Disusun Oleh :
Erni Trisnowati ( 2720200094)
Anggi (2720200076)
Devina (2720200027)
1
BAB I
PENDAHULUAN
3
B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari risiko
2. Mengetahui pengertian dari hazard
3. Mengetahui apa saja risiko dan hazard dalam pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
C. MANFAAT
1. Makalah ini dapat digunakan sebagai sasaran belajar dan mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh selama masa pemebelajaran tentang keselamatan dan kesehatan
kerja.
2. Pengetahuan yang diperoleh dari makalah ini dapat dijadikan pedoman dalam
3. Melaksanakan tugas mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
K3 Rumah sakit adalah usaha terpadu yang dilakukan oleh rumah sakit
secara terintegrasi agar menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja yang
sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung
atau pengantar orang sakit maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
rumah sakit.
5
C. Kecelakaan Kerja
6
3. Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
a. Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang
mengandung risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk
melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan
potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
b. Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan
metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun
mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.
c. Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu
kontrak (asuransi) maupun hedging.
d. Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi
menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya
risiko tersebut kecil.
e. Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi
maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima
sebagai bagian penting dari aktivitas.
Penanganan risiko:
• High probability, high impact : risiko jenis ini umumnya dihindari
ataupun ditransfer.
• Low probability, high impact : respon paling tepat untuk tipe risiko
ini adalah dihindari. Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi
risiko serta kembangkan contingency plan.
• High probability, low impact : mitigasi risiko dan kembangkan
contingency plan
• Low probability, low impact : efek dari risiko ini dapat dikurangi,
namun biayanya dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam
kasus ini mungkin lebih baik untuk menerima efek dari risiko tersebut.
7
• Contingency plan: Untuk risiko yang mungkin terjadi maka perlu
dipersiapkan contingency plan seandainya benar-benar terjadi.
Contingency plan haruslah sesuai dan proporsional terhadap dampak
risiko tersebut. Dalam banyak kasus seringkali lebih efisien untuk
mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk mengurangi risiko
dibandingkan mengembangkan contingency plan yang jika
diimplementasikan akan lebih mahal. Namun beberapa scenario
memang membutuhkan full contingency plan, tergantung pada
proyeknya. Namun jangan sampai tertukar antara contingency
planning dengan re-planning normal yang memang dibutuhkan karena
adanya perubahan dalam proyek yang berjalan.
4. Implementasi Manajemen Risiko
Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani risiko,
maka saatnya untuk mengimplementasikan metode yang telah direncanakan
tersebut.
5. Monitoring Risiko
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko
merupakan bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun,
manajemen risiko tidaklah berhenti sampai disana saja. Praktek, pengalaman
dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana
dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk
selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi risiko dan
pengukuran risiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih
dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah.
Sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan
diimplementasikan secara efektif.
F. Hazard
Bahaya atau hazard adalah keadaan atau situasi yang potensial dapat
menyebabkan kerugian seperti luka, sakit, kerusakan harta benda, kerusakan
lingkungan kerja, atau kombinasi seluruhnya (Ramli, 2010).
Sedangkan bahaya atau hazard kesehatan adalah hazard yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan. Dari sudut pandang kesehatan kerja, sistem
kerja, mencakup empat komponen kerja, yaitu pekerja, lingkungan kerja,
pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja.Setiap komponen kerja
8
dapat menjadi sumber atau situasi yang berpotensi menimbulkan kerugian
bagikesehatan pekerja.Kerugian kesehatan dapat berupa cedera atau gangguan
kesehatan baik fisik maupun mental. Sumber atau situasi yang potensial tersebut
dikenal sebagai hazard atau faktor risiko kesehatan. Pada kondisi tertentu hazard
kesehatan dapat menjadi nyata dan menimbulkan cedera atau gangguan
kesehatan. Peluang hazard kesehatan untuk menimbulkan gangguan kesehatan
disebut sebagai risiko kesehatan (Kurniawidjaja, 2010).
