1) Fraktur
2) Lesi intra cranial
3. Klasifikasi
a. Ringan :
1) SKG 13 – 15
2) Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
3) Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma
b. Sedang
1) SKG 9 – 12
2) Kehilangan kesadaran dan amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24
jam.
3) Dapat mengalami fraktur tengkorak.
c. Berat
1) SKG 3 – 8
2) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
3) Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
4. Etiologi
5. Patofisiologis
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya
konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan (aselerasi)
terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma
akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera
perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak
bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara
bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang
terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi
dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan
dan robekan pada substansi alba dan batang otak.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada
permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai
akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral
dikurangi atau tak ada pada area cedera. Konsekuensinya meliputi hiperemi
(peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta
vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya
peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.
6. Manifestasi Klinis
7. Komplikasi
a. Hemorrhagie
b. Infeksi
c. Edema Herniasi
8. Pemeriksaan Penunjang
9. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah
sebagai berikut:
a. Observasi 24 jam
b. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
c. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
d. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
e. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
f. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
g. Pemberian obat-obat analgetik.
h. Pembedahan bila ada indikasi.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Pasien
Aktifitas /istrihat
Hemiparase,quadrepralgia
Sirkulasi :
Integritas ego
Eliminasi
Gejala : inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi
Makanan/cairan
Neurosensori
Postur (dekortikasi,desebrasi)kejang
Nyeri/ketidaknyamanan
Pernapasan
Keamanan
Gangguan penglihatan
Gangguan kognitif
Demam,gangguan dalam regulasi suhu ubuh.
Interaksi social
Penyuluhan pembelajaran
Rencana pemulangan
TINDAKAN RAISONAL
1. Tentukan factor-faktor yang 1. mungkinmemnunjukkan bahwa
berhubungan dengan penyebab pasien itu perlu dipindahkan ke perawatan
koma/penurunan perfusi jaringan intensif untuk memantau tekana TIK da
otak dan potensial penigkatan TIK atau pembedahan.
2. Cata status neurologis sevara 2. Mengkaji adanya kecenderungan
teratur dan bandingkan dengan pada tungkat kesdaran dan potensial
nilai standar penigkatan TIK dan bermanfaat dan
3. Kaji respon motorik terhadap menentukan lokasi,perluasan dan
perintah yang sederhana kerusakan SSP
4. Tinggikan kepala pasie 15-45o 3. Mengukur secara keseluruhan dan
sesuai indikasi/yang dapat kemampuan untuk berespon pada
ditoleransi rangsangan eksternal
5. ukur T/D 4. Menigkatkan airan balik vena dari
6. kolaborasi dengan pemberian kepala
therapi 5. Autoreglasia mempertahankan aliran
darah otak yang konstan pada saat
adafluktuasi T/D sistemik.
6. Sebagai sarana pengobatan dan
pemulihan
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau secara teratur perubahan 1. fungsi serebral bagian atas biasanya
orientasi,kemampuan terpengaruh lebih oleh adanya
berbicara,alam gangguan sirkulasi
perasaan,/afektif,sensorik,dan 2. semua system sensorik dapat
proses berpikir terpengaruh denga adanya
2. Kaji kesadaran sensorik seperti perubahan yang melibatakan
respon sentuhan,panas/dingin peningkatan/penurunan sensivitas
3. Observasi respon prilaku 3. respon individu mungkin berubah-
4. Hilangkan suara bising/stimulus ubah namun umumnya seperti
yang berlebihan sesuai kebutuhan emosi yang labil
5. Bicara dengan suara yng lembut dan 4. menrunkan ansietas,respon emosi
pelan yang berlebihan
6. Berikan stimulus yang bermanfaat : 5. pasien mungkin mengalami
verbal ( berbincang denga keterbatasan perhatian/pemahaman
pasien)penciuman,taktil (respon fase akut dan penyembuhan
sentuhan)dan pendengaran 6. untuk menstimulasi pasien koma
(TV.tape) dengan baik selama melatih
7. gunakan penerangan siang atau kembali fungsi kognitif
malam hari 7. memberikan respon perasaan
8. kolaborasi dengan tim medic,atau normal tentang pola perbahan
fisioterapi waktu dan pola yidur/bangun
8. menciptakan penatalaksanaan
terintegrasi yang didasarkan taas
kombiansi/ketidakmampuan secara
individu.
c. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiolgis
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji rentang perhatian,kebungungan 1. Pasien dalam berkonsentrasi
dan catat tingkat ansietas pasien mungkin memendek secara tajam
2. Pastikan dengan rang terdekat untuk yang menyebabkan penyebab dari
membandingkan ansietas.
kepribadian/tingkah laku pasien 2. Masa pemulihan cedera kepala
sebelum mengalami trauma dengan meliputi fase agitasi.
respon pasien sekarang 3. Untuk mencegah/membatasi
3. Jelaskan kepada pasien dan komplikasi yang mungkin terjadi
keluarga tentang pentingnya dan tidak menimbulkan suatu hal
pemeriksaan neurologis secara yang serius pada pasien dan dapat
berulang dan teratur menurunkan ansietas
4. Instruksikan untuk melakukan 4. Memfokuskan kembali perhatian
tehnik relaksasi. pasien dan untuk mengurabigi
5. Lakukan tindakan untuk mengontrol ansietas pada tingkat yang dapat
emosi ditanggulamgi.
6. Beritahu kepada 5. Untuk melindungi control dari luar
pasien,keluarga/orang terdekat untuk melindungi diri [asien oramg
pasien bahwa funsi lain dari keadaan bahaya hingga
intelektual.tingkah laku,dan fungsi kontol internal pulih kembali
emosi akan meningkat secara 6. Kebanyakna pasien dengantrauma
perlahan namun beberapa kepala mengalami masalah dengan
pengaruhnya mungkin tetap ada daya konsentrasi dan memorinya
selama beberapa bulan atau bahkan dan mungkindaya memorimya
menetap atau bahkan bias menjadi lambat
permanen. 7. Untuk kompensasi ganguan pada
7. Kolaborasi dengan tim medis kemampuan berpikir dan
tentang pelatihan kognitif atau mengatasi masalah konsentrasi
program rehabilitatif
INTERVENSI RASIONAL
1. Periksa kembali keadaan dan 1. Mengidentifikasi kemungkinan
kemampuan secara fungsional pada secara fungsional dan
kerusakan yang terjadi mempengaruhi pilihan intervensi
2. Letakkan pasie pada posisi tertentu yang akan dilakukan
untuk menghindari kerusakan 2. Perubahan yang teratur dapat
Karena tekanan menyebabkan penyebaran terhadap
3. Bantu pasien untuk melakukan berat badan dan meningkatkan
latiahn rentang gerak sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.
4. Berikan perawatan kulit dengan 3. Mempertahankan mobilisasi dan
cermat,masase dengan pelmbab fungsi sendi/posisi normal
dang anti linen/pakaian yang basah ekstermitas dan menurunkan
dan pertahankan linen tersebut terjadinya vena statis
tetap bersih 4. Menigkatkan sirkulasi dan
5. Instruksikan pasien untuk elastisitas kulit dan menurunkan
mengikuti program latuahn resiko terjadinya ekskorsiasi kulit.
penggunaan alat mobilisasi. 5. Untuk menigkatkan keberhasilan
dari suatu program tersebut.
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan perawatan aseptic dan 1. Cara pertama untuuk menghindari
antiseptic infeksi nosokomial
2. Observasi daerah kulit yang 2. Memungkinkan untuk melakukan
mengalami kerusakan catat tidakan dengan segera dan pencegahan
karakteristik, dan adanya inflamasi terhadap komplikasi selanjutnya
3. Pantau suhu secara teratur.catat adanya 3. Dapat mengidentifikasikan
demam,mengigil,diaphoresis,da perkembangan sepsis.
perubahan fungsi mental 4. Menurnkan pemajanan terhadap
4. Batasi pengunjung yang dapat pembawaa kuman penyebab infeksi
menularkan infeksi jenis lain 5. Terapi profilaktit dapat digunakan
5. Kolaborasidengan tim medis dengan pada pasien yang mengalami
pemberian antibiotik trauma,kebocoran CSS atau setelah
dilakukanya pembedahan
f. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk mencerna (penurunan tingkat
kesdaran),kelemahan otot yang diperlukan untuk mengunyah
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan pasien unntuk 1. Menentukan jenis makanan
menguyah,dan menelan. sehingga pasien terlindung dari
2. Timbang BB sesuai indikasi aspirasi
3. Jaga keamanan saat memberikan 2. Mengevaluasi keefektifan atau
makan kepada pasien. kebutuhan mengubah pemberian
4. Tingkatkan kenyamanan,lingkungan nutrisi
yang santai termasuk sosialisasi saat 3. Dapat meningkatkan pemasukan
makan. dan menormalkan fungsi makan
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dengan 4. Untu mengidentifikasi kebutuhan
pemberian nutrisi kalori tergantung pada
usia,BB,ukuran tubuh,keadaan
penyakit sekarang.
INTERVENSI RASIONAL
1. Berika kembali 1. Membantu dalam menciptakan harapan yang
informasi yang realistis dan meningkatkan pemahaman pada
berhubungandengan eadaan saat ini dan kebutuhan
proses trauma dan 2. Aktivitas,pembatasan,pengobatan,/kebutuhan
pengaruh sesudahnya terapi yang diberikan/disusun atas dasar
2. Berikan kembali pendekatan antar disiplin dan evaluasi amat
pengutan terhadap penting untuk perkembangn
pengobatan yang pemulihan/pencegahan komplikasi
diberikan sekarang 3. Kerja keras akhirnya menunjkkan hasil deficit
3. Tegaskan kembali neurologis dan memampuka pasien untuk
pentingnya untuk memulai gaya hidup baru
melakukan evaluasi
dengan tim rehabilitasi