S DENGAN ABSES
MANUS SINISTRA DI RUANG FLAMBOYAN B
RSUD Dr.KANUDJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2019
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah seminar kasus KMB II dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada klien dengan Abses Manus Sinistra” di ruangan Flamboyan B dr.Kanudjoso
Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur dan kami berterima kasih kepada :
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami menyadari bahwa dalam seminar kasus ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan seminar kasus yang kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
1
Semoga seminar kasus ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca
nya, sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
yang membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan seminar kasus ini .
Balikpapan
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................... 7
PENDAHULUAN ...................................................................................................7
BAB II ....................................................................................................................10
PEMBAHASAN ....................................................................................................10
1. Definisi.............................................................................................................. 10
3. Etiologi.............................................................................................................. 14
5. Patofisiologis .................................................................................................... 16
6. Pathway............................................................................................................. 18
8. Penatalaksanaan ................................................................................................ 19
9. Komplikasi ........................................................................................................ 19
1. Pengkajian......................................................................................................... 20
3
2. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul ................................................... 20
3. Intervensi .......................................................................................................... 21
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 70
4
5
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul kasus : Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.S Dengan Abses Manus
Sinistra Di Ruang Flamboyan B RSUD Kanudjoso Djatiwibowo
Balikpapan Tahun 2019
Menyetujui,
( ) ( )
NIP. NIP.
Mengetahui ,
Penanggung Jawab
NIP.195708121979092001
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepanjang sejarah manusia, jutaan orang dilaporkan meninggal
dunia akibat infeksi bakteri. Infeksi dapat menular dari satu orang ke orang
lain atau dari hewan ke manusia. Secara umum disebabkan oleh empat
kelompok besar hama penyakit yaitu bakteri, jamur, virus, dan parasite
(Jawetz et al, 2001). Di Negara berkembang angka kematiannya mencapai
39,5 juta, lebih dari 25% disebabkan oleh penyakit infeksi dan parasite.
7
hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar
di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi
abses.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka
rumusan masalah diatas adalah Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Tn.
S Dengan Abses Manus Sinistra Di Ruang Flamboyan B RSUD
Dr.Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kasus
Tn. S dengan Abses Manus Sinistra secara rinci dan mendalam yang
ditekankan pada aspek Abses Manus Sinistra Di Ruang Flamboyan B
RSUD Dr.Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji klien Tn. S Abses Manus Sinistra Di Ruang Flamboyan
B RSUD Dr.Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019
b. Menegakkan diagnosis keperawatan klien Tn. S Abses Manus
Sinistra Di Ruang Flamboyan B RSUD Dr.Kanudjoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019
c. Menyusun perencanaan keperawatan klien Tn. S Abses Manus
Sinistra Di Ruang Flamboyan B RSUD Dr.Kanudjoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019
8
d. Melaksanakan intervensi keperawatan Tn. S Abses Manus Sinistra
Di Ruang Flamboyan B RSUD Dr.Kanudjoso Djatiwibowo
Balikpapan Tahun 2019
e. Mengevaluasi klien Tn. S Abses Manus Sinistra Di Ruang
Flamboyan B RSUD Dr.Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan
Tahun 2019
3. Sistematika penulisan
BAB I Pendahuluan :
Terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Dan
Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Teori :
Terdiri dari Pengertian, Anatomi Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi,
Patoflowdiagram, Tanda Dan Gejala, Pemeriksaan Penunjang,
Penatalaksanaan Medis, Komplikasi dan Konsep Dasar Keperawatan.
BAB III Penutup :
Terdiri dari Kesimpulan
9
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil
yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena
adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena
adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik).
Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk
mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain.
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong
berisi nanah. (Siregar, 2004)
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai
akibat dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah
merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel
darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik.
(Morison, 2003)
Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang
kemudian pecah, rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena
fibrosis, meninggalkan jaringan parut yang kecil. (Underwood, 2000)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah
terbentuknya kantong berisi nanah pada jaringan kutis dan subkutis
akibat infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri/parasit atau karena
adanya benda asing.