Menurut Kurniawidjaja, 2010 Bahaya atau hazard dapat digolongkan
berdasarkan jenisnya yaitu:
1. Hazard tubuh pekerja
Hazard tubuh pekerja (somatic hazard), merupakan hazard yang
berasal dari dalam tubuh pekerja yaitu kapasitas kerja dan status kesehatan
pekerja. Contohnya seorang pekerja yang buta warna bila mengerjakan alat
elektronik yang penuh dengan kabel listrik yang warna-warni, hazard
somatiknya dapat membahayakan dirinya maupun orang lain orang lain
dikelilingnya bila ia salah menyambung warna kabel tertentu karena
tindakan ini berpotensi menimbulkan kebakaran atau ledakan.
2. Hazard perilaku kesehatan
Hazard perilaku kesehatan (behavioral hazard), yaitu hazard yang
terkait dengan perilaku pekerja. Contohnya antara lain model rambut
panjang diruang mesin berputar telah mengakibatkan seorang pekerja di
tambang batubara tertarik dalam mesin dan hancur tubuhnya karena
tergiling mesin penggiling bongkahan batu (crusher).
3. Hazard lingkungan kerja
Hazard lingkungan kerja (environmental hazard) dapat berupa faktor
fisik, kimia, dan biologik.Faktor fisik, kimia dan biologik yang berada
ditempat kerja berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bila kadarnya
atau intensitas pajanannya tinggi melampaui toleransi kemampuan tubuh
pekerja.Hazard di lingkungan kerja antara lain:
a. Bahaya fisik, berpotensi menimbulkan terjadinya Penyakit Akibat
Kerja (PAK). Jenis-jenis bahaya yang termasuk dalam golongan fisik
serta pekerja berisiko terpajan antara lain adalah sebagai berikut:
9
• Bahaya mekanik, antara lain adalah terbentur, tertusuk, tersayat,
terjepit, tertekan, terjatuh, terpeleset, terkilir, tertabrak, terbakar,
terkena serpihan ledakan, tersiram, dan tertelan.
• Bising, berasal dari bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan
dapat menganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat
menyebabkan gangguan pendengaran (ketulian). Ditempat kerja
bising dapat berasal dari berbagai tempat seperti pada area
produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum
seperti pasar atau stasiun.
• Getar atau vibrasi dapat menimbulkan gangguan pendengaran,
muskoloskeletal, keseimbangan, white finger dan hematuri
mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi dan jarinagn pembuluh
darah. Getaran dapat memajani seluruh tubuh (whole body
vibration) seperti pada pekerja pemotong rumput yang membawa
mesin di punggungnya dan pengemudi.
• Suhu ekstrem panas
Tekanan panas yang melebihi kemampuan adaptasi, dapat
menimbulkan heat cramp, heat exhaustion dan heat stroke, dan
kelainan kulit. contoh peralatan kerja mengeluarkan suhu
ekstrem panas adalah tempat pembakaran (furnace), dapur atau
tempat pemanasan (boiler), mesin pembangkit listrik (generator)
atau mesin lainnya.
• Suhu ekstrem dingin, pajanan suhu ekstrem dingin dilingkungan
kerja dapat menimbulkan frostbite yang ditandai dengan bagian
tubuh mati rasa diujung jari atau daun telinga, serta gejala
hipotermia yaitu suhu tubuh di bawah 35oC dan dapat
mengancam jiwa. Pekerja yang berisiko seperti penyelam,
pekerja di cold storage, di ruang panel yang menggunakan alat
elektronik dalam suhu ekstrem dingin, pemotong dan pengemas
daging atau makanan laut yang dibekukan.
• Cahaya kurang atau terlalu terang dapat merusak mata.Sering
bekerja dibawah cahaya yang redup dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada mata berupa kelelahan mata atau kepala
sakit.Adapun pencahayaan lainnya yang dapat berisiko
10
mengangggu kesehatan pekerja adalah mereka yang bekerja di
pantai ataupun ditengah laut sebagai akibat terkena sinar
matahari yang cukup lama.
• Radiasi Pengion, antara lain berasal dari sinar alfa, sinar beta,
sinar gamma atau sinar-X, pekerja yang berisiko yaitu
radiografer di bagian radiologi di suatu klinik atau rumah sakit,
operator pembangkit tenaga nuklir atau lainnya.
b. Bahaya Kimia, berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang
sangat luas dari yang ringan seperti bersin-bersin, kulit gatal sampai
yang berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal atau
cacat fungsi paru. Bahaya kimia di tempat kerja dapat berupa:
• Logam berat, seperti merkuri, krom atau kadmium
• Solvent/pelarut organik, misalnya hidrokarbon alifatik,
hidrokarbon aromatik. Pelarut organik yang banyak digunakan di
industri antara lain asam sulfat, asam fosfat benzena, toluena, dll.
