Anda di halaman 1dari 30

ASKEP KEJANG DEMAM

PADA ANAK
Kelompok 3 Kebumen
Kelompok 3 Kebumen

1. Agus Istikmal
2. Agustina Handayani
3. Kasiyanto
4. Marleni
5. Muhammad Noer
6. Nur Ngaisah
7. Purwaning Rahmawati
8. Rindy Eki P
9. Robertus Eka W
10.Sigit Bahariawan
11.Sri Lestariningsih
12.Yuyun Ika S
TINJAUAN TEORI

DEFINISI
American Academy of Pediatrics (2008) menggambarkan kejang demam
sebagai sebuah kejang yang terjadi pada anak demam pada usia antara 6
bulan sampai 60 bulan yang tidak mengalami infeksi intrakranial,
gangguan metabolik, atau riwayat kejang demam sebelumnya (Chung,
2014).
Menurut IDAI, (2016), Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu
tubuh >38ºC, (dengan metode pengukuran suhu tubuh apa pun) yang
disebabkan oleh suatu proses ektrakranial.
TINJAUAN TEORI
ETIOLOGI
Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan
cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya tonsilitis, ostitis media
akut, bronkitis (Judha & Rahil, 2011).
Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain infeksi yang mengenai jaringan
ekstrakranial sperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis (Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009)
Menurut Suryanti, (2011), penyebab kejang demam yaitu:
a. Demam itu sendiri yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih.
b. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme.
c. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
d. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
e. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus)
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM

01 02
Kejang Demam Kejang Demam
Sederhana kompleks
Kejang demam yang
derlangsung singkat Kejang lama lebih
kurang dari 15 menit, dari 15 menit, kejang
dan umumnya akan fokal atau persial,
berhenti sendiri. Kejang kejang berulang atau
berbentuk tonik dan lebih dari 1 kali
klonik,tanpa gerakan dalam 24 jam
fokal. Kejang tidak
berulang dalam waktu 24
jam
PATOFISIOLOGI
• Suhu tubuh anak (suhu rektal)
lebih dari 38°C.
Tanda dan Gejala
• Timbulnya kejang yang bersifat
tonik-klonik, tonik, klonik, fokal
atau kinetik. Beberapa detik
setelah kejang berhenti anak tidak
memberikan reaksi apapun tetapi
beberapa saat kemudian anak akan
tersadar kembali tanpa ada
kelainan persarafan.
• Saat kejang anak tidak berespon
terhadap rangsangan seperti
panggilan, cahaya (penurunan
kesadaran)
• Kemungkinan berulangnya kejang demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah:
• 1. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
• 2. Usia kurang dari 12 bulan
• 3. Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang
• 4. Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya
kejang.
• 5. Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.
Bila seluruh faktor tersebut di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang
demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan
berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang
demam paling besar pada tahun pertama.
Faktor yang beresiko terhadap kejang demam

• Suhu • Usia ibu saat


• Usia hamil
• Jenis Kelamin • Umur kehamilan
• Riwayat Kel. • BBLR
• Prenatal & • Asfiksia
perinatal • Partus lama
“PENATALAKSANAAN”
• Segera berikan diazepam
• Pengobatan penunjang
• Pengobatan rumat
• Mencari dan mengobati
penyebab
Komplikasi

