Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN RESIKO KESELAMATAN PASIEN DAN

K3 PERAWAT PADA SETIAP TAHAP ASUHAN KEPERAWATAN

DOSEN PEMIMBING
Ns, Loriza Satifa Yani, M.Ns

DI SUSUN OLEH :

MARIA ULFA

PO71202220076

PROGRAM STUDI PROFESI JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

Segala sesuatu yang kita kerjakan pasti memiliki tingkat risiko bahaya tergantung
dari seberapa sulit suatu pekerjaan tersebut dan seberapa besar peluang terjadinya risiko
bahaya pada pekerjaan yang kita lakukan tersebut. Hal ini tentu berhubungan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja atau yang dikenal dengan K3.
Risiko menurut KBBI adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan dan
membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Risiko (risk) yaitu menyatakan
kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu
(Tarwaka,2008). Risiko adalah probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusak atau
kerugian yang sudah diperkirakan seperti hilangnya nyawa, cederanya orang-orang,
terganggunya harta benda, penghidupan, dan aktivitas ekonomi, atau rusaknya lingkungan,
yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara bahaya yang ditimbulkan alam atau
diakibatkan manusia serta kondisi yang rentan (ISDR, 2004). Hazard atau bahaya adalah
semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan
kerja) atau penyakit akibat kerja. Hazard adalah suatu kondisi secara alamiah, maupun
karena ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan
kehilangan jiwa manusia (BNPB, 2008).
Keselamatan kerja merupakan suatu proses perencanaan dan pengendalian yang
memiliki potensi kecelakaan kerja menurut prosedur dan peraturan yang diterapkan. Salah
satu peraturan yang mengatur tentang kesehatan dan keselamatan kerja adalah UU Nomor
13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pasal 86 dan 87.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu kondisi kerja yang terbebas
dari risiko kecelakaan yang dapat mengakibatkan cidera, penyakit, kerusakan serta
gangguan lingkungan. Pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan,
pendidikan, penelitian dan juga mencakup berbagai tindakan maupun displin medis.
Rumah sakit adalah tempat kerja yang memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan
kerja. Bahan mudah terbakar, gas medic, radiasi pengion, dan bahan kimia merupakan
potensi bahaya yang memiliki risiko kecelakaan kerja. Oleh karena itu, Rumah Sakit
membutuhkan perhatian khusus terhadap keselamatan dan kesehatan pasien, staf dan
umum (Sadaghiani,2001 dalam Omrani dkk., 2015).
Organisasi Buruh Dunia (International Lobour Organization-ILO,2013)
menyebutkan bahwa, setiap 15 detik terdapat seorang pekerja yang meninggal dunia
akibat kecelakaan kerja dan setiap 15 detik terdapat 160 orang pekerja yang mengalami
sakit akibat kecelakaan. Setiap hari terdapat 6.300 orang meninggal dunia sebagai akibat
dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta terhitung lebih dari 2,3 juta kematian
pertahunnya. ILO menambahkan bahwa terdapat sebanyak 317 juta kecelakaan terjadi
setiap tahunnya, akibatnya banya diantaranya kehilangan pekerjaan.
Dari penelitian Novie E Mauliku tahun 2011, risiko bahaya dalam kegiatan Rumah
Sakit dalam aspek kesehatan kerja, antara lain berasal dari sarana kegiatan di Poliklinik,
ruang perawatan, laboratorium, kamar rontgent, instalasi gizi, laundry, ruang medical
record, bagian rumah tangga (housekeeping), farmasi, sterilisai alat-alat kedokteran,
pesawat uap atau bejana dengan tekanan,instalasi peralatan listrik, instalasi proteksi
kebakaran, air limbah, sampah medis, dan sebagainya.
Setiap kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besar kecilnya risiko
yang terjadi tergantung jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko yang
dilakukan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi karena pekerjaan atau
saat melakukan pekerjaan. Secara umum kecelakaan kerja ini dikarenakan tindakan
manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human action) dan keadaan
lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) (Suma’mur, 2014).
Upaya pencegahan kecelakaan akibat kerja dapat direncanakan, dilakukan dan
dipantau dengan melakukan studi karakteristik tentang kecelakaan agar upaya pencegahan
dan penanggulangannya dapat dipilih melalui pendekatan yang paling tepat. Secara garis
besar ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi kecelakaan yaitu alat-alat mekanik,
lingkungan dan kepada manusianya sendiri (Suma’mur, 2014).
Manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk mengelola risiko yang ada dalam
aktivitas perusahaan yang dapat mengakibatkan cidera pada manusia, kerusakan atau
gangguan terhadap perusahaan. Manajemen risiko terbagi atas tiga bagian yaitu Hazzard
Identification, Risk Assement and Risk Control (HIRARC). Manajemen ini adalah bagian
dari manajemen risiko yang menentukan arah penerapan K3 dalam perusahaan
(Ramli,2010). Metode HIRARC ini adalah rangkaian proses identifikasi bahaya yang
terjadi dalam aktivitas rutin maupun non rutin di perusahaan yang diharapkan dapat
dilakukan usaha untuk pencegan dan pengurangan terjadinya kecelakaan kerja serta
pengendaliannya dalam melakukan proses kegiatan perbaikan dan perawatan sehingga
prosesnya menjadi aman. Identifikasi bahaya dan penilaian risikon dan pengendaliannya
ini merupakan bagian dari sistem manajemen risiko yang merupakan dasar dari SMK3
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terdiri dari identifikasi bahaya
(hazard identification), penilaian resiko (risk assement), dan pengendalian risiko (risk
control). Menurut ILO, Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah menjaga dan
meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan social seluruh para pekerja dan pada semua
sector pekerjaan, melindungi pekerja dari resiko yang berdampak buruk pada kesehatan,
menempatkan dan menjaga pekerja dalam lingkungan yang sesuai dengan kondisi
fisiologi dan psikologi, menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja serta pekerja dengan
pekerjaannya.
BAB II
PEMBAHASAN

Perawat merupakan salah satu tenaga medis yang memberikan pelayanan


kesehatan, kesehatan dan keselamatan perawat perlu mendapat perhatian lebih dibanding
dengan komponen pelayanan kesehatan lainnya. Karena tiap harinya mereka bertemu
langsung dengan pasien dan bahaya-bahaya yang ada di rumah sakit. Setiap hari perawat
tidak pernah jauh dan selalu berinteraksi dengan pasien. Hal tersebut yang membuat
perawat selalu berhadapan langsung dengan bahaya dan dapat mengancam kesehatan dan
keselamatan kerja perawat itu sendiri, maupun orang-orang yang berada di sekitarnya
seperti keluarga saudara maupun teman terlepas dari keberadaan pasiennya. Karena
keberadaan dan kepentingan mereka yang tidak hanya berada di rumah sakit, tetapi juga
terhadap lingkungan diluar rumah sakit. Maka dikhawatirkan, jika seorang perawat secara
tidak langsung dapat menjadi penyebab sumber penyakit, maupun sumber dari efek
negatif dari risiko profesi mereka menjadi perawat.

A. RISIKO
1. Definisi Risiko

Risiko adalah gabungan dari kemungkinan atau frekuensi dan akibat atau
konsekuensi dari terjadinya bahaya tersebut penilaian risiko adalah penilaian
menyeluruh untuk mengidentifikasi bahaya dan menentukan apakah risiko dapat
diterima. Manajemen risiko adalah pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi
penilaian dan pengendalian risiko. Manajemen risiko terdiri dari tiga langkah
pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko
(Ramli ,2010).
Risiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia,
kerusakan dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu
daerah pada suatu waktu tertentu.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan pengendalian terhadap tingkat
risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Penilaian risiko adalah proses
evaluasi risiko risiko yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya dengan
memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan menentukan apakah
risiko dapat diterima atau tidak (Puspitasari, 2010).
3. Pengendalian Risiko
Menurut Hanafi dan Partawibawa 2016, pengendalian risiko terhadap bahaya yang
teridentifikasi dilakukan setelah dilakukan penilaian sebelumnya, sehingga
pengendalian risiko bahaya diprioritaskan pada bahaya dengan kategori paling tinggi
ke rendah.
4. Identifikasi dan Analisa Risiko
Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus-menerus
dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian
terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Proses identifikasi risiko ini
mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari proses inilah, semua risiko yang
ada atau yang mungkin terjadi pada suatu proyek, harus diidentifikasi. Proses
identifikasi ini harus dilakukan secara cermat dan juga komprehensif, sehingga tidak
ada resiko yang terlewatkan dan juga tidak teridentifikasi.

B. HAZARD
1. Pengertian Hazard
Hazard adalah :
a. Suatu kondisi secara alamiah maupun karena ulah manusia yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia
(BNPB, 2008)
b. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana tetapi tidak semua bahaya selalu
menjadi bencana.
c. Sumber bahaya suatu peristiwa yang hebat atau kemungkinan menimbulkan
kerugian atau korban manusia (Dirjen yanmedik, 2007).
Secara umum terdapat 5 faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain:
faktor bahaya biologi seperti : jamur, virus, bakteri, dan lain-lain. Faktor bahaya
kimia, seperti: gas, Debu, bahan beracun, dan lain-lain. Faktor bahaya biomekanik,
seperti: posisi kerja gerakan, dan lain-lain titik faktor bahaya sosial psikologis,
seperti: stres, kekerasan dan lain-lain.

2. Klasifikasi Hazard
Menurut Ndejjo 2015, bahaya secara luas diklasifikasikan sebagai biologis
dan non biologis. Bahaya biologis didefinisikan untuk dimasukkan luka laserasi,
luka yang tajam, kontak langsung dengan spesimen yang terkontaminasi bahan
biohazardous, bioterorisme, yang ditularkan melalui darah patogen, penyakit infeksi,
penyakit udara, penyakit vektor yang ditanggung, dan kontaminasi silang dari
material kotor
Sementara bahaya nonbiologis didefinisikan untuk termasuk fisik, psikososial,
dan ergonomis bahaya: bahaya fisik termasuk slip, perjalanan, jatuh, luka bakar,
fraktur, radiasi dari sinar-x, kebisingan, dan radiasi nonionisasi. Bahaya psikososial
termasuk fisik, penyalahgunaan psikososial, seksual, dan verbal dan menekankan.
Bahaya ergonomis adalah Ah lo skeletal cedera seperti nyeri otot, strain atau terkilir.
3. Identifikasi Hazard
Mengidentifikasi suatu bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui
potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan
karakteristik bahaya, maka dapat lebih berhati-hati dan waspada untuk melakukan
langkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan, namun tidak semua
bahaya dapat dikenali dengan mudah (Ramli, 2009).
BAB III
PERAWAT DAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Perawat
Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat adalah tenaga perawatan
yang berasal dari jenjang pendidikan tinggi keperawatan Ahli Madya, Ners, Ners
Spesialis, dan Ners Konsultan. Dalam pemberian pelayanan kesehatan, perawat dituntut
untuk lebih profesional agar kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan semakin
meningkat.

2. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang
memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Standar
asuhan keperawatan ini tercantum dalam standar praktik klinis keperawatan yang terdiri
dari lima fase asuhan keperawatan. Lima (5) fase tersebut yaitu: Pengkajian, Diagnosa,
Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. Asuhan keperawatan memiliki manfaat untuk
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dalam bidang keperawatan.

1. Risiko dan Hazard dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


A. Risiko dan Hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan
1. Kurangnya informasi atau data yang diberikan oleh keluarga pasien atau Pasien
itu sendiri atau dalam kata lain menyembunyikan suatu hal, sehingga dalam
proses pengkajian kurang lengkap. Akibatnya perawat ataupun dokter akan
salah dalam memberikan perawatan sehingga berbahaya terhadap pasien.
2. Pada saat melakukan pengkajian dapat juga terjadi di kejadian tertularnya
penyakit dalam hal ini seperti kontak fisik maupun udara titik pada saat perawat
melakukan perawatan ataupun pengkajian kepada pasien maka perawat
mempunyai resiko tertular penyakit dari pasien tersebut.
3. Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian ataupun
pada proses wawancara. Ketika perawat menanyakan data atau informasi pasien
namun, keluarga pasien menyembunyikannya. Sehingga demi keselamatan
pasien perawat tetap menanyakan sehingga pasien atau keluarga kurang
menyukainya dan akhirnya mendapatkan cacian atau perlakuan tidak baik.
4. Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan perawat bisa saja mendapatkan
kekerasan fisik dari pasien ataupun keluarga pasien. Misalnya pasien ataupun
keluarga yang tidak menyukai proses perawatan atau pengkajian dapat saja
melakukan kekerasan fisik terhadap perawat.
B. Risiko dan Hazard dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
Kesalahan saat merencanakan pengkajian dapat saja terjadi, jika perawat
salah dalam mengkaji maka Perawat akan salah dalam memberikan proses
perawatan atau pengobatan yang pada akhirnya akan mengakibatkan kesehatan
pasien Malah semakin terganggu. Kemudian dapat saja terjadi jika perawat
salah dalam merencanakan tindakan keperawatan maka perawat juga akan
mendapatkan bahaya seperti tertularnya penyakit dari pasien karena kurangnya
perlindungan diri terhadap perawat.
C. Risiko dan Hazard dalam implementasi keperawatan
Menurut Putri, T.E.R,2017, kesalahan saat melakukan implementasi atau
pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu merupakan kesalahan yang sangat
fatal. Kesalahan ini dapat mengakibatkan kecelakaan pada pasien atau perawat,
misalnya kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien, dikarenakan perawat
lupa membaca instruktur atau catatan an-nur dokumen rekam medik dari pasien
tersebut.
D. Risiko dan Hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan
Kesalahan pada saat melakukan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan dapat mengakibatkan pendokumentasian Asuhan Keperawatan
yang kurang data yang sudah dilakukan oleh perawat. Terkadang perawat lupa
mengkonfirmasi ke dalam dokumentasi asuhan keperawatan, sehingga yang
tertulis atau yang telah dilaksanakan oleh perawat kepada pasiennya tidak ada
dalam dokumentasi asuhan keperawatan.
2. Upaya mencegah dan meminimalkan Risiko dan Hazard pada asuhan keperawatan

a. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada pengkajian asuhan
keperawatan
1. Perawat harus memperkenalkan identitas diri baik kepada pasien maupun
kepada keluarganya
2. Perawat hendak tidak menyinggung perasaan klien saat pengkajian dilakukan,
Misalnya menggunakan masker yang sebenarnya tidak perlu dipakai
3. Perawat juga dapat membangun kepercayaan kepada pasien
4. Dalam merawat pasien, perawat harus memperlakukan setiap pasien dengan
sama
5. Pada saat melakukan wawancara dengan pasien, perawat harus menjadi
pendengar yang baik,
6. perawat harus mampu menempatkan diri sebagai tempat curhat pasien sebaik
mungkin dan diharapkan menggunakan bahasa serta tutur kata yang sopan
7. Ketika pasien terlihat dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk didekati,
maka perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarganya terlebih dahulu
8. Saat melakukan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan dari
klien terlebih dahulu
9. Perawat harus menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan fisik pada klien
10. Perawat juga harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk
apapun kepada pihak rumah sakit
11. Perawat juga harus menghindari memegang benda yang mungkin telah
terkontaminasi
12. Sebelum menuju klien hendaknya perawat mencuci tangan.

b. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard dalam tahap perencanaan
asuhan keperawatan

1. Identifikasi sumber bahaya yang mungkin dapat terjadi saat menyusun rencana
keperawatan
2. Lakukan penilaian faktor risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya
potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja saat
menyusun perencanaan keperawatan
3. Kendalikan faktor risiko yang mungkin terjadi saat menyusun rencana tindakan
keperawatan. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan bahaya,
mengganti sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang lebih memiliki
tingkat risiko yang lebih rendah
4. Ketika menyusun rencana keperawatan perawat hendak berpedoman pada
pedoman rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang ada
5. Perawat juga diharapkan untuk mampu mempertimbangkan alokasi waktu
pencapaian dari rencana keperawatan yang disusun untuk menjadi indikator
evaluasi keperawatan.

c. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap implementasi
asuhan keperawatan

1. Perawat harus menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik
seperti mencuci tangan, memakai APD lengkap, menggunakan alat kesehatan
dalam keadaan steril
2. Perawat harus mematuhi SOP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dan tidak
terburu-buru dalam melakukan tindakan
3. Perawat hendak memperhatikan cara menutup jarum suntik yang benar susunan
sel hidung kamu banyak diharapkan perawat dapat menghindari kontak
langsung dengan segala macam cairan klien, apabila dirasa sistem imunitas
tubuh sedang menurun atau tidak menggunakan APD
4. Perawat sebaiknya menerapkan perilaku hidup bersih dan juga sehat serta
menerapkan pola hidup yang sehat pula
5. Perawat harus menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi, dan
ketenangan saat bekerja terutama saat melakukan tindakan yang beresiko
kepada pasien
6. Perawat dituntut untuk belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah disediakan
oleh pihak rumah sakit dengan tujuan mengurangi risiko cedera baik bagi klien
maupun bagi perawat sendiri.

d. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada evaluasi


Asuhan keperawatan evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai sejauh
mana intervensi dan implementasi yang diberikan berhasil dalam perkembangan
kesembuhan pasien ada beberapa cara untuk mencegah dan mengurangi resiko
hazard. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko dan hazard dalam
evaluasi asuhan keperawatan yaitu:
1. Identifikasi sumber bahaya yang mungkin terjadi saat menyusun evaluasi
keperawatan, dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan kejadian
yang dapat menimbulkan potensi bahaya baik pada klien maupun kepada diri
perawat sendiri
2. Memperhatikan setiap perkembangan atau respon yang ditampakkan atau
ditimbulkan oleh klien setelah selesai melakukan tindakan keperawatan.
BAB IV
HASIL

Dari beberapa sumber yang didapat baik dari jurnal online, skripsi. Ditemukan
bahwa beberapa negara membuktikan bahwa Rumah Sakit adalah salah satu tempat kerja
yang berbahaya dan perawat adalah salah satu petugas kesehatan yang berisiko untuk
mengalami gangguan kesehatan dan keselamatan kerja akibat dari pekerjaannya.
Biro statistik Ketenagakerjaan dan konsul nasional asuransi America 2013
menyimpulkan pada rumah sakit di Amerika setiap 100 jam kerja terjadi 6,8 kejadian
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja atau PAK. Angka ini menempatkan
kecelakaan kerja dan PAK di rumah sakit sedikit lebih tinggi dibanding dengan
kecelakaan kerja dan PAK di sektor lainnya seperti sektor konstruktif manufaktur dan
pelayanan professional dan bisnis lainnya.
Sebanyak 48% kecelakaan kerja disebabkan karena penggunaan tenaga atau otot
yang berlebihan oleh perawat ketika menangani pasien, seperti mengangkat,
memindahkan atau menjangkau pasien, dan peralatan medis lainnya. Selain itu 54% jenis
kecelakaan yang dialami berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, seperti sprint
dan strain otot.
Penelitian lainnya di negara berkembang seperti india juga menyimpulkan hasil
yang sama Sandeep, Shreemathi, Kaylan, Teddy, Kapil, dan Prachi (2016) melaporkan
dalam 1 tahun terakhir 5,4% perawat rumah sakit di India mengalami luka akibat tertusuk
jarum suntik 7,4%, mengalami varises, dan 56,9% mengalami stres kerja.
Penyelenggara jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan, mencatat sepanjang tahun
2013 jumlah pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang. Dari
jumlah tersebut 75,8% berjenis kelamin laki-laki. Kecelakaan terjadi 69,59% terjadi di
dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Sedangkan yang diluar perusahaan sebanyak
10,26%, dan sisanya merupakan kecelakaan lalu lintas yang dialami para pekerja.
Sebanyak 34,43% penyebab kecelakaan kerja karena posisi tidak aman atau ergonomis,
dan sebanyak 32,2% pekerja tidak memakai peralatan yang safety.
Situasi menegangkan yang sering dialami perawat adalah tindakan kekerasan dan
pelecehan dari pasien. Komunikasi dan hubungan tim juga merupakan salah satu hal
penting dalam meningkatkan keselamatan perawat. Komunikasi dan hubungan tim adalah
proses yang dapat dilaksanakan melalui rapat, pengumpulan informasi, pendapat dalam
pendapat dalam melaksanakan program kerja, evaluasi program kerja, penyelesaian
masalah, bimbingan serta arahan, serta penjelasan yang bermanfaat untuk mengurangi
kesenjangan komunikasi antar pimpinan atau sesama staff.
Sebuah penelitian di rumah sakit melaporkan perawat jatuh atau terpeleset karena
lantai yang licin 5,9% (Szeto, Law, Lee, Lau, Ying Chan & Wai Law, 2010). Angka
kejadian akibat paparan bahan kimia 0,5 sampai 1,9 kasus per 1000 perawat per tahun
(Trinkoff, Brown, Caruso, Lipscomb, Johantgen, Nelson, Sattler, & Selby, 2007).
Penelitian di Lusaka menemukan 11,4% perawat tertular tuberkulosis (TBC) (Menzies,
Joshi, & Pai,2007).
Perawat tertular Human Immunodeficiency Virus/ HIV pada saat bekerja 57%.
Perawat yang mengalami nyeri muskuloskeletal atau sakit pada punggung sebagai
dampak dari pekerjaan sebesar 52%. Pich, Hazelton, Sundin dan Kable (2010)
melaporkan bahwa perawat mengalami kekerasan baik fisik maupun verbal sebesar 60
sampai 90%, tertusuk jarum suntik 52,9% (Manyele, Ngonyani, & Eliakimu, 2008).
Hasil laporan National safety Council NSC tahun 2008 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus
yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores atau terpotong,
luka bakar dan penyakit infeksi serta lain-lain.
BAB V

KESIMPULAN

Kesehatan dan keselamatan kerja K3 adalah ilmu terapan yang bersifat


multidisiplin, bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan
manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman,
nyaman dan mencapai tujuan yaitu produktivitas setinggi-tingginya (Yuanita dan Waruru,
2016).
Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang berpotensi tinggi terhadap terjadinya
kecelakaan kerja. Adanya bahan mudah terbakar, gas medis radiasi pengion, dan bahan
kimia yang membutuhkan perhatian serius terhadap keselamatan pasien, staf dan umum
(Sarastuti, 2016).
Risiko merupakan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa
yang berhubungan dengan cedera parah atau sakit akibat kerja dan terpaparnya seseorang
atau alat pada suatu bahaya. Sedangkan hazard merupakan semua sumber, situasi ataupun
aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera atau kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, tentu perawat tidak akan
pernah terlepas dari risiko dan Hazard. Untuk itu ada beberapa hal hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah risiko dan Hazard pada tahap proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Aspihan,Moch.,dkk. Ergonomic Partisipatif Berjenjang sebagai Bentuk Intervensi


Keperawatan Komunitas pada Kelompok Pekerja dengan Risiko Gangguan
Muskuloskeletal di PT X. Buku Proceeding Unissula Nursing Conference.Unissula
Press

Ernawati,Novi.,Hj.Ella Nurlelawati.2017.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Pelaksanaan Penerapan K3 pada Tenaga Kesehatan di RSIA Permata Sarana Husada
Periode Februari 2015.Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya Vol 3(1)

Hamarno,Rudi.2016. Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajemen Bencana.


Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Indragiri, Suzana.,Triesda Yuttya.2018.Manajemen Risiko K3 Menggunakan Hazard


Identification Risk Assement and Risk Control (HIRARC).Jurnal Kesehatan Vol 9
(1)

Irawan,Shandy.,dkk.2015.Penyusunan Hazard Identification Risk Assesment and Risk


Control (HIRARC). Di PT. X.Jurnal Titra Vol 3 (1)

Mahdarsari,Mayanti.,dkk2016. Peningkatan Keselamatan Diri Perawat Melalui


Optimalisasi Fungsi Manajemen.Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 19 (3) hal 176-
183

Mantiri, Ezra Zimri Ruben Abiam.,dkk.2020. Faktor Psikologi dan Perilaku dengan
Penerapan Manajemen Keselamatan Kerja Rumah Sakit.

Prasetyo, Erwan Henri.,dkk.2018. Analisis Hira (Hazard identification and risk


assessment) pada instansi x di Semarang.Jurnal Kesehatan masyarakat Vol 6 (5)

Putri, Oktaviana Zahratul.,dkk.2017. Analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja


pada petugas kesehatan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit akademik
UGM.Jurnal Kesehatan Vol 10 (1)

Ramdan,Iwan M.,dkk.2017. Analisi Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada
Perawat.Jurnal Kesehatan Vol 5 (3)
Sapryadi., dkk.2017.Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Divisi Boiler
Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control
(HIRARC).Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol 1(2)

Simamora, R. H. (2011). ROLE CONFLICT OF NURSE RELATIONSHIP WITH


PERFORMANCE IN THE EMERGENCY UNIT OF HOSPITALS RSD DR.
SOEBANDI JEMBER. The Malaysian Journal of Nursing, 3(2), 23-32

Wulan,Fatwa Hisadayah.2019.”Analisis Faktor Risiko dan Hazard dalam Implementasi


Keperawatan”. Skripsi.Fakultas Ilmi Kesehatan.Keperawatan S1. UMP.

Anda mungkin juga menyukai