Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA AN.

A DENGAN
DIAGNOSA HIDROCELE DENGAN TINDAKAN HIDROCELEKTOMI DI
RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

Makalah
Disusun Untuk Memenuhi tugas
Praktik klinik keperawaataan
Peminatan peraawaat kamar bedah

Disusun Oleh
Mochamad Arief Nurhuda
A11501153

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM SARJAANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tunika vaginalis diskrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila
mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembuscahaya)
pada transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus
dicari disebelah dorsal karena testis terletak diventra lepididimis sehingga tunika
vaginalis berada disebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididymis
terdorong kedorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis
mungkin kecil atau mungkin besar sekali. Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan
patologik seperti radang atau tumortestis. Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi,
tetapi sering kambuh kembali. Pada operasi, sebagian besar dinding dikeluarkan.
Kadang ditemukan hidro kilter batas difunikulus spermatikus yang berasal dari
sisatunika vaginalis didalam funikulus; benjolan tersebut jelas terbatas dan bersifat
diafan pada transiluminasi. Pada pungsi didapatkan cairan jernih .Jarang sekali
ditemukan benjolan diafan difunikulus yang dapat dihilangkan dengan tekanan,
sedangkan memberikan kesan terbatas jelas disebelah kranial. Bila demikian, terdapat
tunika vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit dengan rongga perut dan
berisi cairan rongga perut. Hernia inguinalis lateralis atau indirek yang mengandung
sedikit cairan rongga perut ini kadang diberikan nama salah hidrokel komunikans.
Karena hubungan dengan rongga perut terlalu sempit sekali. Kelainan ini memberi
kesan hidrokel funikulus; “kantong”hernia ini tidak dapat dimasuki usus atau
omentum.
Hidrokel sering ditemukan pada bayi baru lahir. Hidrokel terjadi akibat adanya
kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam
skrotum. Cairan peritoneum mengali rmelalui saluran yang terbuka tersebut dan
terperangkap didalam skrotum sehingga skrotum membengkak. Secara normal,
hidrokel akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa bulan setelah
bayi lahir.

1.2. Rumusan Masalah


Dari uraian pendahukuan diatas muncul rumusan masalah yaitu bagaimana melakukan
asuhan keperawatan perioperative pada klien dengan diaagnsa hidrocele
1.3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengatahui asuhan keperwatan pada
klien dengan diagnose hydrocele diruang Instalasi bedah sentral..
2. Tujuan khusus.
a. Menjelaskan dan menyebutkan pengertian hidrokel.
b. Menyebutkan etiologi dari hidrokel.
c. Menjelaskan patofisiologi dari hidrokel.
d. Menyebutkan manifestasi klinis dari hidrokel.
e. Mengetahui pemeriksaan penujang pada klien hydrocele
f. Menyebutkan teraaoi yang diberikan pada pasien hydrocele
g. Mengetahui focus pengkajian pada pasien hydrocele
h. Mengetahui intervensi keperawatan pada pasien hydrocele.

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Fisiologi


1. Testis
Terletak didalam skrotum. Testis memiliki dua fungsi, yaitu menghasilkan sperma
dan membuat testosterone ( hormone seks pria yang utama) .
2. Saluran
a. Epididimis Fungsinya mengumpulkan sperma dari testis dan menyediakan
ruang serta lingkungan untuk proses pematangan spema.
b. Vasdeferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis.
c. Uretra punya dua fungsi : Bagian dari system kemih yang mengalirkan air
kemih dari kandungkemih. Bagian dari system reproduksi yang mengalirkan
semen.
d. Vesicula Seminalis adalah sepasang kantong yang memproduksi 60% cairan
air mani dimana air sperma diangkut , cairan ini digunakan untuk
menyediakan nutrisi bagi sperma.
3. Kelenjar
a. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan bagi
sperma.
b. Kelenjar Cowper menghasilkan cairan berwarna bening menuju saluran
kencing saat
Rangsangan seksual sebelum ejakulasi dan orgasme.
4. Organ Genitalia Ekstena
Organ Genitalia eksterna terdiri atas:
a. Penis terdiri dari :
a) Akar (menempel pada dinding perut)
b) Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
c) Glans penis ( ujung penis yang berbentuk seperti kerucut) .
d) Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat
diujung glans penis.
b. Dua rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak
bersebelahan.
c. Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra. Jika terisi
darah, maka penis menjadi lebih besar , kaku dan tegak (mengalami ereksi ) .
d. Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi
testis. Skrotum juga ber tindak sebagai system pengontrol suhu untuk testis,
karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.
2.2. Defenisi
Hidrokel berasal dari dua kata yaitu hidro (air) dan cell (rongga/celah). Dapat
diartikan secara harafiah bahwa hidrokel adalah adanya penumpukan air pada
rongga khususnya pada tunika vaginalis.(Behram.2000).
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang
menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena
gangguan dalam pembentukan alat genitalia external, yaitu kegagalan penutupan
saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalams krotum.
Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap
didalam skrotum sehingga skrotum membengkak (Pramono,Budi.2008).
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan diantara lapisan parietalis dan
visceralis tunika vagina listestis.(Pramono,Budi.2008).

2.3. Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena:
a. Belum sempurnanya penutupan proses us vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum keprosesus vaginalis (HerniaKomunikan)
b. Belum sempurnanya system limfatik didaerah skrotum dalam melakukan
reabsorbsi cairan hidrokel.

2.4. Patofisiologi
Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang tertimbun.
Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan-akan sedikit membesar
dan teraba lunak. Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak
tegang. Pasien mengeluh adanya benjolan dikantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan dikantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada
hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang suli
tmelakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan
ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan
beberapa macam hidrokel, yaitu

a. Hidrokeltestis

Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga


testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari.

b. Hidrokelfunikulus

Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada difunikulus yaitu terletak


disebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada
diluar kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap
sepanjang hari.

c. Hidrokelkomunikan.

Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan


rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum.
Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah
besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis
dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen. Pembagian ini penting karena
berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan
koreksi hidrokel.

2.5. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis hidrokel dapat dibuat dengan transiluminasi skrotum. Bila dilakukan
transiluminasi pada hidrokel terlihat translusen, terlihat benjolan terang dengan
massage lapoval dari bayangan testis. Pemeriksan USG dapat dipertimbangkan
apabila hasil pemeriksaan transiluminasi tidak jelas yang disebabkan oleh tebalnya
kulit skrotum pasien .Dengan hasil USG berwarna keabu-abuan. Bisa juga lakukan
dengan Pemeriksaan Urin Kadang kadang terdapat nanah dalam urin dan
kemungkinan juga terdapat bakteri .Juga perlu diperiksa cairan prostat untuk
mengetahui adanya penjalaran keprostat .
2.6. Therapi

Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan
harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi
jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan
koreksi. Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengana spirasi dan
operasi:
1. Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya
tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Beberapa
indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah:
a. Hidrokelyangbesarsehinggadapatmenekanpembuluhdarah.
b. Indikasi kosmetik
c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari.
2. Hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena sering kali
hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operas
ihidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa
dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi
kantong hidrokel sesuai cara Winkel manatauplikasikan tonghidrokel sesuai cara
Lord. Pada hidrokel funiculus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara intoto. Pada
hidrokel tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan
diserap, biasanya menghilang sebelum umur 2 tahun. Tindakan pembedahan
berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa dlakukan anestesi umum
ataupun regional (spinal). Tindakan lain adalah dengan aspirasi jarum (disedot
pakai jarum). Cara ini tidak begitu digunakan karena cairan hidrokelnya akan
terisi kembali. Namun jika setelah diaspirasi kemudian dimasukkan bahan
pengerut (sclerosing drug) mungkin bisa menolong. (MayoCliinic).
2.7. Fokus pengkajian
Fokus pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan diagnose hidrokel adalah
Anamnese berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan apakah ukuran
pembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat maupun pada keadaan
emosional (menangis,ketakutan).
Serta juga dilakukan PemeriksaanFisik sebagai penguat anamneses yaitu Pada
pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat, lembut dan tidak
nyeri tekan. Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia melalui beberapa cara:
a. Pada saat pemeriksaan fisik dengan Transiluminasi/ diaponaskopihidrokel
berwarna merah terang,dan hernia berwarna gelap.
b. Hidrokel pada saat diinspeksi terdapat benjolan yang hanya ada discrotum,dan
hernia dilipatan paha.
c. Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi pada hernia
terdapat suara bising usus.
d. Pada saat dipalpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia terasa
kenyal.
e. Hidrokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong.
f. Bila dilakukan trans iluminasi pada hidrokel terlihat transulen, pada hernia
tidak.
g. Kaji setelah pembedahan: infeksi, perdarahan, disuria,dan drainase
h. Lakukan transluminasi test: ambil senter, pegang skrotum, sorot dari bawah;
bila sinar merata pada bagian skrotum maka berarti isinya cairan (bila warnanya
redup).
2.8. Intervensi keperawatan
1. Kaji keluhan utama yang dirasakan oleh klien
2. Lakukan pengecekan ulang identitas klien
3. Lekukan pngecekan penandaan lokasi operasi yang akan dilakukan
4. Cek ulang keoperator mengenaai operasi yang akan dilakukan
5. Persiapkaan pasien sesuai indikasi operasi
6. Posisikan pasien sesuai indikasi operasi
7. Cek input dan kebutuhan cairan pasien
8. Pemantauan ttv pasien
9. Pemantauan perdarahan dan kemungkinaan shok hypovolemic
10. Pemantauan TTV klien selama operasi
BAB III

TINJAAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN
Hari : Rabu Tanggal : 28 November 2018
Tempat : Ruang IBS PKU Muh Jogjakarta Jam : 11.30 WIB
Metode : Langsung Sumber : keluarga Pasien dan Rekam Medis
Oleh : Mochamad Arief Nurhuda
A. Data Subjektif
a. Identitas pasien
Nama : An. F
Tmp Tgl Lahir /Umur : Kulonprogo 11-02-2015/ 3 Thn 9 Bulan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Bayukurto 31/10 Kulonprogu yogyakarta
Pekerjaan :-
Status : anak
Diagnosa : Hidrocele dextra
No. Rekam Medis : 71-75-24
Tgl. Masuk : 27 November 2018
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama penanggung jawab : Tn.J
Alamat : Bayukurto 31/10 Kulonprogu yogyakarta
Hubungan dengan pasien : Bapak Klien
No Tlp : 081223498xxx
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan terdapat benjilan di scrotum
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tanggal
27 November 2018 dan dipindah keruang Ibnu Sina VIP kemudian klien
dibawa ke ruang IBS RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tanggal
28 November 2018 pada jam 11.30 dengaan keluhan terdapat benjolan di
skrotum disebelah kanan dan direncanakan tindakan hidrocelektomi
dengan diagnose medis hydrocele. Pasien tampak menagis. BB 17 Kg. N
100 kali/menit. RR 24 kali/menit.
3) Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien mengatakan pada anaknya belum pernah dibawa ke rumah
sakit, dan selama ini anaknya hanya mengalami penyakit ringan seperti flu
batuk dan demam.
a) Pernah dirawat di RS :Belum pernah
b) Obat-Obatan :Tidak Mengkonsumsi
c) Tindakan Operasi :□ Pernah □ Tidak Pernah
d) Alergi :□ Ya □ Tidak Ada
e) Kecelakaan : □ Pernah □ Tidak Pernah
4) Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan Tidak Memiliki riwayat penyakit keturunan dan
penyakit menular seperti TBC, DM, penyakit turunan seperti kencing
manis, dan hypertensi / darah tinggi.
d. Pola fungsional menurut gordon
a) Pola presepsi dan penanganan kesehaatan
Keluarga pasien mengatakan kesehatan adalaha hal yang sangat penting
bagi keluarganya. Keluarganya selalu menjaga lingkungan rumahya agar
selalu bersih dan tertata dengan rapih agar bisa menghindari resiko
penyakit di lingkungan rumahnya. Keluarga pasien juga mengatakan
bahwa dirumahnya juga disediakan kotak P3K untuk mengantisipasi hal-
hal yang tidak diinginkan di rumahya, keluarga jugaa mengatakan jika
keluarga sakit maka akan drawat dirumah dahulu jika tidak kunjung
sembuh maka bari dibawa kerumah sakit. Dikeluarganya terdapat anggota
kelurga yang merokok yaitu suaminya.
b) Nutrisi Metabolik
Keluarga pasien mangatakan anaknya makan namun kadang makan
sedikit. Anaknya biasa makan tiga kali sehari. Anaknya tidak mengalami
kesulitan menelan, tidak memiliki alergi terhadap makanan. Keluarga
pasien juga mengatakan dikeluarga pasien tidak ada pantangan namun
pada saat melahirkan ada beberapa makanan yang pantaang dimakan
seperti telur dan makanan amis lainnya. Anaknya dari bayi sampai umur
tiga tahun selalu mengalami pertumbuhan berat badan yang baik.
Pengkajian ABCD Nutrisi
A: IMT: BB/TB2= 17/1,0 = 17,00 Ideal ats
B: Hb:13,4 mg%, Hematoktrit 38%
C: Composmentis Mual sedikit
D: pasien makan 3x sehari tidak ada diit khusus
c) Eliminasi
Keluarga pasien mengatakan pada bagian skrotum anaknya terdapat
benjolan dan anaknya merasa kurang nyaman dengan hal tersebut dan
sering menangis. Namun dalam elimnasi anaknya tidak mengalami
gangguan.
d) Aktivitas Latihan
Keluarga pasien mengatakan anaknya tidak mengalami gangguan aktivitas
dan kegiatan harinnya namun anaknya kadang terganggu karena nyeri
yang dirasa
kan pada bagian genetaalia tersebut sehingga aktivitas bermainnya kadang
terganggu. . dari bayi sampai umur tiga tahun anaknya tidak mengalami.
Ganguan pertumbuhan.
e) Tidur Istirahat.
Keluarga pasien mengalami gangguan tidur ketika nyerinya muncul.
Anaknya biasanya tidur selama 8-10 jam perhari. Anaknya biasanya tidur
sekitar jam 8 dan bangun jam 6 pagi. Keluarga klien mangatakan anaknya
jika rewel maka harus dingdong terlebih dahuku untuk menidurkannya.
f) Kognitif Presepsi.
Keluarga pasien mengatakan anaknya tidak mengalami gangguan
pertumbuhan dan indranya tidak ada yang terganggu.
g) Prsepsi Konsep diri
Keluarga pasien mengatakan anaknya tidak mengalami gangguan dan
keterbelakangan mental, aktif dan mudah berinteraksi dengan orang
namun kadang malu-malu.
h) Peran Hubungan
Keluarga pasien mengatakan tahu mengenai person dan tanggung jawab
masing-masing dalam keluarganya. Suami bertugas mencari pengahsilan
hidup dan istri sebagai ibu rumah tangga. Dan kegiatan sosial dengan
tetangga berjalan dengan baik.
i) Seksualitas Reproduksi
Kehidupan seksualitas keluarga berjaalan dengan normal tampa ada
masalah. Selama ini ibu anak menggunakan KB pil untuk mengaatur
kehamilan. Dan ibu anak mengalami siklus haid yang normal.
j) Koping Stress
Keluarga pasien mengatakan jika ada masalah dengan anggota keluarga
yang lain maka akan doselesaikan dengan cara berdiskusi. Dan keluraga
sering pergi rekreasi untuk mendekatkan satu sama laindan
menghilangkan kejenuhan dirumah.
k) Nilai Kepercayaan
Keluarga mengatakan semua anggota keluarganya mengaanut agama
islam. Mereka semua bersalal dari suku jawa dan masih memegang adat
kebiasaan jawa yang diwariskan oleh orang tuannya. Keluargaa juga
mengatakan. Dia mengatakan agamaanya adalah hal penting dan
merupkan panduan hidup keluaarganya.
2. Data Objektiv
1) Keadaan Umum : Baik
a. Kesadaran : composmetis
b. GCS 15 : E 4, M 6, V 5
c. TTV
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,2 C
Pernafasan : 24 x/menit
d. BB : 17 Kg
e. TB : 100 Cm
3. Pemeriksaan fisik
1) Kepala Bentuk : Mesosephal, Ekspresi :ekspresif, Simetris, wajah :simetris
Nyeri tekan sinus :tidak terdapat nyeri tekan sinus, Rambut :distribusi merata,
warna hitam, Pembuluh darah :tidak terdapat pelebaran pembuluh darah,
Deformitas :tidak terdapat deformitas
2) Mata Bentuk :normal, kedudukan bola mata simetris, Palpebra :normal, tidak
terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema, perdarahan, blefaritis, maupun xanthelasma
Gerakan :normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus Konjungtiva :ananemis
Sklera :anikterik Pupil :bulat, didapatkan isokor, diameter 2 mm, reflex cahaya
langsung positif pada mata kanan dan kiri
3) Telinga Bentuk :normotia, Liang telinga :lapang, Serumen :tidak ditemukan
penumpukan serumen pada telinga kanan maupun kiri, Nyeri auricular :tidak ada
nyeri tarik pada auricular kiri maupun kanan, Nyeri tekan tragus :tidak ada nyeri
tekan pada tragus kanan maupun kiri
4) Hidung Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas Septum : terletak
ditengah, simetris Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi Cavum
nasi : tidak ada perdarahan
5) Mulut dan tenggorok Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis Gigi-geligi :
hygiene baik, Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis, Lidah : normoglosia,
tidak tremor, tidak kotor Tonsil : ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis Faring :
tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
6) Leher Bendungan vena : tidak ada bendungan vena Kelenjar tiroid : tidak
membesar, mengikuti gerakan, simetris Trakea : di tengah
7) Thorax
a. PARU-PARU
- Inspeksi :simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat statis
dan dinamis
- Palpasi :gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithorax
Perkusi :sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga VI
pada linea midklavikularis dextra, dengan peranjakan 2 jari pemeriksa,
batas paru-lambung pada sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior
sinistra.
- Auskultasi :suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun
wheezing pada kedua lapang paru
b. JANTUNG
- Inspkesi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
- Palpasi :terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea midklavikularis
sinistra
- Perkusi : - Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextra -
Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistra -
Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra
- Auskultasi :bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur maupun
gallop
8) Abdomen
- Inspeksi :abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae dan
kelainan kulit, tidak terdpat pelebaran vena
- Palpasi :terabaleras pada bagian abdomen bawah, hepar dan lien teraba,
ada nyeri tekan, maupun nyeri lepas, pada pemeriksaan ballottement
didapatkan hasil negative
- Perkusi :timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri ketok
CVA, ballotment (-)
- Auskultasi : bising usus positif 23x/menit, intensitas sedang
9) Genetalia : tidak terpasang DC, terdapat benjolan diskrotum sebelah kanan dan
jika dipegang terasa nyeri.
10) Anus/Rectum : tidak terdapat kelainan
11) Ekstremitas
- Atas :Simetris, tangan masih lengkap, tidak cacat,capillary refill time
(CRT) kurang dari 2 detik, tidak ada oedema, pada tangan kanan terpasang
infus RL 20tpm dengan kondisi tidak ada kemerahan tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada lesi. Balutan infus terlihat bersih. 5 | 5
- Bawah :Tidak ada cacat, CRT 4 detik, kaki kanan tidak ada masalh. dan
kaki kiri tidak ada oedema KO 5 | 5
4. Peemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

HEMATOLOGI

Leukost 13.5 H 4-10 Mm3

Hitung jenis

Basophil 2 0-1 %

Eousinifil 2 H 1-3 %

Netrofil 38 L 50-70 %

Limfosit % 51 H 20-40 %
Monosit % 7 2-8 %

Eritrosit 4.99 3.7-5.7 Juta/mm3

Hemoglobin 13.7 12.0-15.0 g/dl

Hematocrit 38 31-43 %

MCV 76,0 71-89 FL

MCH 27.4 27-34 Pg

MCHC 36 32-36 g/dl

RDW 10.9 L 11-16 %

Trombosit 394 150-450 Ribu/mm3

MPV 4.7 L 7-11 fL

Golongan Darah 0 -

PPT 13.1 11.0-15.0 Detik

Kontrol PPT 14,3 Detik

APTT 30.0 25.0-35.0 Detik

Kontrol APTT 30.0 Detik

Kimia Klinik

GDS Stick 1 69 60-100 GDA NAD

Serologi

HbsAg Rapid Negativ Negativ -

5. Instrument operasi
No Nama instrument Jumlah

1 Pinset anatomis kecil 2

2 Pinset anatomis besar 1


3 Pinset cirunggis kecil 1

4 Nidle holder 1

6 Klem arteri 5

7 Scuple 1

8 klam duk 5

9 Bengkok 1

10 Com kecil 2

11 Kokher 1

12 Gunting Jaringan 2

13 Cutger 1

14 Suction 1

15 Kom sedang 1

16 Hak kecil 2

6. Bahan habis pakai


No Nama barang Jumlah

1 Masker 3

2 Hand scoon steril 3

3 Apround 3

4 Kassa 20

5 NGT 1

6 Bisturi 23 1

7 Cronic 2-0 1

8 Polysorb 2-0 1
9 Dermalon 2-0 1

10 Catgut 2/0 1

11 Povidone iodin 100 ml

12 Alcohol 100 ml

13 Underpet 1

14

15

16

7. Linen
No Nama barang Jumlah

1 Jas operasi 3

2 Duk besar 2

3 Duk kecil 4

8. Laporan Perhitungan Instrumen


Nama pasien : An.A
Jenis Operasi : Hidrocelektomi
Anastesi : General Anastesi
Hari/TGL/Jam : Rabu 28 November 2018, 10.30
Jumlah alat
No Nama instrument
Sebelum Sesudah

1 Pinset anatomis kecil 2 2

2 Pinset anatomis besar 1 1

3 Pinset cirunggis kecil 1 1

4 Nidle holder 1 1
6 Klem arteri 5 5

7 Scuple 1 1

8 klam duk 5 5

9 Bengkok 1 1

10 Com kecil 2 2

11 Kokher 1 1

12 Gunting Jaringan 2 2

13 Cutger 1 1

14 Suction 1 1

15 Kom sedang 1 1

16 Hak kecil 2 2

17 Kassa 20 20

18 Bisturi 23 1 1

19 Cronic 2-0 1 1

20 Polysorb 2-0 1 1

21 Dermalon 2-0 1 1

22 Catgut 2/0 1 1

28 november 2018
Praktikan Pendidik klinik pendidik akademik

(……………) (……………) (……………)


9. Lembar surgical cek list
A. PPRE OPERASI
Analisa data Pre Operasi
Tanggal Data fokus Problem Etiologi

28/11/18 DS : keluarga pasien mengaatakan anaknya sering Nyeri akut Agen cedera
menangis dan mengeluh sakit biologis
P : nyeri hilang timbul ketika bergerak dan jilang ketika
tenang
Q : nyeri berdenyut denyut
R : nyeri di bagian skrotum dan tidak menjalar
S : skala 4
T : nyeri hilang timbul
DO :
- Anak menangis sakit jika beergerak dan jika
disentuh bagian skrotumnya
- Anak menjadi lebih manja kepada orang tuanya
- TTV
N : 88 kali/menit
RR : 24 kali/menit
S : 36 C
DS : keluarga pasien mengatakan merasa cemas Ansietas Proses
karena ini operasi peratanmanya pembedahan
Keluarga pasien mengatakan gelisah dan belum siap
untup operasi
DO: keluarga Pasien tampak Gelisah
- TTV
N : 88 kali/menit
RR : 24 kali/menit
S : 36 C

Prioritas diagnosa pre operasi


a) Nyeri Akut b.d agen cidera biologis
b) Ansietas b.d prosedur pembedahan
Intervensi keperawatan pre operasi
No Dx kep Outcam Intervensi

Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
ceera biologis keperawatan selama 1x10 2. Kaji skala nyeri, catat lokasi,
menit diharapkan pasien tidak karakteristik ( skala1-10 ) selidiki dan
mengalami Nyeri dengan laporkan perubahan nyeri yang tepat
kriteria hasil: 3. Beri posisi tidur yang nyaman

Indicator A T

Skala nyeri 3 4
berkurang

. Ekspresi nyeri 3 5

Ansietas b.d prosedur Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan dokumentasi tingkat
pembedahan keperawatan selama 1x10 kecemasan pasien
menit diharapkan pasien tidak
2. Monitor tanda-tanda vital
mengalami kecemasan dengan
kriteria hasil: 3. Jelaskan informasi tentang prosedur,
operasi
Indicator A T

Pasien tidak 3 4
gelisah

Keluarga tenang 3 5

Implementasi keperawatan pre operatif


No dx Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf

1 28/11/2018 mengkaji skala nyeri, catat DS :


lokasi, karakteristik ( skala1-10 ) keluarga pasien mengaatakan anaknya
selidiki dan laporkan perubahan sering menangis dan mengeluh sakit
nyeri yang tepat P : nyeri hilang timbul ketika bergerak
dan jilang ketika tenang
Q : nyeri berdenyut denyut
R : nyeri di bagian skrotum dan tidak
menjalar
S : skala 4
T : nyeri hilang timbul
DO :
- Anak menangis sakit jika beergerak
dan jika disentuh bagian skrotumnya
- Anak menjadi lebih manja kepada
orang tuanya
- TTV
N : 88 kali/menit
RR : 24 kali/menit
S : 36 C
1 28/11/2018 Beri pasien posisi yang nyaman DS : -
DO :
Pasien dibaringkan di meja operasi
dengan sesuai indikasi operasi
2 Mengkaji dan mendokumentasi DS : keluarga pasien mengataan cemas
tingkat kecemasan pasien, serta dengan operasi anaknya.
monitor TTV DO : keluarga pasien menagis dan
tampak cemas
2 Menjelaskan informasi tentang DS : -
prosedur, operasi Do : keluarga pasien mengerti dan paham

Memberikan informasi yang


faktual terkait diagnosis dan
tindakan operasi yang dilakukan
B. INTRA OPERASI
Analisa data intra operasi
Tanggal Data fokus Problem Etiologi

28/11/18 DS : - Resiko
DO : perdarahan
- Dilakukan penyayataan daerah operasi
N : 100 kali/menit
RR : 23 kali/menit

Prioritas diagnose intra operasi


a) Resiko perdarahan

Intervensi keperawatan intra opetasi


No Dx kep Outcam Intervensi

1 Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor perdarahan pada daerah


keperawatan selama operasi pembedahan setelah dilakukan insisi.
diharapkan perdarahan dapat 2. Ingatkan operator dan asisten bila
teratasi dengan indicator terjadi perdarahan hebat
3. Monitor vital sign
Indicator A T
4. Monitor cairan
TTV Normal 3 4

Implementasi intra operasi


No dx Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf

1 28/11/2018 Monitor perdarahan dan DS : -


memantau TTV DO :
- Perdarahan 100 cc
- TTV N : 100 kali/menit
RR : 22 kali/menit
S : 36 C
4. POST OPERASI
Analisa data
Tanggal Data fokus Problem Etiologi

28/11/18 Ds : - Resiko
Do : infeksi
- Terdapat luka bekas insisi
- Terdapat luka terbuka

Doagnosa keperawatan
a) Resiko infeksi

Intervensi keperawatan
No Dx kep Outcam Intervensi

1 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Tutup daerah luka


keperawatan selama operasi 2. Jaga luka agar tatap bersih
diharapkan resiko infeksi dapat 3. Monitor TTV
teratasi dengan indicator 4. Bersihkan luka jika kotor

Indicator A T

TTV Normal 3 4

Implementasi keperaawtan

No dx Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf

1 28/11/2018 Monitor keadaan luka dan DS : -


memantau TTV DO :
- Luka terbalut dan bersih
- TTV N : 100 kali/menit
RR : 22 kali/menit
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan pada An.A dengan preoperasi hidrokel testis yang telah
dilaksanakan pada tanggal 28 November 2018 di ruang instalasi bedah sentral RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, khusussnya pada tindakan keperawatan dan dalam
melakukan proses serta asuhan keperawatan melalui beeberapa tahap antara lain
4.1. PENGKAJIAN
Pengkajian preoperative dilakukan untuk mengindentifikaasi dan melakukan
assessment awal yang dilakukan kepada klien dengan melaakukan pengecekan
kembali pada keluarga dan memastikan daerah luka operasi dengan benar.
Perawat juga melakukan pengkajian terhadap keluarga pasien terkait tindakan
yang akan dilakukan kepada An.A
4.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil pengkajian yang dilakukan kepaada kelaurga An.A maka muncul
beberapa diagnose keperawatan antara lain :
a. Pre Operasi
a) Nyeri akut diagnosa ini diperoleh dari keterangan keluarga pasien yang
mengatakan anaknya sering menangis dan menjadi lebih mudah manja
kepada orang tuaanya dan setelaah dilakukan pengkaanjian PQRST
didaapatkan bahwa P : nyeri hilang timbul ketika bergerak dan jilang
ketika tenang Q : nyeri berdenyut denyut R : nyeri di bagian skrotum dan
tidak menjalar S : skala 4 ,T : nyeri hilang timbul
b) Ansietas, diagnose ini ditemukan karena didapatkan data dari keluaarga
pasien yang menagis ketia anaknya dibawa ke meja operasi dan kelihatan
cemas, keluarga mengtaakaan bahwa ini adalah pertamaakalinya aanaknya
dibawa ke Rumah sakit untuk dilakukan tindakan operasi
b. Intra Operasi
a) Resiko perdarahan, diagnose resiko perdarahan didirikan dengan
mengambil data dari proses operasi yang melaakukan insisi yang
kemungkinan besar akan menyebaabkan perdarahan akibat dari insisi
tersebut.
c. Post Operasi
a) Resiko infeksi, diagnose resiko infeksi didirikan dengan pengambilan data
dari akibat dari proses insisi yaitu mengakibatkan luka terbuka pada
daerah yang di insisi yang beresiko menjadi jalan masuk bagi mikro
organisme yang dapat menjadi infeksi apabila tidak ditangani dengan
benar.
4.3. INTERVENSI
Perencanaan pada kasus nyata pada dasarnya mengacu pada tinjauan keperawatan,
dan dari diagnose yang muncul dapat diambil rencana tindakan kepeeawatan yang
relefan untuk menangani diagnose keperawatan yang ada.
4.4. IMPLEMENTASI
Semua tindakan yang direncan akan sudah dapat dil aksanakan, akan tetapi
tindakan lanjutan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang belum terat
asi maupun yang teratasi sebagian belumdapat dilakukan karena keterbat asan
waktu.
4.5. EVALUASI
Pada tahap evaluasi didapatkan keberhasilan asuhan keperawatan yang mengacu
pada kriteria standart .Pada kasus nyata, hasil yang diharapkan ada yang sesuai
dengan evaluasi pada tinjauan teori dan ada beberapa tambahan yang disesuaikan
dengan kriteria standart pada intervensi..
BAB V
PENUTUP

5.1. KESI MPULAN


Setelah dilakukan studi kasus pada klien An.A dengan hidrokel testis diruang IBS RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tanggal 28 oktober 2018 daambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hidrokel yaitu terkumpulnya cairan diantara lapisan visceral dan parietaltunika
vaginalis.
2. Pengkajian fisik pada klien dengan hidrokel testis difokuskan pada organ yang
mengalami kelainan yaitu pada daerahg enetalia.
3. Diagnosa keperawatan yang muncul ditentukan dari kondisi klien saat
pengkajian.
4. Pada rencana tindakan tidak semuanya dapat diimplementasikan karena
disesuaikan dengan situasi dan kondisi klien.
5. Evaluasi secara umum terhadap klien dilakukan setelah tindakan keperawatan.
5.2. SARAN
Dari penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis dapat menyarankan:
1. Sebagai tenaga kesehatan kita harus bisa melakukan asuhan keperawatan
sebaikmungkindan semaksimal mungkin
2. Pendidikan kesehatan pada keluarga klien sangat dianjurkan untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga dan mencegah komplikasi lebih lanjut .
3. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan agar dapat dilakukan dengan baik,
selain disesuaikan dengan situasi dan kondisi, diperlukan juga kerjasama dengan
tim keseha an yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer,dkk.(2001). Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Aescuapius:Jakarta


DongoesM. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan.EGC: Jakarta
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosisi Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015
- 2017. Jakarta : EGC
Herdman,T. Heather. (2015). NANDA Internasional Diagnosis Definisi Dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC.
Kozeir & Erb, (2009). Buku Ajar Keperawatan Fundamental : Konsep Proses,
Praktik. Jakarta : EGC
Mubarak & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
Moorhead, Su., et al. (2015). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth
Edition.United States of America: Mosby Elsevier. .

Anda mungkin juga menyukai