Kerusakan
jaringan Retardasi
Epilepsi otak mental

Aspirasi
PX Penunjang

Lumbal
EEG Pungsi Neuro
imaging

Px Lab.
Penatalaksanaan Keperawatan

Pengobatan fase akut


● Airway
01. ● Breating
● circulation
Pencegahan kejang
berulang
● Segera berikan
02. diazepam
● Bila tidak ada,
pakai fenobarbital
03.
Edukasi orang tua
● Yakinkan prognosis baik
● Edukasikan Penanganan kejang
● Informasikan risiko kejang berulang
● Profilaksis efeksif utk kejang tetapi ada efek samping
Hal yang harus dikerjakan bila anak kejang
• Tetap tenang dan tidak panik.
• Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
• Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat
muntah, bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
• Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat
kecil)
lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
• Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang.
• Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.
• Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih
dari 5 menit. Jangan berikan bila kejang telah berhenti.
Diazepam rektal hanya boleh diberikan satu kali oleh orangtua.
• Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5
menit atau lebih, suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kejang
tidak berhenti dengan diazepam rektal, kejang fokal, setelah
kejang anak tidak sadar, atau terdapat kelumpuhan.
ASKEP PADA AN I
DENGAN KDS
Nama : An. I
Tanggal Lahir : 25 September 2018
Umur : 2 tahun 7 bulan 7 hari
Alamat : Sruweng, Kebumen
Tanggal masuk RS: 02 Mei 2021 jam
07.00
Tanggal Pengkajian: 02 Mei 2021 jam
13.00 WIB
DX : KDS, Diare Cair Akut
No RM : 006870*
Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama : Ibu Pasien mengatakan anaknya Demam tinggi, 40°C
• Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu pasien mengatakan anaknya di rumah tiba –
tiba kejang 1x dengan durasi ± 5 menit. Ibu pasien juga mengatakan 2 hari
sebelumnya pasien sudah mengalami demam, diare >5x sehari, makan dan
minum hanya sedikit. Setelah terjadi kejang kemudian pasien langsung dibawa
keluarganya ke IGD RS PKU Muhammadiyah Sruweng.
• Penyakit Dahulu : ibu pasien mengatakan anaknya beberapa bulan lalu pernah
demam tetapi tidak pernah disertai kejang dan sampai rawat inap sebelumnya.
• Riwayat perkembangan : ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada gangguan
perkembangan sesuai umurnya
• Riwayat imunisasi : ibu pasien mengatakan, anaknya sudah imunisasi
lengkap sesuai umurnya
• Riwayat nutrisi : ibu pasien mengatakan anaknya selama sakit ini makan
minumnya sedikit, tetapi tidak mengalami penurunan berat badan. BB anak : 12
kg, TB : 92 cm
Riwayat Kesehatan
c. Pengkajian Primer
• Airway : Jalan nafas paten, pasien tidak batuk dan tidak ada dahak
• Breathing: RR : 28x/menit, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
• Circulation: N : 110x/menit, Pasien Compos Mentis
Pengkajian Sekunder
•Kepala : tampak simetris, rambut hitam, bersih, mata simetris, sklera tidak ikhterik, konjungtiva
anemis, mukosa bibir tampak kering, tidak ada pernafasan cuping hidung.
•Telinga : tampak bersih, tidak ada cairan yang keluar
•Leher : tidak ada pembengkakan kejenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP
• Paru
Inspeksi : Pengembangan paru simetris kanan dan kiri
Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor seluruh lapang dada paru
Auskultasi: tidak ada bunyi suara nafas tambahan
• Jantung
Inspeksi : iktus cordis tak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada SIC 5
Perkusi : suara pekak, konfigurasi dalam batas normal
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II murni
• Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi: Bising usus 12 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan lien
f. Therapi
• Infus D5 ½ NS 14 tpm
• Paracetamol inf 150mg/6jam
• Diazepam 4mg K/P
• Zinc syr 1 x 1 cth
• L-Bio 2x1/2 sct
• Antasyd Syr 3x1/2 cth
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Ibu pasien mengatakan anaknya demam, Proses inflamasi penyakit Hipertemia (D.0130)
dirumah kejang 1x, durasi 5 menit
DO:
 N : 110x/menit
 RR : 28x/menit
 S : 40 °C
 Kulit pasien terasa hangat
 Kulit pasien memerah

2. DS : Ibu pasien mengatakan anaknya diare > Proses infeksi Diare (D.0020)
5x dalam 1 hari ini
DO :
 Feces cair
 Pasien terlihat sakit perut
 Hasil lab feces bakteri positif
 Bising usus 12x/menit
3. DS: Ibu pasien mengatakan anaknya rewel sejak Anak berada di Lingkungan Risiko Jatuh (D.0143)
di RS asing
DO:
 Pasien anak 2 tahun
 Pasien sering rewel