2. Anatomi Fisiologi
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar
tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit
beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6kg
10
dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi
mulai 0,5 - 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit
tipis seperti : kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial
lengan atas. Sedangkan kulit tebal seperti pada telapak tangan, telapak
kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, yaitu :
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam), yaitu :
11
d. Stratum Spinosum (lapisan bertaju)
Disebut juga lapisisan malphigi terdiri atas sel-sel yang
saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan
protoplasma berbentuk kubus. Jika selsel lapisan saling berlepasan,
maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen
kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju
normal, tersusun menjadi beberapa baris.
e. Stratum Basale /Stratum Germinativum (lapisan benih)
Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu
baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap
permukaan dermis. Alas selsel torak ini bergerigi dan bersatu dengan
lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus
yang membatasi epidermis dengan dermis. Terdapat aktifitas mitosis
yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel
epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari
untuk migrasi kepermukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor
lain. Merupakan satu lapis sel yg mengandung melanosit.
a. Proteksi barrier
b. Organisasi sel
c. Sintesis vitamin D dan sitokin
d. Pembelahan dan mobilisasi sel
e. Pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
12
kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak,
pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut
(muskulus arektor pili).
Suplai darah dan nutrisi untuk kulit diperoleh dari arteri yang
membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis
dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil
meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis tiap papilla
dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis
tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui
membran epidermis pembuluh darah kulit.
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh, yaitu :
13
a. Memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan
b. Sebagai barier infeksi
c. Mengontrol suhu tubuh (termoregulasi)
d. Sensasi
e. Eskresi
f. Metabolisme.
3. Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan
abses melalui beberapa cara :
a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan
jarum yang tidak steril
b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
14
c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia
dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan
terbentuknya abses.
4. Manifestasi Klinis
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-
paru, mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan di dalam
kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika timbul di wajah.
a. Nyeri
b. Nyeri tekan
c. Teraba hangat
d. Pembengkakan
e. Kemerahan
f. Demam
15
Paling sering, abses akan menimbulkan Nyeri tekan dengan massa yang
berwarna merah, hangat pada permukaan abses, dan lembut.
5. Patofisiologis
Jika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan
terjadi suatu infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan
rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah
putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri, sel
darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk
nanah yang mengisi rongga tersebut.
16
Oleh karena itu, selama infeksi terjadi akan terjadi mekanisme
yang mendorong pembuatan leukosit untuk meningkatkan jumlah
leukosit guna menyokong penanggulangan infeksi. Peningkatan dari
sel-sel leukosit inilah yang disebut dengan leukositosis dan hal ini
menjadi salah satu indikasi terjadinya infeksi.
17
6. Patoflowdiagram
18
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan
rontgen, USG, CT Scan, atau MRI.
8. Penatalaksanaan
Menurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak
membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik. Namun demikian,
kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah, debridement
dan kuretase. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk
mengidentifikasi penyebabnya, terutama apabila disebabkan oleh
benda asing, karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak
disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan
diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgetik dan
antibiotik. Drainase abses dengan menggunakan pembedahan
diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa
yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Drain dibuat dengan
tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa diproduksi bakteri.
Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang
kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai
tindakan terakhir yang perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat
dan meninggikan posisi anggota gerak dapat dilakukan untuk
membantu penanganan abses kulit.
9. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke
jaringan sekitar atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat
yang ekstensif (gangren). Pada sebagian besar bagian tubuh, abses
jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis
secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses.
Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun
19
jarang, apabila abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya
abses leher dalam yang dapat menekan trakea. (Siregar, 2004)
1. Pengkajian
a. Identitas
Abses bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia
berapa saja, namun yang paling sering diserang adalah bayi dan
anak-anak.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Nyeri, panas, bengkak, dan kemerahan pada area abses.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali,
sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan.
b) Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril
atau terkena peluru, dll.
c) Riwayat infeksi (suhu tinggi) sebelumnya yang secara cepat
menunjukkan rasa sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak
bisa dikeluarkan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit menular dan kronis, seperti TBC dan diabetes
mellitus.
4) Pemeriksaan fisik
20
3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan/insisi pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
- Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyerinya berkurang
- Klien dapat rileks, klien mampu mendemonstrasikan
keterampilan relaksasi dan aktivitas sesuai dengan
kemampuannya
- TTV dalam batas normal ; TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x /
menit, pernapasan : 20 x / menit.
Intervensi:
21
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
hipertermi dapat teratasi.
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36 0 C – 37 0C).
Intervensi :
1) Observasi TTV, terutama suhu tubuh klien.
Rasional : Untuk data awal dan memudahkan intervensi
2) Anjurkan klien untuk banyak minum, minimal 8 gelas / hari.
Rasional : Untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan tubuh
dari demam
3) Lakukan kompres hangat.
Rasional : Membantu vasodilatasi pembuluh darah sehingga
mempercepat hilangnya demam
4) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.
Rasional : Mempercepat penurunan demam
Intervensi :
1) Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Rawat luka dengan baik dan benar dengan teknik aseptic
Rasional : Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga
kontaminasi luka.
3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti biotik.
22
Rasional : Menghilangkan infeksi penyebab kerusakan jaringan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
23
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
No. RM : xx.xx.xx
Diagnosa Masuk : Abses Manus (S) + DM Type II, Riwayat penyakit Morbus Hansen
IDENTITAS
24
Pasien mengatakan nyeri di tangan kiri, kurang lebih 1 minggu, 3 hari sebelum di rujuk
merasakan bengkak di tangannya dan tampak kemerahan, setelah itu hari selasa, 08
Oktober 2019 pasien dirujuk dari puskesmas pukul 09.00 pagi ke Poli Rumah Sakit
Kanujoso Djatiwibowo, setelah dari poli pasien langsung menuju ruang rawat inap
ruang Flamboyan B kamar 7 pada pukul 13.00 WITA.
ya tidak
GENOGRAM
25
PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Alkohol ya Tidak
Keterangan
Merokok ya Tidak
Keterangan
Obat ya Tidak
Keterangan
Olahraga ya Tidak
26
Keterangan
1. Keadaan Umum :
Posisi pasien : Supinasi
2. Kesadaran:
Kualitatif :
Kuantitatif : GCS : E4 M6 V5
27
MAP : = 87 mmHg
4. Kenyamanan/nyeri
Nyeri ya Tidak
P : Provokatif dan palliatif: Pasien mengatakan nyeri karena luka pada punggung
tangan kiri
S : Severity:Skala nyeri 4
28
Mengendalikan 1 Kadang-kadang tak terkendali
rangsang defekasi
2 Mandiri 2
(BAB)
2 Mandiri 2
2 Bantuan (2 orang)
3 Mandiri 3
29
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
3 Mandiri 3
2 Mandiri 2
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri 2
1 Mandiri 1
Total skor 20
Keterangan:
20 = Mandiri
12 – 19 = Ketergantungan ringan
9 – 11 = Ketergantungan sedang
30
6. Pemeriksaan Kepala
Finger print di tengah frontal : ( ) Terhidrasi ( ) Dehidrasi
Rambut :
Penyebaran : Merata
Warna : Hitam
Mata:
Hidung :
31
Ketajaman penciuman : Dapat Membedakan Bau Teh Dan Kopi
Rongga Mulut :
Bibir : Warna
Gigi geligi :
Telinga:
Tes weber :-
Tes Rinne :-
Tes Swabach :-
Kesimpulan
32
7. Pemeriksaan Leher
Kelenjar getah bening : ( ) Teraba ( ) Tidak teraba
Frekuensi: 20 x/menit
Bradipnae Takipnea
Hyperventilasi
b. Palpasi
Vocal premitus : anterior dada Tidak dilakukan pemeriksaan Posterior dada
Tidak dilakukan pemeriksaan
33
Ekspansi paru : anterior dada Tidak dilakukan pemeriksaan Posterior dada
Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Auskultasi:
Suara Nafas : Vesikuler Bronko vesikuler
Rales
Ronki Wheezing
34
Ujung jari: Jari tabuh
( ) basah
d. Perkusi:
Batas Atas : N=ICS II
Batas Kanan : N=ICS IV Mid Sternalis Dextra Batas Kiri : N=ICS V Mid
Clavikula sinistra
e. Auskultasi :
BJ II – Aorta : Sela
BJ II – Pulmunal :
BJ I – Trikuspidalis :
BJ I – Mitral :
f. CVP :
g. CTR :
h. ECG & Interpretasinya : Lain-lain :
Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN
10. Pemeriksaan Sistem Pencernaan dan Status Nutrisi
BB
(TB m)2
35
Parameter Skor
1 – 5 kg
6 – 10 kg
11 – 15 kg
> 15 kg
a. Ya
b. Tidak 0
Total Skor
Keterangan: Bila skor > 2 dan atau pasien dengan diagnosis/kondisi khusus dilakukan
pengkajian lebih lanjut oleh Dietisien, Bila skor < 2, skrining ulang 7 hari.
36
Diet : padat lunak cair
Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : Datar
Perkusi:
37
c. Bahasa : Baik Tidak (ket: Bahasa dengan Bahasa Indonesia)
d. Kognisi : Baik Tidak
e. Orientasi : Orang Tempat Waktu
f. Saraf sensori : Nyeri tusuk Suhu Sentuhan
g. Saraf koordinasi (cerebral) : Ya Tidak
Tingkat kekuatan reflek:
Bisep 0 1 2 3 4 2 = normal
Trisep 0 1 2 3 4 3 = hiperaktif
Brakioradialis 0 1 2 3 4 4 = hiperaktif
dengan klonus terus menerus
Ket: pasien memejamkan mata, disuruh membedakan bau yang dirasakan (kopi,
teh,dll)
N2 : Normal Tidak
N3 : Normal Tidak
Ket: Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva, refleks pupil dan inspeksi
kelopak mata mampu dilakukan dengan baik
38
N4 : Normal Tidak
Ket: Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva, refleks pupil dan inspeksi
kelopak mata mampu dilakukan dengan baik
N5 : Normal Tidak
N6 : Normal Tidak
Ket: Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva, refleks pupil dan inspeksi
kelopak mata mampu dilakukan dengan baik.
N7 : Normal Tidak
Ket: Klien mampu senyum, bersiul, mengngkat alis mata, menutup kelopak mata
dengan tahanan, menjulurkan lida untuk membedakan gula dan garam.
N8 : Normal Tidak
N9 : Normal Tidak
Ket: suruh pasien untuk menggerakan bahu dan lakukan tahanan sambil pasien
melawan tahanan tersebut.
Ket: pasien disuruh menjulurkan lidah dan menggerakan dari sisi ke sisi.
39
Masalah Keperawatan : TIDAK ADA MASALAH KEPERAWATAN
Ukuran :-
Hari ke :-
f. Balance cairan:
Intake Output
Perdarahan : - ml/hr
40
Total : 2758 Total : 2055
ml/hr ml/hr
Intake – Output – IWL = 2758 ml/hr – 2055 ml/hr – 35 ml/hr = 660 ml/hr
Derajat luka :
41
Warna kulit sekitar luka : Merah
RU +1 +2 +3 +4 LU +1 +2 +3 +4 Penilaiain Edema:
RL +1 +2 +3 +4 LL +1 +2 +3 +4 +1 : kedalaman 1 – 3
mm, waktu kembali 3 detik
RU +1 +2 +3 +4 LU +1 +2 +3 +4 +3 : kedalaman 5 – 7
mm, waktu kembali 7 detik
RL +1 +2 +3 +4 LL +1 +2 +3 +4 +4 : kedalaman > 7
mm, waktu kembali 7 detik
42
Orther: ..............................................................
m. Ekskoriasis : ya tidak
n. Psoriasis : ya tidak
o. Urtikaria : ya tidak
p. Lain-lain:
43
Note: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan 21
bahwa pasien beresiko mengalami dekubitus (Pressure
TOTAL NILAI
ulcers)
44
Tahun : 2019
Tahun :-
Lokasi :-
Lain-lain :-
Hasil Standar
Diagnosa sekunder Ya 15 15
lebih dari 1 diagnosa
Tidak 0
45
Menggunakan alat Berpegangan pada benda-benda 30
bantu sekitar
Kemampuan Tidak 0 0
berjalan
Gangguan (pincang/diseret) 20
Normal/bedrest/imobilisasi 0 0
Total skor 35
Risiko = > 45
Sedang = 25 – 44
Rendah = 0 – 24
46
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
47
PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, Radiologi, EKG, USG)
Eritrosit : 4.52
48
OBAT YANG DITERIMA
4. 4. Apidra 0 – 0 – 10 unit
5. 5.
Balikpapan, ....................................................2019
49
Perawat.
Data Fokus
1. Data Subyektif :
Pre Operasi
- Pasien mengatakan nyeri karena luka pada daerah pungggung tangan
sebelah kiri, nyeri seperti ditusuk-tusuk. Nyeri timbul ketika
digerakkan, hilang timbul, pasien mengatakan skala nyeri 4
- Pasien mengeluh lelah dan lesu
Post Operasi
- Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka post op yaitu puggung
tangan kiri, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan berdenyut, nyeri hilang
timbul skala nyeri 3.
- Pasien mengatakan belum mandi dari awal masuk
- Pasien mengatakan takut jika perban luka basah
2. Data Obyektif :
Pre Operasi
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Tampak luka pada daerah punggung tangan sebelah kiri
- Pasien tampak bersifat protektif pada daerah luka
- Jenis luka akut
- Luas luka 5 cm
- Warna dasar luka tidak terlihat
- Tipe eksudat : Pus
- Tampak bengkak pada daerah luka
- Tanda – tanda vital :
TD : 140/80 mmHg
N : 101 x/menit
50
S : 36,5ᵒC
RR : 20 x/menit
- Laboratorium :
GDS (8/10/2019): 288 mg/dl
Leukosit (8/10/2019) : 11,49 10ᶟ/µl (H)
Post Operasi
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Tampak luka post op pada daerah punggung tangan sebelah kiri
- Pasien tampak bersifat protektif pada daerah luka
- Luas luka 5 cm
- Warna dasar luka merah
- Tepi luka jelas
- Luka berbau
- Pasien tampak lusuh
- Pasien sedikit berbau
- Minat perawatan diri pasien kurang
- Pasien tampak sendiri tanpa keluarga
- Tanda – tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
N : 89 x/menit
S : 36,5ᵒC
RR : 18 x/menit
- Laboratorium :
(09/10/2019) GDP : 294 mg/dl
(10/10/2019) GDP : 214 mg/dl
(11/10/2019) GDP : 186 mg/dl
51
ANALISA DATA PRE OPERASI
Nama Pasien : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki
52
1. Ds : Nyeri Akut Agen Pencedera
Pasien mengatakan nyeri karena luka Fisiologi
pada daerah punggung tangan kiri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri jika digerakan (
hilang timbul )
Do :
- Pasien tampak meringis
- Skala nyeri 4/10
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak bersifat protektif
terhadap daerah nyeri
- Tanda-tanda vital :
TD : 140/80 mmHg
N : 101 x/menit
S : 36,5ᵒC
RR : 20 x/menit
Ds : -
2. Do : Resiko Infeksi Penyakit Kronis
- Tampak luka di ekstremitas atas
sebelah kiri (daerah punggung
tangan)
- Jenis luka akut
- Luas luka 5 cm
- Warna dasar luka tidak terlihat
- Tipe eksudat : Pus
- Tanda-tanda vital :
TD : 140/80 mmHg
N : 101 x/menit
S : 36,5ᵒC
RR : 20 x/menit
Leu : 11.49 10ᶟ/µl (H)
53
4. Ds : Ketidakstabila Gangguan Glukosa
- Pasien mengatakan mudah lelah n Kadar Darah Puasa
dan lesu. Glukosa
- Pasien mengatakan cepat haus Darah
- Pasien mengatakan bibirnya
kering
Do :
- Bibir pasien tampak kering
- Hasil Laboratorium :
GDS (8/10/2019): 288 mg/dl
54
ANALISA DATA POST OPERASI
Nama Pasien : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki
55
3. Ds : - Gangguan Neuropati Perifer
Do : Integritas Kulit
- Terdapat kerusakan
jaringan kulit
- Terdapat nyeri
- Terdapat perdarahan
- Tampak bengkak
- Warna daerah luka merah
5. Ds : Defisit Penurunan
- Pasien mengatakan belum Perawatan Diri motivasi / minat
mandi dari awal masuk
- Pasien mengatakan takut
jika perban luka basah
Do :
- Pasien tampak lusuh
- Pasien sedikit berbau
- Minat perawatan diri pasien
kurang
- Pasien tampak sendiri tanpa
keluarga
56
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal Teratasi
Pre Operasi
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera
08 Oktober 2019 09 Oktober 2019
Fisiologi
2. Gangguan Integritas Kulit b.d
08 Oktober 2019 09 Oktober 2019
Neuropati Perifer
3. Ketidakstabilan Kadar Glukosa
08 Oktober 2019 09 Oktober 2019
Darah b.d Gangguan Glukosa
Darah Puasa
4. Resiko Infeksi b.d Penyakit Kronis 08 Oktober 2019 09 Oktober 2019
Post Operasi
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera
09 Oktober 2019 12 Oktober 2019
Fisik
2. Gangguan Integritas Kulit b.d
09 Oktober 2019 12 Oktober 2019
Neuropati Perifer
3. Ketidakstabilan Kadar Glukosa
09 Oktober 2019 12 Oktober 2019
Darah b.d Gangguan Glukosa
Darah Puasa
4. Defisit Perawatan Diri b.d 09 Oktober 2019 10 Oktober 2019
Penurunan Motivasi/Minat
5. Resiko Infeksi d.d Efek Tindakan 09 Oktober 2019
Invasif
57
PERENCANAAN PRE OPERASI
Nama Pasien : Tn. S Jenis Kelamin :Laki - laki
58
2. Selasa, 08 Gangguan Setelah dilakukan 2.1 Kaji atau catat ukuran,
Oktober Integritas Kulit intervensi selama 1 x 24 warna, keadaan luka /
2019 b.d neuropati jam, diharapkan kondisi sekitar luka.
12.00 WITA perifer Kerusakan integritas 2.2 Jaga kebersihan kulit
kulit dapat teratasi, agar tetap bersih dan
dengan kriteria hasil: kering
a. Integritas kulit yang 2.3 Lakukan perawatan
baik bisa luka dan hygiene
dipertahankan 2.4 Berikan prioritas untuk
(sensasi, elastisitas, meningkatkan
temperatur, hirasi, kenyamanan dan
pigmentasi) kehangatan pasien
2.5 Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat-obatan
59
mencegah penyakit
semakin parah
e. Nilai GDP dan
GDS dalam batas
normal (menurut
who ideal : 80 – 144
mg/dl)
GDP : 70 – 100
mg/dl
60
PERENCANAAN POST OPERASI
Nama Pasien : Tn. S Jenis Kelamin :Laki - laki
61
2. Rabu, 09 Gangguan Setelah dilakukan intervensi 2.1 Kaji atau catat ukuran,
Oktober Integritas Kulit selama 3 x 24 jam, warna, keadaan luka /
2019 b.d neuropati diharapkan Kerusakan kondisi sekitar luka.
13.00 WITA perifer integritas kulit dapat 2.2 Jaga kebersihan kulit
teratasi, dengan kriteria agar tetap bersih dan
hasil: kering
a. Integritas kulit yang 2.3 Lakukan perawatan luka
baik bisa dipertahankan dan hygiene
(sensasi, elastisitas, 2.4 Berikan prioritas untuk
temperatur, hirasi, meningkatkan
pigmentasi) kenyamanan dan
kehangatan pasien
2.5 Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat-obatan
62
e. Nilai GDP dan GDS
dalam batas normal
(menurut who ideal : 80
– 144 mg/dl)
GDP : 70 – 100 mg/dl
63
5. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 5.1 Cuci tangan setiap
Rabu, 09 d.d efek keperawatan selama 3 x 24 sebelum dan sesudah
Oktober tindakan infasif jam diharapkan pasien tidak melakukan tindakan
2019 mengalami infeksi dengan keperawatan
13.00 WITA kriteria hasil : 5.2 Observasi luka (lokasi,
warna, granulasi, dan
a. Luka membaik : kulit
jaringan nekrotik)
kemerahan, cairan 5.3 Monitor tanda dan
eksudat (-), dehisiensi gejala infeksi sistemik
(-), luas luka dan local
menyempit, kedalaman 5.4 Inspeksi kondisi
luka di batas epidermis luka/insisi bedah
b. Tidak terjadi tanda – 5.5 Dorong istirahat
tanda infeksi 5.6 Berikan posisi yang
c. Klien berpartisipasi mengurangi tekanan
dalam mengendalikan pada luka
infeksi 5.7 Kolaborasi dengan
d. Leukosit dalam batas dokter dalam pemberian
normal obat antibiotic bila
perlu.
64
PELAKSANAAN TINDAKAN PRE OPERASI
Nama Pasien : Tn.S Jenis Kelamin :Laki - laki
14.00 WITA
4.1 Cuci tangansetiap Telah dilakukan Rusdiyati
sebelum dan sesudah tindakan sesuai SOP dan
melakukan tindakan dengan hasil : Hanifah
keperawatan DS :
65
2.1 Kaji atau catat ukuran, Pasien tampak
warna, keadaan luka / meringis
kondisi sekitar luka. Pasien tampak
2.2 Jaga kebersihan kulit gelisah
agar tetap bersih dan Pasien tampak
kering bersifat protektif
4.2 Observasi luka (lokasi, TTV :
warna, granulasi, dan
jaringan nekrotik) TD : 140/80 mmHg
4.3 Monitor tanda dan N : 101 x/menit
gejala infeksi sistemik S : 36,5
dan local R : 20 x/menit
4.4 Inspeksi kondisi Tampak luka
luka/insisi bedah bagian punggung
tangan kiri
Jenis luka akut
Luas luka 5cm
Warna dasar luka
merah muda
Tipe eksudat darah
Leukosit : 11,40
(High)
4.1 Cuci tangan setiap
18.00 WITA Rusdiyati
sebelum dan sesudah
Telah dilakukan dan Hary
melakukan tindakan
tindakan sesuai SOP
keperawatan
dengan hasil :
1.5 Gunakan tehnik
DS :
komunikasi terapeutik
Pasien mengatakan
untuk mengetahui mengerti setelah
pengalaman nyeri diajarkan relaksasi
nafas dalam
pasien Pasien mengatakan
nyeri berkurang
66
1.6 Ajarkan tentang teknik setelah melakukan
teknik relaksasi
non farmakologi
nafas dalam
1.7 Anjurkan pasien untuk Pasien mengatakan
nyeri sudah mulai
meningkatkan istirahat
berkurang
1.8 Kolaborasi dengan DO :
dokter dalam Pasien masih
pemberian obat tampak meringis
Pasien sudah tidak
analgetik. bersifat protektif
3.5 Kolaborasi insulin
4.7 Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
antibiotic bila perlu.
67
3.1 Memantau kadar Pasien mengatakan
nyeri sudah mulai
glukosa darah, seperti
berkurang dengan
yang ditunjukkan skala nyeri 3
DO :
TTV :
TD : 130/70 mmHg
N : 95 x/menit
S : 36,6
R : 20 x/menit
GDS : 288 mg/dL
(High)
1.4 Monitor tanda – tanda
Hary
Rabu, 09 vital
Oktober 2019 Telah dilakukan
1.8 Kolaborasi dengan
06.00 WITA tindakan sesuai SOP
dokter dalam
dengan hasil :
pemberian obat
DS :
analgetik.
Pasien mengatakan
4.7 Kolaborasi dengan nyeri sudah
dokter dalam berkurang
DO :
pemberian obat
TTV :
antibiotic bila perlu TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5
R : 20 x/menit
68
PELAKSANAAN TINDAKAN POST OPERASI
Nama Pasien : Tn.S Jenis Kelamin :Laki - laki
69
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat
dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu
campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah
mati yang dicairkan oleh enzim autolitik. (Morison, 2003)
70
DAFTAR PUSTAKA
71