Anda di halaman 1dari 11

HAZARD RADIASI DI TEMPAT KERJA

Disusun oleh :

Kelompok 3 Purworejo

1. Andi Widianto (A22020164)


2. Elista (A22020237)
3. Firda Purnama Ramadhani (A22020176)
4. Kadarwati (A22020182)
5. Unggul Wicaksono Sejati (A22020231)
6. Yusuf Setia Pambudi (A22020232)
7. Yuyun Nurhayati (A22020234)

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

TAHUN 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Perawat merupakan salah satu tenaga medis
yang memberikan pelayanan kesehatan. Kesehatan dan keselamatan perawat perlu
mendapatkan perhatian lebih dibandingkan komponen pelayanan kesehatan lainnya
karena tiap harinya perawat bertemu langsung dengan pasien dan bahaya-bahaya yang
ada dirumah sakit. Kecelakaan kerja yang tinggi di setiap bidang pekerjaan
disebabkan oleh multifaktor. Salah satu penyebab kecelakaan kerja yaitu tidak
diterapkannya analisa potensi bahaya dan penilaian risiko terhadap bahaya-bahaya
yang ada sehingga tidak terdapat pencegahan yang memadai terhadap bahaya yang
kemungkinan dapat terjadi di perusahaan (Dualembang, 2017). Pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Sebagai upaya pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja, perlu
dilakukan identifikasi sumber bahaya yang ada di tempat kerja. Pengendalian risiko
dilakukan pada seluruh bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan
mempertimbangkan peringkat risiko untuk menentukan prioritas. (Dankis, 2015).
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat
profesi dan padat modal. Pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi
pelayanan, pendidikan, penelitian dan juga mencakup berbagai tindakan maupun
disiplin medis. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang memiliki potensi terhadap
terjadinya kecelakaan kerja. Bahan mudah terbakar, gas medik, radiasi pengion, dan
bahan kimia merupakan potensi bahaya yang memiliki risiko kecelakaan kerja. Oleh
karena itu, Rumah Sakit membutuhkan perhatian khusus terhadap keselamatan dan
kesehatan pasien, staf dan umum (Sadaghiani, 2001 dalam Omrani dkk., 2015).
Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan melindungi pekerja atas
keselamatannya agar dapat meningkatkan produktifitas nasional. Menjamin semua
pekerja yang berada di tempat kerja menggunakan serta merawat sumber produksi
secara aman dan efisien (MENKES, 2009). Identifikasi bahaya merupakan langkah
awal dalam mengembangkan manajemen risiko K3. Mengidentifikasi suatu bahaya
adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di lingkungan
kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, maka dapat lebih berhati-
hati dan waspada untuk melakukan langkah-langkah pengamanan agar agar tidak
terjadi kecelakaan, namun tidak semua bahaya dapat dapat dikenali dengan mudah
(Ramli, 2009).
Tingginya penggunaan radiasi untuk kegiatan medis merupakan kontribusi
kedua terbesar sumber radiasi yang kita terima, dimana selain memberikan manfaat ,
juga dapat menyebabkan bahaya baik bagi pekerja radiasi, masyarakat, maupun
lingkungan sekitar. Sehingga pelayanan radiologi harus memperhatikan aspek
keselamatan kerja radiasi menurut Peraturan Kepala BAPETEN No.8 Tahun 2011.
Risiko bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja radiasi yaitu efek deterministik dan
efek stokastik. Pengaruh sinar X dapat menyebabkan kerusakan haemopoetik
(kelainan darah) seperti: anemia, leukimia, dan leukopeni yaitu menurunnya jumlah
leukosit (dibawah normal atau < 6.000 m3). Pada manusia dewasa, leukosit dapat
dijumpai sekitar 7.000 sel per microliter darah (Mayerni dkk, 2013).
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Definisi Hazard
2. Mengetahui Risiko Hazard Radiasi
3. Memahami Risiko Hazard Radiasi di Rumah Sakit
4. Mengerti Cara Pengendalian Risiko Hazard Radiasi di Rumah Sakit
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Hazard merupakan semua sumber situasi ataupun aktifitas yang berpotensi
menimbukan cedera ,kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja , berdasarkan OHSAS
1z001 : 200Rh.
Risiko dapat didfinisikan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan terjadinya
peristiwa yang berhubungan dengan cidera parah atau sakit akibat kerja dan terpaparnya
seseorang atau alat pada suatu bahaya ,OHSAS 1z001 : 200Rh.
B. Hazard Radiasi Dirumah Sakit
Risiko bahaya radiasi
1. Risiko ini terdapat di ruang radiologi, radio therapy kedokteran nuklir, dan
beberapa kamar operasi yang memiliki x-ray. Pengendalian yang harus
dilakukan antara lain : pemasangan rambu peringatan bahaya radiasi
pengecekan tingkat paparan radiasi secara berkala dan pemantauan paparan
radiasi.
2. Bahaya radiasi non pengion adalah Radiasi elektromagnetik dengan energi
yang tidak cukup untuk ionisasi misal radiasi infra merah atau radiasi
gelombang mikro.
Pengendalian resiko bahaya radiasi dilakukan untuk pekerja radiasi peserta
didik pengunjung dan pasien hamil. Pekerja radiasi harus sudah mendapatkan
informasi tentang resiko bahaya radiasi dan cara pengendaliannya. Selain APD
yang baik monitoring tingkat paparan radiasi dan kepatuhan petugas dalam
pengendalian bahaya radiasi merupakan hal yang penting. Sebagai indikator
tingkat paparani semua pekerja radiasi harus memakai personal dosimetri
untuk mengukur tingkat paparan radiasi yang sudah diterima sehingga dapat
dipantau dan tingkat paparan tidak boleh melebihi ambang batas yang
diijinkan. Untuk pengunjung dan pasien hamil hendaknya setiap ruang
pemerikasaan atau therapy radiasi terpasang rambu peringatan Awas bahaya
radiasi bila hamil harus melapor kepada petugas.
C. Hirarki Pengendalian Resiko Bahaya
Menurut Department of Occupational Safety and Health Ministry Of Human
Resources Malaysia (2008) bahwa pengendalian terhadap bahaya dilingkungan kerja
adalah tindakan-tindakan yang diambil untuk meminimalisir atau mengeliminasi risiko
kecelakaan kerja dengan tahap-tahap yang ada seperti Eliminasi, Subtitusi, Engineering
control, Administratif control dan Alat Pelindung Diri (APD). Tindakan pengendalian
risiko ini digunakan untuk bahaya dengan risiko tinggi.
Resiko-resiko bahaya itu semua bisa kita kendalikan melalui 5 hirarki seperti berikut;
a. Eliminasi
Hirarki teratas yakni eliminasi menghilangkan bahaya dikerjakan saat design
tujuannya ialah untuk menghilangkan kemungkinan kekeliruan manusia dalam
menjalankan suatu sistem sebab terdapatnya kekurangan pada design. Penghapusan
bahaya adalah cara yang sangat efisien hingga bukan hanya mengandalkan perilaku
pekerja dalam hindari resiko akan tetapi penghilangan benar-benar pada bahaya tidak
selamanya praktis serta ekonomis.
Misalnya: kemungkinan bahaya kimia karena proses reuse hollow fiber HD bisa di
eliminasi saat hollow fiber tak perlu reuse kembali atau single use.
b. Substitusi
Cara pengendalian ini mempunyai tujuan untuk merubah bahan proses operasi atau
perlengkapan dari yang berbahaya jadi lebih tidak beresiko. Dengan pengendalian ini
turunkan bahaya serta kemungkinan minimal lewat disain sistem atau design lagi.
Beberapa contoh aplikasi substitusi contohnya: Sistem mekanisasi pada mesin untuk
kurangi interaksi mesin-mesin beresiko dengan operator memakai bahan pembersih
kimia yang kurang beresiko kurangi kecepatan kapabilitas dan arus listrik ganti bahan
baku padat yang memunculkan debu jadi bahan yang cair atau basah.
c. Eksperimen with Enginering.
Pengendalian ini dikerjakan mempunyai tujuan untuk memisahkan bahaya dengan
pekerja dan untuk mencegah terjadinya kekeliruan manusia. Pengendalian ini
terpasang pada suatu unit sistem mesin atau perlengkapan.
Beberapa contoh implementasi cara ini contoh ialah sistem tekanan negatif pada
ruangan perawatan air borne disease, pemakaian laminar airflow, pemasangan shield
sekat Pb pada pesawat fluoroscopy ,X-Rayhi dan sebagainya.
d. Administrasi
Kontrol administratif diperuntukkan pengendalian dari bagian orang yang akan
melakukan pekerjaan. Dengan dikendalikan cara kerja diharapkan orang akan
mematuhi mempunyai potensi serta ketrampilan cukup untuk merampungkan
pekerjaan dengan aman. Jenis pengendalian ini diantaranya seleksi karyawan
terdapatnya standard operasional Mekanisme ,SOP, pelatihan, pengawasan modifikasi
prilaku agenda kerjai perputaran kerja pemeliharaan manajemen pergantian agenda
istirahat dan sebagainya.
e. Alat pelindung diri (APD)
Penentuan serta pemakaian alat pelindung diri adalah merupakan perihal yang
sekiranya efisien dalam pengendalian bahaya. APD cuma dipakai oleh pekerja yang
akan bertemu langsung dengan kemungkinan bahaya dengan memerhatikan jarak
serta waktu kontak dengan kemungkinan bahaya itu. Makin jauh dengan
kemungkinan bahaya jadi kemungkinan yang didapatkan makin kecil begitupun
makin singkat kontak dengan kemungkinan bahaya kemungkinan yang didapatkan
ikut makin kecil.
Pemakaian beberapa APD terkadang mempunyai dampak negatif pada pekerja seperti
kurang bebas dalam bekerja, terbatasnya komunikasi dengan pekerja lainnya, alergi
pada APD spesifik dan sebagainya. Beberpa pekerja yang kurang faham pada efek
kemungkinan bahaya dari pekerjaan yang dikerjakan terkadang kepatuhan dalam
pemakaian APD ikut jadi rendah. APD reuse memerlukan perawatan serta
penyimpanan yang baik hingga kualitas perlindungan dari APD itu tetap maksimal.
Tabel 1. Hirarki Pengendalian Resiko Bahaya
D. Pengendalian Resiko Bahaya
Resiko bahaya radiasi: resiko ini terdapat di ruang radiologi radio therapi kedokteran
nuklir ruang cath lab dan beberapa kamar operasi yang memiliki fluoroskopi w x-ray.
Pengendalian yang sudah dilakukan antara lain: pemasangan rambu peringatan bahaya
radiasi pelatihan proteksi bahaya radiasii penyediaan APD radiasi pengecekan tingkat
paparan radiasi secara berkala dan pemantauan paparan radiasi pada petugas radiasi
dengan personal dosimetri pada patugas radiasi.
BAB III
KASUS HAZARD RADIASI DI RS

Tingginya penggunaan radiasi untuk kegiatan medis menjadikan kegiatan medis


merupakan kontribusi kedua terbesar sumber radiasi yang kita terima, yaitu sebesar 20%.6
Radiasi yang berlebih dapat menyebabkan reaksi dan penyakit pada kulit berupa kerontokan
rambut dan kerusakan kulit, gangguan fungsi normal (seperti pneumonitis radiasi), efek
karsinogenesis, dan efek genetik.
Penggunaan teknologi nuklir sekarang semakin meningkat di berbagai bidang, bidang
industri dan kesehatan adalah dua bidang utama pemanfaatan teknologi nuklir tersebut.
Penggunaan radiasi untuk diagnostik, terapi, dan penggunaan radiofarmaka untuk kedokteran
merupakan aplikasi teknik nuklir di bidang kesehatan Salah satu penerapan teknologi nuklir
dalam bidang kesehatan atau medik adalah pelayanan radiologi. Unit Pelayanan Radiologi
merupakan salah satu instalasi penunjang medik, menggunakan sumber radiasi pengion
(sinar-X) untuk mendiagnosis adanya suatu penyakit dalam bentuk gambaran anatomi tubuh
yang ditampilkan dalam film radiografi. Data statistik menunjukkan bahwa sekitar 50%
keputusan medis harus didasarkan pada diagnosis sinar- X, bahkan untuk beberapa negara
maju angka tersebut bisa lebih besar. Data dari Bapeten dalam Kolibu, menyebutkan bahwa
sebanyak 24 rumah sakit di Indonesia memanfaatkan radiasi untuk radiodiagnosis
(pemeriksaan) dan radioterapi (pengobatan). Radiologi merupakan sarana penunjang di
rumah sakit yang menggunakan dan memanfaatkan peralatan jenis radiasi peng-ion.
Disamping bermanfaat sinar-X juga menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja radiasi
maupun masyarakat sekitar. Berbagai dampak dapat terjadi jika tubuh terpapar radiasi.
Menurut studi intensif yang dilakukan para ahli biologi radiasi (radiobiology), ternyata
radiasi dapat menimbulkan kerusakan somatik sel-sel jaringan tubuh dan kerusakan genetik
mutasi sel-sel reproduksi. Sinar Radiasi dapat memberikan efek stokastik dimana efek
stokastik akan timbul setelah melalui masa tenang yang lama,tidak mengenal dosis
ambang,keparahannya tidak tergantung pada dosis radiasi dan tidak ada penyembuhan
spontan misalnya kanker dan leukimia.
BAB IV
PEMBAHASAN

Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi


Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif. Berdasarkan peraturan tersebut setiap
instansi yang menggunakan radiasi pengion wajib menerapkan Keselamatan Radiasi
sabagai usaha pencegahan dan penanggulangan kecelakaan radiasi. Pemeriksaan dan
tindakan berpotensi menyebabkan risiko kerusakan jaringan (tergantung dosis radiasi
dan jumlah pemeriksaan) oleh karena itu :
1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, harus ada penjelasan dari Radiologinya.
2. Dosis yang lebih tinggi mengakibatkan risiko kerusakan yang lebih besar. dan
dosis yang berulang mempunyai efek kumulatif yang juga mengakibatkan risiko
yang lebih besar.
3. Setiap tindakan harus ada persetujuan dari pasien atau keluarga.
4. Pelaksana diagnostik dan terapi yang menggunakan sinar X atau radiasi pengion,
dilaksanakan oleh staf yang kompeten dan berwenang.
5. Memiliki program keamanan radiasi aktif untuk semua pelayanan.
6. Kepatuhan terhadap standar dan peraturan perundangan.
7. Tersedianya APD.
8. Orientasi bagi semua staf tentang praktik dan prosedur keselamatan.

Upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan hazard radiasi yaitu menempatkan
sumber radiasi secara benar(misalnya : ruang isolasi) dan pemakaian alat pelindung
diri (APD) untuk hazard lingkungan kerja, selain itu juga pengendaliannberupa
substitusi, eliminasi dan administrasi (hirarkhi Pengendalian risiko).
BAB V
KESIMPULAN

Menurut Ridley (2008), sasaran pencegahan kecelakaan dan hazard adalah mencegah
terjadinya keecelakaan dan jika kecelakaan terjadi, maka mencegahnya agar tidak
terulang. Adapun prosedurnya adalah :
a. Mengidentifikasi bahaya
b. Menghilangkan bahaya
c. Mengurangi bahaya hingga seminim mungkin jika penghilangan bahaya tidak
dapat dilakukan
d. Melakukan penilaian resiko residual
e. Mengendalikan resiko residual
Upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan hazard radiasi yaitu menempatkan
sumber radiasi secara benar(misalnya : ruang isolasi) dan pemakaian alat pelindung
diri (APD) untuk hazard lingkungan kerja, selain itu juga pengendaliannberupa
substitusi, eliminasi dan administrasi (hirarkhi Pengendalian risiko).
DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, N. F. (2020). Hazard Radiasi Radiologi di Rumah Sakit. OSF Preprints.

Minannisa, C. (2016). Peran Perawat dalam Mencegah Hazard Fisik- Radiasi di Rumah Sakit.
Peran Perawat Dalam Mencegah Hazard Fisik- Radiasi Di Rumah Sakit Cindy, 1–12.

Sabrina, A. (2020). Hazard fisik radiasi dalam asuhan keperawatan. Osf.Io. Retrieved from
https://osf.io/hfnd7

Anda mungkin juga menyukai