 
DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI, 2017)
1) Hipertemia (D.0130) b.d Proses inflamasi penyakit
2) Diare (D.0020) b.d Proses infeksi
3) Risiko Jatuh (D.0143) d.d Anak berada di Lingkungan asing
Intervensi
Hipertemia (D.0130) b.d Proses inflamasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertermia (I.15506)
penyakit selama 3 x 24 jam, maka Termoregulasi Observasi :
(L.14134) membaik dengan kriteria hasil :  Identifikasi penyebab hipertermia
Indikator AwalTujuan (misal dehidrasi, terpapar lingkungan
Kulit merah 2 4 panas, penggunaan inkubator)
Suhu Tubuh 2 4
Kejang 2 4  Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
Keterangan :  Monitoring haluaran urine
1 : Meningkat  Monitor komplikasi akibat hipertermia
2 : Cukup Meningkat Terapeutik :
3 : Sedang  Sediakan lingkungan yang dingin
4 : Cukup Menurun  Longgarkan atau lepaskan pakaian
5 : Menurun  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal
(kompres hangat dengan prosedure
TWS)
 Berikan oksigen, jika perlu
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
Intervensi
Diare (D.0020) b.d Proses infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Diare (I.03101)
selama 3 x24 jam, maka Eliminasi Fekal Tindakan
(L.04033) Membaik dengan kriteria Observasi
hasil:  Identifikasi penyebab diare
Indikator Awal Tujuan  Identifikasi riwayat pemberian makanan
Konsistensi feses 2 4  Identifikasi gejala invaginasi ( mis: tangisan keras,
Frekuensi defekasi 2 4 kepucatan pada anak)
Peristaltik usus 2 4  Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
Keterangan : tinja
1 : Memburuk  Monitor tanda hypovolemia
2 : Cukup memburuk  Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perinala
3 : Sedang  Monitor jumlah pengeluaran diare
4 : Cukup membaik  Monitor keamanan penyiapan makanan
5 : Membaik Terapetik
 Berikan asupan cairan oral
 Pasang jalur intravena
 Berikan cairan intravena
 Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
 Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
 Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas , pedas, dan
mengandung laktosa
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
 Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/spasmodic
 Kolaborasi pemberian obat pengeras feces
Intervensi
Risiko Jatuh (D.0143) d.d Anak Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Jatuh (I.14540)
berada di Lingkungan asing keperawatan selama 3 x24 jam, Observasi :
maka Koordinasi Pergerakan  Identifikasi faktor resiko jatuh
(L.05041) meningkat dengan  Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan
kriteria hasil: kebijakan institusi
Indikator Awal Tujuan  Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh (misal :
Kontrol gerakan2 4 lantai licin, penerangan kurang)
Keseimbangan gerakan2 4  Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (misal Fall Morse Scale,
Kekuatan otot 2 4 Humpty Dumpty Scale), jika perlu
Keterangan :  Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan
1 : menurun sebaliknya
2 : Cukup menurun Terapeutik :
3 : Sedang
 Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
4 : Cukup meningkat
 Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci
5 : meningkat
 Pasang handrail tempat tidur
 Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
 Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan perawat dari
nurse station
 Gunakan alat bantu berjalan (misal: kursi roda, walker)
 Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi :
 Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah
 Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
 Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
 Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan keseimbangan
saat berdiri
 Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk memanggil perawat
Implementasi

Jam DP Tindakan / Implementasi Evaluasi
• Memonitor suhu tubuh Suhu : 40℃
02   • Memonitoring haluaran urine • Ibu pasien mengatakan anaknya BAK sedikit  
Mei • Melonggarkan pakaian pasien tidak seperti sebelum sakit, berwarna kuning
• Memberikan cairan oral pekat
2021 • Mengganti linen setiap linen basah karena keringat • Pasien tidak menggunkan baju tidak ketat dan
• Melakukan pendinginan eksternal dengan melibatkan tidak terlalu tebal
13.00 keluarga (kompres hangat) • Pasien minum sedikit tapi sering
• Memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja • Linen kering
• Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perinala • Kompres hangat melibatkan ibu pasien, agar ibu
• Memonitor cairan infus sesuai advis pasien bisa melakukan sendiri dirumah jika
• Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan anaknya demam
elektrolit •Ibu pasien mengatakan anaknya diare > 5x sehari
• Ambil sampel feses untuk cek lab ini dengan konsistensi cair dan berlendir
• Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap •Ibu pasien mengatakan tidak ada ulserasi kulit
• Mengkolaborasikan pemberian obat antimotilitas perianal
• Mnegkolborasikan pemberian obat •Infus masuk D5 ½ NS 14 tpm
antispasmodic/spasmodic •Hasil lab terlampir
• Mengidentifikasi resiko jatuh pasien •Hasil lab terlampir
• Mengorientasikan ruangan pada pasien dan keluarga •Pasien makan hanya sedikit dari porsi yang
• Memasang handrail tempat tidur disediakan
• Mendekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien •Therapi masuk
• Melibatkan keluarga/ibu pasien dalam semua tindakan ke oResiko jatuh tinggi
pasien agar dirumah bisa memberikan pertolongan pertama oKeluarga kooperatif
pada demam anak sehingga tidak sampai terjadi kejang •Handrail terpasang
kembali •Keluarga/ibu pasien terlibat dalam perawatan
pasien dan kooperatif saat diedukasi
Evaluasi

Evaluasi

KESIMPULAN
Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah
yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila
demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang
sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam.
Pada prosedur TWS untuk menurunkan demam, prosedur tersebut tidak hanya
dilakukan satu kali tetapi beberapa kali dengan diberi jeda waktu dan prosedur
TWS efektif bila dipadukan dengan antipiretik dan rehidrasi cairan berupa
susu atau infus, sehingga penurunan suhu lebih optimal.
Untuk asuhan keperawatannya, ada beberapa diagnosa keperawatan yang tidak
muncul di tinjauan kasus karena tidak semua keluhan yang ada di tinjauan
teori ada pada klien yang diambil kasusnya dalam makalah ini, namun untuk
proses keperawatan dari Pengkajian, Analisa data, Diagnosa keperawatan,
Intervensi, Implementasi dan Evaluasi sudah sesuai dengan tinjauan teori yang
ada.
SEKIAN
TERIMAKASIH
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai