/Aktivitas dan Mobilisasi Barthel Indeks


No Fungsi Skor Uraian Nilai Skor

1. 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar)

28
Mengendalikan 1 Kadang-kadang tak terkendali
rangsang defekasi
2 Mandiri 2
(BAB)

2. Mengendalikan 0 Tak terkendali/pakai kateter


rangsang berkemih
1 Kadang-kadang tak terkendali (1 x 24 jam)
(BAK)
2 Mandiri 2

3. Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain


(cuci muka, sisir
1 Mandiri 1
rambut, sikat gigi)

4. Penggunaan 0 Tergantung pertolongan orang lain


jamban, masuk dan
1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
keluar (melepaskan,
tetapi dapat mengerjakan sendiri kegiatan
memakai celana,
yang lain
membersihkan,
menyiram) 2 Mandiri 2

5. Makan 0 Tidak mampu

1 Perlu ditolong memotong makanan

2 Mandiri 2

6. Berubah sikap dari 0 Tidak mampu


berbaring ke duduk
1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2
orang)

2 Bantuan (2 orang)

3 Mandiri 3

7. Berpindah/berjalan 0 Tidak mampu

29
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda

2 Berjalan dengan bantuan 1 orang

3 Mandiri 3

8. Memakai baju 0 Tidak mampu

1 Sebagian dibantu (misalnya mengancing


baju)

2 Mandiri 2

9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu

1 Butuh pertolongan

2 Mandiri 2

10. Mandi 0 Tergantung orang lain

1 Mandiri 1

Total skor 20

Kategori tingkat ketergantungan pasien: Mandiri

Keterangan:

20 = Mandiri

12 – 19 = Ketergantungan ringan

9 – 11 = Ketergantungan sedang

5–8 = Ketergantungan berat

0–4 = Ketergantungan total

Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN

30
6. Pemeriksaan Kepala
Finger print di tengah frontal : (  ) Terhidrasi ( ) Dehidrasi

Kulit kepala (  ) Bersih ( ) Luka

Rambut :

Penyebaran : Merata

Warna : Hitam

Mudah patah : Tidak Mudah Patah

Bercabang : Tidak Bercabang

Cerah / kusam : Cerah

Mata:

Sklera : (  ) Putih ( ) Ikterik

Konjungtiva : (  ) Merah muda ( ) Anemia

Palpebra : (  ) Tidak ada edema ( ) Edema

Kornea : (  ) Jernih ( ) Keruh

Reflek cahaya : ()+ ( )-

Pupil : (  ) Isokor ( ) anisokor ( ) diameter

Visus : .............. OS ...........OD

Kelainan : Tidak Ada Kelainan

Hidung :

Pernafasan Cuping hidung: ( ) Ada (  ) Tidak ada

Posisi septum nasi: (  ) Ditengah ( ) Deviasi

Lubang hidung : Bersih

31
Ketajaman penciuman : Dapat Membedakan Bau Teh Dan Kopi

Kelainan : Tidak Ada Kelainan

Rongga Mulut :

Bibir : Warna

Gigi geligi :

Lidah : Warna pink

Mukosa: (  ) Lembab ( ) Kering ( ) Stomatitis

Tonsil: Ukuran .......................................................................

Uvula: Letak (  ) Simetris Ditengah ( ) Deviasi

Telinga:

Daun/pina telinga : Sedang

Kanalis telinga : Terdapat Serumen

Membran Timpani Cahaya politser

Ketajaman pendengaran : Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Tes weber :-
Tes Rinne :-
Tes Swabach :-

Telinga kiri .........................................

Telinga kanan ….................................

Kesimpulan

Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN

32
7. Pemeriksaan Leher
Kelenjar getah bening : ( ) Teraba (  ) Tidak teraba

Tiroid : (  ) Teraba ( ) Tidak teraba

Posisi trakea : (  ) Letak di tengah ( ) Deviasi ke arah

JVP : Tidak dilakukan pemeriksaan

Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN

8. Pemeriksaan Thorak : Sistem Pernafasan


a. Inspeksi
Bentuk dada  simetris asimetris barrel chest

Funnel chest Pigeons chest

Frekuensi: 20 x/menit

Irama nafas : teratur tidak teratur

Pola pernafasan : Dispnoe Kusmaul


Cheyne Stokes

Bradipnae Takipnea
Hyperventilasi

Pernafasan cuping hidung : Ada Tidak

Otot bantu pernafasan : Ada Tidak

Usaha nafas : Posisi duduk menunduk

Alat bantu nafas: Ya Tidak

b. Palpasi
Vocal premitus : anterior dada Tidak dilakukan pemeriksaan Posterior dada
Tidak dilakukan pemeriksaan

33
Ekspansi paru : anterior dada Tidak dilakukan pemeriksaan Posterior dada
Tidak dilakukan pemeriksaan

Kelainan : Tidak ada kelainan saat inspeksi

Krepitasi Deviasi trakea Trakeostomy

c. Perkusi : Sonor Redup Pekak


Hipersonor/timpani
Batas Paru Hepar : ICS 4 Sampai ICS ke 6 .

d. Auskultasi:
Suara Nafas : Vesikuler Bronko vesikuler
Rales

Ronki Wheezing

Suara nafas tambahan

Suara Ucapan: Jelas

e. Penggunaan WSD : TIDAK ADA TERPASANG WSD


1. Jenis :-
2. Jumlah Cairan :-
3. Undulasi :-
4. Tekanan :-
Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN

9. Pemeriksaan Jantung : Sistem Kardiovaskuler


a. Keluhan: Nyeri dada Ada Tidak
b. Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
CRT : < 3 detik

Sianosis : Tidak tampak sianosis

34
Ujung jari: Jari tabuh

c. Palpasi : ictus cordis teraba


Akral (  ) hangat ( ) panas ( ) dingin ( ) Kering

( ) basah

d. Perkusi:
Batas Atas : N=ICS II

Batas Bawah : N=ICS V

Batas Kanan : N=ICS IV Mid Sternalis Dextra Batas Kiri : N=ICS V Mid
Clavikula sinistra

e. Auskultasi :
BJ II – Aorta : Sela

BJ II – Pulmunal :

BJ I – Trikuspidalis :

BJ I – Mitral :

Bunyi jantung tambahan : tidak terdapat bunyi jantung tambahan

Kelainan : tidak ada kelainan

f. CVP :
g. CTR :
h. ECG & Interpretasinya : Lain-lain :
Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN
10. Pemeriksaan Sistem Pencernaan dan Status Nutrisi
BB

BB : 54 kg TB : 165 cm IMT = 19,83 kg m2 Kategori : Normal

(TB m)2

35
Parameter Skor

Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak diinginkan dalam 6


bulan terakhir ?

a. Tidak ada penurunan berat badan 0

b. Tidak yakin.. tidak tahu/ terasa baju lebih longgar

c. Jika ya, berapa penurunan BB tersebut:

1 – 5 kg

6 – 10 kg

11 – 15 kg

> 15 kg

Apakah asupan makanan berkurang karena tidak nafsu makan

a. Ya

b. Tidak 0

Total Skor

Keterangan: Bila skor > 2 dan atau pasien dengan diagnosis/kondisi khusus dilakukan
pengkajian lebih lanjut oleh Dietisien, Bila skor < 2, skrining ulang 7 hari.

BAB : 1 x hari terakhir tanggal : 7 oktober 2019

Konsistensi : keras lunak cair


lendir/darah

36
Diet : padat lunak cair

Jenis diet : Diet DM

Nafsu makan : baik menurun frekuensi : 3 x/hari

Porsi makan : habis tidak

Abdomen

Inspeksi :

Bentuk : Datar

Bayangan vena : Tidak Terlihat

Benjolan / massa : Tidak ada massa atau benjolan

Luka operasi : ada tidak

Auskultasi : Peristaltik : 10 x/menit

Palpasi : tegang kembung ascites

Nyeri tekan : ya tidak Titik Mc Burney: Tidak ada nyeri tekan

Massa : Tidak ada massa

Hepar : tidak ada nyeri tekan

Perkusi:

Pemeriksaan ascites: undulasi: Sfiting Dullnes:

Ginjal : nyeri ketuk ada tidak

Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN

11. Sistem Persyarafan


a. Memori : Panjang Pendek
b. Perhatian : Dapat mengulang Tidak dapat mengulang

37
c. Bahasa : Baik Tidak (ket: Bahasa dengan Bahasa Indonesia)
d. Kognisi : Baik Tidak
e. Orientasi : Orang Tempat Waktu
f. Saraf sensori : Nyeri tusuk Suhu Sentuhan
g. Saraf koordinasi (cerebral) : Ya Tidak
Tingkat kekuatan reflek:

h. Refleks Fisiologis Patella 0 1 2 3 4 0 = tidak ada


reflek
Achiles 0 1 2 3 4 1 = hipoaktif

Bisep 0 1 2 3 4 2 = normal

Trisep 0 1 2 3 4 3 = hiperaktif

Brakioradialis 0 1 2 3 4 4 = hiperaktif
dengan klonus terus menerus

i. Refleks patologis: babinsky brudzinsky kernig


j. Keluhan pusing : Tidak Ya
k. Istirahat tidur: 6 – 7 jam/hari
Gangguan tidur: TIDAK ADA GANGGUAN
l. Pemeriksaan saraf kranial
N1 : Normal Tidak

Ket: pasien memejamkan mata, disuruh membedakan bau yang dirasakan (kopi,
teh,dll)

N2 : Normal Tidak

Ket: periksa lapang pandang Baik

N3 : Normal Tidak

Ket: Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva, refleks pupil dan inspeksi
kelopak mata mampu dilakukan dengan baik

38
N4 : Normal Tidak

Ket: Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva, refleks pupil dan inspeksi
kelopak mata mampu dilakukan dengan baik

N5 : Normal Tidak

Ket: menggerakan rahang kesemua sisi, pasien memejamkan mata, sentuh


dengan kapas pada dahi atau pipi. menyentuh permukaan kornea dengan kapas.

N6 : Normal Tidak

Ket: Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva, refleks pupil dan inspeksi
kelopak mata mampu dilakukan dengan baik.

N7 : Normal Tidak

Ket: Klien mampu senyum, bersiul, mengngkat alis mata, menutup kelopak mata
dengan tahanan, menjulurkan lida untuk membedakan gula dan garam.

N8 : Normal Tidak

Ket: Pendengaran baik

N9 : Normal Tidak

Ket: membedakan rasa manis dan asam

N10 : Normal Tidak

Ket: pasien menelan saliva, disuruh mengucap ah…

N11 : Normal Tidak

Ket: suruh pasien untuk menggerakan bahu dan lakukan tahanan sambil pasien
melawan tahanan tersebut.

N12 : Normal Tidak

Ket: pasien disuruh menjulurkan lidah dan menggerakan dari sisi ke sisi.

39
Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN

12. Sistem Perkemihan


a. Kebersihan : Bersih Kotor
b. Keluhan kencing : TIDAK ADA KELUHAN
c. Kemampuan berkemih Spontan Alat bantu, sebutkan:
Jenis :-

Ukuran :-

Hari ke :-

d. Produksi urine : 2.000 ml/hari Warna : Kuning Bau: Khas


e. Kandung kemis : Membesar ya tidak
Nyeri tekan ya tidak

f. Balance cairan:
Intake Output

Minum peroral : 2500 Urine (0,5 – 1 : 2000


ml/hr ml/kg/BB/jam) ml/hr

Cairan infus : - ml/hr Drain : - ml/hr

Obat IV : 20 ml/hr IWL (10 – 15 ml/kg/BB/24 : 35 ml/hr


jam)

NGT : - ml/hr Diare : - ml/hr

Makanan (1 kalori = : 238 Muntah : - ml/hr


0,14 ml/hari) ml/hr

Perdarahan : - ml/hr

Feses (1x = 20 ml/hari) : 20 ml/hr

40
Total : 2758 Total : 2055
ml/hr ml/hr

Balance cairan/hari perawatan:

Intake – Output – IWL = 2758 ml/hr – 2055 ml/hr – 35 ml/hr = 660 ml/hr

Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN

13. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen


a. Pergerakan sendi : Bebas Terbatas
b. Kekuatan otot:

c. Kelainan ekstremitas: ya tidak


d. Kelainan tulang belakang : ya tidak
e. Fraktur : ya tidak
f. Traksi / spalk / gips : ya tidak
g. Kompartemen syndrome : ya tidak
h. Kulit : ikterik sianosis kemerahan
hiperpigmentasi
i. Turgor: baik kurang jelek
j. Luka : Tidak ada
Luas luka Panjang 5 cm Diameter ..................cm

Derajat luka :

Warna dasar luka : Tidak terlihat

Tipe eksudat/cairan luka : Pus

Goa : ada, ukuran ...................................................

Tepi luka : Akut

Jaringan granulasi : .............................................%

41
Warna kulit sekitar luka : Merah

Edema sekitar luka : Ada

Tanda-tanda infeksi : Tida Ya

Lokasi: beri tanda X

k. Edema eksktremitas: ada bagian tangan kiri


l. Pitting edema : +/- grade : ........................................................
Ekstremitas atas:

RU +1 +2 +3 +4 LU +1 +2 +3 +4 Penilaiain Edema:

RL +1 +2 +3 +4 LL +1 +2 +3 +4 +1 : kedalaman 1 – 3
mm, waktu kembali 3 detik

Ekstremitas bawah: +2 : kedalaman 3 – 5


mm, waktu kembali 5 detik

RU +1 +2 +3 +4 LU +1 +2 +3 +4 +3 : kedalaman 5 – 7
mm, waktu kembali 7 detik

RL +1 +2 +3 +4 LL +1 +2 +3 +4 +4 : kedalaman > 7
mm, waktu kembali 7 detik

42
Orther: ..............................................................

m. Ekskoriasis : ya tidak
n. Psoriasis : ya tidak
o. Urtikaria : ya tidak
p. Lain-lain:

Penilaian risiko decubitus:

Aspek yang KRITERIA YANG DINILAI NILA


dinilai I
1 2 3 4

Persepsi Terbatas Sangat Keterbatasan Tidak Ada 4


Sensori Sepenuhny Terbatas Ringan Gangguan
a

Kelembaba Terus Sangat Kadang- Jarang 4


n Menerus Lembab kadang Basah
Basah Basah

Aktivitas Bedfast Chairfast Kadang- Lebih Sering 3


kadang Jalan Jalan

Mobilisasi Immobile Sangat Keterbatasan Tidak Ada 4


Sepenuhny Terbatas Ringan Keterbatasa
a n

Nutrisi Sangat Kemungkina Adekuat Sangat Baik 3


Buruk n Tidak
Adekuat

Gesekan & Bermasalah Potensial Tidak 3


Pergeseran Bermasalah Menimbulka
n Masalah

43
Note: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan 21
bahwa pasien beresiko mengalami dekubitus (Pressure
TOTAL NILAI
ulcers)

(15 or 16 = low risk, 13 or 14 = moderate risk, 12 or less =


high risk)

Kategori pasien : low risk

Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN

14. Sistem Endokrin


Pembesaran kelenjar tyroid: ya tidak

Pembesaran kelenjar getah bening: ya tidak

Pankreas: Trias DM: ya tidak

Hipoglikemia: ya tidak NilaiGDA:

Hiperglikemia: ya tidak Nilai GDA:


...................................................

Kondisi kaki DM:

- Luka ganggren ya tidak


- Jenis luka : Akut
- Lama luka : 1 bulan
- Warna : kemerahan
- Luas luka : 5 cm
- Kedalaman : 2 cm
- Kulit Kaki : kemerahan
- Kuku Kaki : bersih
- Telapak Kaki : terdapat luka lubang kemerahan
- Jari Kaki : lengkap
- Infeksi : ya tidak
- Riwayat luka sebelumnya : ya tidak

44
Tahun : 2019

Jenis luka : Ganggren

Lokasi : telapak kaki kanan

- Riwayat amputasi sebelumnya : ya tidak


Jika Ya

Tahun :-

Lokasi :-

Lain-lain :-

Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN

15. Seksualitas dan Reproduksi


a. Genetalia :
Pria : masalah prostat/kelainan: ada/tidak *

Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN

16. Keamanan Lingkungan


Penilaian risiko pasien jatuh dengan skala morse (pasien dewasa)

Faktor Risiko Skala Skor

Hasil Standar

Riwayat jatuh yang Ya 25


baru atau 3 bulan
Tidak 0 0
terakhir

Diagnosa sekunder Ya 15 15
lebih dari 1 diagnosa
Tidak 0

45
Menggunakan alat Berpegangan pada benda-benda 30
bantu sekitar

Kruk, tongkat, walker 15

Menggunakan IV Bedrest/dibantu perawat 0


dan cateter
Ya 20 20

Kemampuan Tidak 0 0
berjalan
Gangguan (pincang/diseret) 20

Status mental Lemah 10

Normal/bedrest/imobilisasi 0 0

Tidak sadar akan kemampuan/post 15


op 24 jam

Orientasi sesuai kemampuan diri 0

Total skor 35

Kesimpulan : Kategori pasien : SEDANG

Risiko = > 45

Sedang = 25 – 44

Rendah = 0 – 24

Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN

46
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

a. Persepsi klien terhadap penyakitnya


Cobaan Tuhan Hukuman Lainnya

b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya = menerima penyakitnya


Murung/diam Gelisah Tegang Marah/menangis

c. Reaksi saat interaksi Kooperatif Tidak kooperatif Curiga


d. Gangguan Konsep Diri ya Tidak
Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN

PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN

a. Mandi : 2 x/hari f. Ganti pakaian : 1 x/hari


b. Keramas : 1x/hari g. Sikat Gigi : 2 x/hari
c. Memotong kuku : 1 minggu sekali
d. Merokok: ya Tidak
e. Alkohol: ya Tidak
Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN

PENGKAJIAN SPIRITUAL

Kebiasaan beribadah

a. Sebelum sakit: Sering Kadang-kadang Tidak


pernah
b. Selama sakit: Sering Kadang-kadang Tidak
pernah

47
PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, Radiologi, EKG, USG)

Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil

08 Darah Lengkap Hemoglobin : 11.2 g/dl


Oktober
Leukosit : 11.49 10ᶟ/µl
2019
Hematokrit : 34.0%

Trombosit :482 10ᶟ/µl

Eritrosit : 4.52

Glukosa Sewaktu : 288mg/dL

09 Kimia Darah Glukosa Darah Puasa : 294 mg/dL


Oktober
2019

10 Kimia Darah Glukosa Darah Puasa : 214 mg/dL


Oktober
2019

11 Kimia Darah Glukosa Darah Puasa : 186 mg/dL


Oktober
2019

48
OBAT YANG DITERIMA

Pre Operasi Post Operasi

Nama Obat Dosis Nama Obat Dosis

1. Ceftriaxone 2x1 1. Metroplidazole 500 mg 3x 1

2. Loutus 3 x 4 unit 2. Ketorolac 30 g 3 x 1

3.Apidra 0 – 0 – 10unit 3. Loutus 3 x 4 unit

4. 4. Apidra 0 – 0 – 10 unit

5. 5.

Balikpapan, ....................................................2019

49
Perawat.

Data Fokus

1. Data Subyektif :
Pre Operasi
- Pasien mengatakan nyeri karena luka pada daerah pungggung tangan
sebelah kiri, nyeri seperti ditusuk-tusuk. Nyeri timbul ketika
digerakkan, hilang timbul, pasien mengatakan skala nyeri 4
- Pasien mengeluh lelah dan lesu
Post Operasi
- Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka post op yaitu puggung
tangan kiri, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan berdenyut, nyeri hilang
timbul skala nyeri 3.
- Pasien mengatakan belum mandi dari awal masuk
- Pasien mengatakan takut jika perban luka basah

2. Data Obyektif :
Pre Operasi
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Tampak luka pada daerah punggung tangan sebelah kiri
- Pasien tampak bersifat protektif pada daerah luka
- Jenis luka akut
- Luas luka 5 cm
- Warna dasar luka tidak terlihat
- Tipe eksudat : Pus
- Tampak bengkak pada daerah luka
- Tanda – tanda vital :
TD : 140/80 mmHg

N : 101 x/menit

50
S : 36,5ᵒC

RR : 20 x/menit

- Laboratorium :
GDS (8/10/2019): 288 mg/dl
Leukosit (8/10/2019) : 11,49 10ᶟ/µl (H)
Post Operasi
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Tampak luka post op pada daerah punggung tangan sebelah kiri
- Pasien tampak bersifat protektif pada daerah luka
- Luas luka 5 cm
- Warna dasar luka merah
- Tepi luka jelas
- Luka berbau
- Pasien tampak lusuh
- Pasien sedikit berbau
- Minat perawatan diri pasien kurang
- Pasien tampak sendiri tanpa keluarga
- Tanda – tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
N : 89 x/menit
S : 36,5ᵒC
RR : 18 x/menit
- Laboratorium :
(09/10/2019) GDP : 294 mg/dl
(10/10/2019) GDP : 214 mg/dl
(11/10/2019) GDP : 186 mg/dl

51
ANALISA DATA PRE OPERASI
Nama Pasien : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : Ruangan : Flamboyan


B

No Data (DO & DS) Masalah Penyebab


.

52
1. Ds : Nyeri Akut Agen Pencedera
Pasien mengatakan nyeri karena luka Fisiologi
pada daerah punggung tangan kiri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri jika digerakan (
hilang timbul )
Do :
- Pasien tampak meringis
- Skala nyeri 4/10
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak bersifat protektif
terhadap daerah nyeri
- Tanda-tanda vital :
TD : 140/80 mmHg
N : 101 x/menit
S : 36,5ᵒC
RR : 20 x/menit

Ds : -
2. Do : Resiko Infeksi Penyakit Kronis
- Tampak luka di ekstremitas atas
sebelah kiri (daerah punggung
tangan)
- Jenis luka akut
- Luas luka 5 cm
- Warna dasar luka tidak terlihat
- Tipe eksudat : Pus
- Tanda-tanda vital :
TD : 140/80 mmHg
N : 101 x/menit
S : 36,5ᵒC
RR : 20 x/menit
Leu : 11.49 10ᶟ/µl (H)

3. Ds : Pasien mengatakan mempunyai Gangguan Neuropati Perifer


riwayat penyakit Morbus Hansen Integritas
Do : Kulit
- Terdapat kerusakan jaringan kulit
- Terdapat nyeri
- Terdapat Pus
- Tampak bengkak
- Warna daerah luka merah

53
4. Ds : Ketidakstabila Gangguan Glukosa
- Pasien mengatakan mudah lelah n Kadar Darah Puasa
dan lesu. Glukosa
- Pasien mengatakan cepat haus Darah
- Pasien mengatakan bibirnya
kering
Do :
- Bibir pasien tampak kering
- Hasil Laboratorium :
GDS (8/10/2019): 288 mg/dl

54
ANALISA DATA POST OPERASI
Nama Pasien : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 40 thn Ruangan : Flamboyan


B

No. Data (DO & DS) Masalah Penyebab


1. Ds : Pasien mengatakan nyeri pada Nyeri Akut Agen Pencedera
luka operasi didaerah punggung Fisik
tangan kiri, nyeri seperti ditusuk-
tusuk dan berdenyut, nyeri terasa
hilang tibul
Do :
- Pasien tampak meringis
- Skala nyeri 3/10
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak bersifat
protektif terhadap daerah
nyeri
- Tanda-tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
N : 89 x/menit
S : 36,5ᵒC
RR : 18 x/menit

2. Ds : - Resiko Infeksi Efek Tindakan


Do : Infasif
- Tampak luka post op pada
daerah punggung tangan
sebelah kiri
- Luas luka 5 cm
- Warna dasar luka merah
muda
- Tepi luka jelas
- Terdapat bau pada luka
- Tipe eksudat : darah

55
3. Ds : - Gangguan Neuropati Perifer
Do : Integritas Kulit
- Terdapat kerusakan
jaringan kulit
- Terdapat nyeri
- Terdapat perdarahan
- Tampak bengkak
- Warna daerah luka merah

4. Ds : Ketidakstabilan Gangguan Glukosa


- Pasien mengatakan mudah Kadar Glukosa Darah Puasa
lelah dan lesu. Darah
- Pasien mengatakan cepat
haus
- Pasien mengatakan
bibirnya kering
Do :
- Bibir pasien tampak kering
- Hasil Laboratorium :
(09/10/2019)
GDP : 294 mg/dl
(10/10/2019)
GDP : 214 mg/dl
(11/10/2019)
GDP : 186 mg/dl

5. Ds : Defisit Penurunan
- Pasien mengatakan belum Perawatan Diri motivasi / minat
mandi dari awal masuk
- Pasien mengatakan takut
jika perban luka basah
Do :
- Pasien tampak lusuh
- Pasien sedikit berbau
- Minat perawatan diri pasien
kurang
- Pasien tampak sendiri tanpa
keluarga

56
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal Teratasi
Pre Operasi
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera
08 Oktober 2019 09 Oktober 2019
Fisiologi
2. Gangguan Integritas Kulit b.d
08 Oktober 2019 09 Oktober 2019
Neuropati Perifer
3. Ketidakstabilan Kadar Glukosa
08 Oktober 2019 09 Oktober 2019
Darah b.d Gangguan Glukosa
Darah Puasa
4. Resiko Infeksi b.d Penyakit Kronis 08 Oktober 2019 09 Oktober 2019

Post Operasi
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera
09 Oktober 2019 12 Oktober 2019
Fisik
2. Gangguan Integritas Kulit b.d
09 Oktober 2019 12 Oktober 2019
Neuropati Perifer
3. Ketidakstabilan Kadar Glukosa
09 Oktober 2019 12 Oktober 2019
Darah b.d Gangguan Glukosa
Darah Puasa
4. Defisit Perawatan Diri b.d 09 Oktober 2019 10 Oktober 2019
Penurunan Motivasi/Minat
5. Resiko Infeksi d.d Efek Tindakan 09 Oktober 2019
Invasif

57
PERENCANAAN PRE OPERASI
Nama Pasien : Tn. S Jenis Kelamin :Laki - laki

Umur : 40 th Ruangan :Flamboyan B

No Hari/Tgl/Jam Diagnose Tujuan & Rencana Tindakan


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Selasa, 08 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan 1.1 Melakukan BHSP
Oktober agen pencedera tindakan keperawatan 1.2 Lakukan pengkajian
2019 fisiologis selama 1 x 4 jam nyeri nyeri secara
12.00 WITA (inflamasi) dapat berkurang, komprehensif
dengan kriteria hasil : 1.3 Observasi reaksi
a. Mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri (tahu ketidaknyaman
penyebab nyeri, 1.4 Monitor tanda –tanda
mampu vital
menggunakan 1.5 Gunakan tehnik
teknik non komunikasi terapeutik
farmakologi) untuk mengetahui
b. Melaporkan bahwa pengalaman nyeri
nyeri berkurang pasien
dengan 1.6 Ajarkan tentang teknik
menggunakan non farmakologi
manajemen nyeri 1.7 Anjurkan pasien untuk
c. Mampu mengenali meningkatkan istirahat
nyeri (skala 1-2, 1.8 Kolaborasi dengan
intensitas, frekuensi dokter dalam pemberian
dan tanda nyeri) obat analgetik.
d. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

58
2. Selasa, 08 Gangguan Setelah dilakukan 2.1 Kaji atau catat ukuran,
Oktober Integritas Kulit intervensi selama 1 x 24 warna, keadaan luka /
2019 b.d neuropati jam, diharapkan kondisi sekitar luka.
12.00 WITA perifer Kerusakan integritas 2.2 Jaga kebersihan kulit
kulit dapat teratasi, agar tetap bersih dan
dengan kriteria hasil: kering
a. Integritas kulit yang 2.3 Lakukan perawatan
baik bisa luka dan hygiene
dipertahankan 2.4 Berikan prioritas untuk
(sensasi, elastisitas, meningkatkan
temperatur, hirasi, kenyamanan dan
pigmentasi) kehangatan pasien
2.5 Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat-obatan

3. Selasa, 08 Ketidakstabilan Setelah dilakukan 3.1 Memantau kadar


Oktober kadar glukosa tindakan keperawatan glukosa darah, seperti
2019 darah b.d selama 1 x 24 Jam, yang ditunjukkan
12.00 WITA gangguan kadar glukosa dalam 3.2 Monitor tanda – tanda
glukosa darah darah stabil dengan hipoglikemi
puasa kriteria hasil: 3.3 Anjurkan istirahat
a. Kepatuhan Perilaku ketika kadar glukosa
: diet sehat darah adalah > 250
b. Dapat mengontrol mg/dl
kadar glukosa darah 3.4 Memfasilitasi
c. Dapat mengontrol kepatuhan terhadap diet
stres dan latihan
d. Dapat 3.5 Kolaborasi insulin
memanajemen dan

59
mencegah penyakit
semakin parah
e. Nilai GDP dan
GDS dalam batas
normal (menurut
who ideal : 80 – 144
mg/dl)
GDP : 70 – 100
mg/dl

4. Selasa, 08 Resiko Infeksi Setelah dilakukan 4.1 Cuci tangan setiap


Oktober d.d penyakit tindakan keperawatan sebelum dan sesudah
2019 kronis selama 1 x 24 jam melakukan tindakan
12.00 WITA diharapkan infeksi pada keperawatan
pasien tidak meluas 4.2 Observasi luka (lokasi,
dengan kriteria hasil : warna, granulasi, dan
a. Tidak terjadi jaringan nekrotik)
penyebaran infeksi 4.3 Monitor tanda dan
pada abses gejala infeksi sistemik
b. Menunjukkan dan local
kemampuan untuk 4.4 Inspeksi kondisi
mencegah luka/insisi bedah
timbulnya infeksi 4.5 Dorong istirahat
c. Leukosit dalam 4.6 Berikan posisi yang
batas normal mengurangi tekanan
pada luka
4.7 Kolaborasi dengan
dokter dala m
pemberian obat
antibiotic bila perlu.

60
PERENCANAAN POST OPERASI
Nama Pasien : Tn. S Jenis Kelamin :Laki - laki

Umur : 40 th Ruangan :Flamboyan B

No Hari/Tgl/Jam Diagnose Tujuan & Rencana Tindakan


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Rabu, 09 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan 1.1 Lakukan pengkajian
Oktober agen pencedera keperawatan selama 1 x 4 nyeri secara
2019 fisik jam nyeri dapat berkurang, komprehensif
13.00 WITA dengan kriteria hasil : 1.2 Observasi reaksi
a. Mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri (tahu penyebab ketidaknyaman
nyeri, mampu 1.3 Monitor tanda –tanda
menggunakan teknik vital
non farmakologi) 1.4 Ajarkan tentang teknik
b. Melaporkan bahwa non farmakologi
nyeri berkurang dengan 1.5 Anjurkan pasien untuk
menggunakan meningkatkan istirahat
manajemen nyeri 1.6 Kolaborasi dengan
c. Mampu mengenali dokter dalam pemberian
nyeri (skala, intensitas, obat analgetik.
frekuensi dan tanda 1.7 Mengevaluasi
nyeri) keefektifan kontrol
d. Menyatakan rasa nyeri
nyaman setelah nyeri
berkurang

61
2. Rabu, 09 Gangguan Setelah dilakukan intervensi 2.1 Kaji atau catat ukuran,
Oktober Integritas Kulit selama 3 x 24 jam, warna, keadaan luka /
2019 b.d neuropati diharapkan Kerusakan kondisi sekitar luka.
13.00 WITA perifer integritas kulit dapat 2.2 Jaga kebersihan kulit
teratasi, dengan kriteria agar tetap bersih dan
hasil: kering
a. Integritas kulit yang 2.3 Lakukan perawatan luka
baik bisa dipertahankan dan hygiene
(sensasi, elastisitas, 2.4 Berikan prioritas untuk
temperatur, hirasi, meningkatkan
pigmentasi) kenyamanan dan
kehangatan pasien
2.5 Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat-obatan

3.1 Memantau kadar


3. Rabu, 09 Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan
glukosa darah, seperti
Oktober kadar glukosa keperawatan selama 1 x 24
yang ditunjukkan
2019 darah b.d Jam, kadar glukosa dalam
3.2 Monitor tanda – tanda
13.00 WITA gangguan darah stabil dengan kriteria
hipoglikemi
glukosa darah hasil:
3.3 Anjurkan istirahat
puasa a. Kepatuhan Perilaku :
ketika kadar glukosa
diet sehat
darah adalah > 250
b. Dapat mengontrol
mg/dl
kadar glukosa darah
3.4 Memfasilitasi
c. Dapat mengontrol
kepatuhan terhadap diet
stress
dan latihan
d. Dapat memanajemen
3.5 Kolaborasi insulin
dan mencegah penyakit
semakin parah

62
e. Nilai GDP dan GDS
dalam batas normal
(menurut who ideal : 80
– 144 mg/dl)
GDP : 70 – 100 mg/dl

4. Rabu, 09 Defisit Setelah dilakukan tindakan


4.1 Monitor kemampuan
Oktober Perawatan Diri keperawatan selama 1 x 24
klien untuk perawatan
2019 b.d penurunan jam diharapkan pasien
diri yang mandiri
13.00 WITA motivasi/minat dapat memeliharan
4.2 Monitor kebutuhan
kebersihan diri secara
klien untuk alat-alat
mandiri dengan kriteria
bantu kebersihan diri,
hasil :
berpakaian,
a. Mampu untuk
berhias,toileting, dan
mempertahankan
makan
kebersihan dan
4.3 Memantau integritas
penampilan yang rapi
kulit klien
secara mandiri dengan
4.4 Memberikan bantuan
atau tanpa alat bantu
sampai pasien
b. Mampu untuk merawat
sepenuhnya dapat
mulut dan gigi secara
mengamsumsikan
mandiri dengan atau
perawatan diri
tanpa alat bantu
c. Mengungkapkan secara
verbal kepuasan
tentang kebersihan
tubuh dan hygiene oral

63
5. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 5.1 Cuci tangan setiap
Rabu, 09 d.d efek keperawatan selama 3 x 24 sebelum dan sesudah
Oktober tindakan infasif jam diharapkan pasien tidak melakukan tindakan
2019 mengalami infeksi dengan keperawatan
13.00 WITA kriteria hasil : 5.2 Observasi luka (lokasi,
warna, granulasi, dan
a. Luka membaik : kulit
jaringan nekrotik)
kemerahan, cairan 5.3 Monitor tanda dan
eksudat (-), dehisiensi gejala infeksi sistemik
(-), luas luka dan local
menyempit, kedalaman 5.4 Inspeksi kondisi
luka di batas epidermis luka/insisi bedah
b. Tidak terjadi tanda – 5.5 Dorong istirahat
tanda infeksi 5.6 Berikan posisi yang
c. Klien berpartisipasi mengurangi tekanan
dalam mengendalikan pada luka
infeksi 5.7 Kolaborasi dengan
d. Leukosit dalam batas dokter dalam pemberian
normal obat antibiotic bila
perlu.

64
PELAKSANAAN TINDAKAN PRE OPERASI
Nama Pasien : Tn.S Jenis Kelamin :Laki - laki

Umur : 40 th Ruangan :Flamboyan B

No Hari/Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf


1 Selasa, 08 1.1 Melakuan BHSP 1.1 Telah dilakukan Hanifah
Oktober 2019 tindakan sesuai dan Hary
13.00 WITA SOP dengan hasil :
DS :
 Pasien
mengatakan mau
berkenalan
dengan bersedia
dimintai data
tentang pasien.
DO :
 Pasien tampak
kooperatif dan
pasien tampak
berbaring

14.00 WITA
4.1 Cuci tangansetiap Telah dilakukan Rusdiyati
sebelum dan sesudah tindakan sesuai SOP dan
melakukan tindakan dengan hasil : Hanifah
keperawatan DS :

1.2 Lakukan pengkajian  Pasien mengatakan


nyeri karena luka
nyeri secara pada daerah
komprehensif punggung tangan
seperti ditusuk-
1.3 Observasi reaksi tusuk dengan skala
nonverbal dari nyeri 4, nyeri
hilang timbul dan
ketidaknyaman muncul jika
1.4 Monitor tanda –tanda digerakan.
DO :
vital

65
2.1 Kaji atau catat ukuran,  Pasien tampak
warna, keadaan luka / meringis
kondisi sekitar luka.  Pasien tampak
2.2 Jaga kebersihan kulit gelisah
agar tetap bersih dan  Pasien tampak
kering bersifat protektif
4.2 Observasi luka (lokasi,  TTV :
warna, granulasi, dan
jaringan nekrotik) TD : 140/80 mmHg
4.3 Monitor tanda dan N : 101 x/menit
gejala infeksi sistemik S : 36,5
dan local R : 20 x/menit
4.4 Inspeksi kondisi  Tampak luka
luka/insisi bedah bagian punggung
tangan kiri
 Jenis luka akut
 Luas luka 5cm
 Warna dasar luka
merah muda
 Tipe eksudat darah
 Leukosit : 11,40
(High)
4.1 Cuci tangan setiap
18.00 WITA Rusdiyati
sebelum dan sesudah
Telah dilakukan dan Hary
melakukan tindakan
tindakan sesuai SOP
keperawatan
dengan hasil :
1.5 Gunakan tehnik
DS :
komunikasi terapeutik
 Pasien mengatakan
untuk mengetahui mengerti setelah
pengalaman nyeri diajarkan relaksasi
nafas dalam
pasien  Pasien mengatakan
nyeri berkurang

66
1.6 Ajarkan tentang teknik setelah melakukan
teknik relaksasi
non farmakologi
nafas dalam
1.7 Anjurkan pasien untuk  Pasien mengatakan
nyeri sudah mulai
meningkatkan istirahat
berkurang
1.8 Kolaborasi dengan DO :
dokter dalam  Pasien masih
pemberian obat tampak meringis
 Pasien sudah tidak
analgetik. bersifat protektif
3.5 Kolaborasi insulin
4.7 Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
antibiotic bila perlu.

3.2 Monitor tanda – tanda


19.00 WITA Hanifah
hipoglikemi
Telah dilakukan
3.3 Anjurkan istirahat
tindakan sesuai SOP
ketika kadar glukosa
dengan hasil :
darah adalah > 250
DS : -
mg/dl
DO :
4.4 Dorong istirahat
 Tidak ada tanda-
4.5 Berikan posisi yang tanda hipoglikemi
mengurangi tekanan
pada luka

1.4 Lakukan pengkajian


Bella dan
22.00 WITA Telah dilakukan
nyeri secara
Jessyca
komprehensif tindakan sesuai SOP
dengan hasil :

1.5 Monitor tanda –tanda


vital DS :

67
3.1 Memantau kadar  Pasien mengatakan
nyeri sudah mulai
glukosa darah, seperti
berkurang dengan
yang ditunjukkan skala nyeri 3
DO :
 TTV :
TD : 130/70 mmHg
N : 95 x/menit
S : 36,6
R : 20 x/menit
 GDS : 288 mg/dL
(High)
1.4 Monitor tanda – tanda
Hary
Rabu, 09 vital
Oktober 2019 Telah dilakukan
1.8 Kolaborasi dengan
06.00 WITA tindakan sesuai SOP
dokter dalam
dengan hasil :
pemberian obat
DS :
analgetik.
 Pasien mengatakan
4.7 Kolaborasi dengan nyeri sudah
dokter dalam berkurang
DO :
pemberian obat
 TTV :
antibiotic bila perlu TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5
R : 20 x/menit

68
PELAKSANAAN TINDAKAN POST OPERASI
Nama Pasien : Tn.S Jenis Kelamin :Laki - laki

Umur : 40 th Ruangan :Flamboyan B

69
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat
dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu
campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah
mati yang dicairkan oleh enzim autolitik. (Morison, 2003)

Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang


kemudian pecah, rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis,
meninggalkan jaringan parut yang kecil. (Underwood, 2000)

70
DAFTAR PUSTAKA

Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris


: kurt J.
Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi 13.
jakarta : EGC. 1999.
Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta.
Edisi 2. Jakarta:EGC,2004.
Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa
Indonesia :Monica Ester. Edisi 8 jakarta : EGC,2001.
NANDA, 2005
NIC, 2005
NOC, 2005

71

Anda mungkin juga menyukai