• Gas dan Uap, di udara gas dan uap biasanya bersifat asphyxiants,
iritasi lokal pada mukosa mata dan saluran pernafasan, sensitasi
dan yang toksik. Beberapa contoh pemanfaatan dan keberadaan
gas dan uap antara lain adalah amoniak di pabrik pupuk, klorin
dalam pembersih rumah tangga, pemutih binatu atau desinfektan
di kolom renang dan fasilitas kesehatan.
c. Bahaya Biologik, berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat
kerja (PAK), dari penyakit flu biasa sampai SARS bahkan HIV AIDS
bagi pekerja kesehatan.Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam
golongan faktor biologik serta pekerja berisiko terpajan antara lain
virus (Hepatitis B/C, HIV AIDS), bakteri (tuberkulosis,
leptospirosis), Jamur (coccidiomycosis, Aktinomikosis), serta parasit
(malaria).
4. Hazard Ergonomik
Hazard ergonomik yang dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan
dan peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja termasuk work station.
Contoh pekerja yang mengalami hazard ergonomik adalah pengemudi.
11
5. Hazard Pengorganisasian Pekerjaan dan Budaya Kerja
Contohnya adalah faktor stress kerja berupa beban kerja berlebih atau
pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai larut
malam dan mengabaikan kehidupan sosial pekerja.
G. Risiko dan hazard di instalasi gawat darurat
Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perseorangan ataupun organisasi
atau bahkan perusahaan juga mengandung resiko. Semakin besar resiko yang
dihadapi pada umumnya dapat diperhitungkan bahwa pengembalian yang
diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan resiko menunjukkan sikap
yang berbeda terhadap pengambilan resiko. Resiko melekat daritindakan
pelayanan kesehatan dalam hal ini pada saat melakukan pengkajian asuhan
keperawatan adalah bahwa dalam kegiatan ini yang diukur adalah upaya yang
dilakukan.salah satunya resioko cidera jarum suntik dan benda tajam di instalasi
gawat darurat.
1. Pengertian cedera Jarum Suntik dan Benda Tajam
The canadian centre for Occupational Health and Safety (CCOHS)
menyatakan bahwa cidera jarum suntik dan benda tajam sebagai luka
yang menembus kulit karena tertusuk jarum suntik atau benda medis
tajam lainnya secara tidak sengaja dan dapat menularkan penyakit infeksi
terutama virus patogen darah seperti HIV, Hepatitis B, dan Hepatitis C.
The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
mendefinisikan cidera jarum suntik dan benda tajam sebagai luka yang
disebabkan oleh jarum suntik seperti jarum hipodermik, jarum
pengambilan darah, stylet intervena, dan jarum yang digunakan untuk
menghubungkan bagian dari sistem intervena. Cidera jarum suntik dan
benda tajam telah diakui sebagai salah satu bahaya kerja di antara
petugas layanan kesehatan atau petugas kesehatan.
Diperkirakan 600.000 – 800.000 cedera jarum suntik dan benda
tajam dilaporkan setiap tahun diantara petugas kesehatan Amerika,
diperkirakan bahwa 100.000 cidera jarum suntik dan benda tajam terjadi
setiap tahun di inggris dan 500.000 per tahun di Jerman. Paparan umum
untuk cidera jarum suntik dan benda tajam adalah sumber infeksi yang
substansial dengan patogen yang dibawah oleh darah dianatara petugas
layanan kesehatan dan dapat menebabkan konsekuensi kesehatan yang
12
substansial. Tindakan pencegahan jarum suntik yang efektif mencakupi
kontrol praktik administratif dan kontrol kerja seperti mendidik pekerja
tentang bahaya, menerapkan sistem kewaspadaan, menghilangkan jarum
suntik dan menyediakan kontainer khusus untuk benda tajam agar
memudahkan akses yang berada dalam jangkuan penglihatan pekerja.
2. Penyebab Cidera Jarum Suntik dan Benda Tajam
Berikut penyebab cidera jarum dan benda tajam adalah :
a. Terlalu sering menggunakan jarum suntik dan benda tajam yang tidak
perlu.
b. Kurangnya pasokan jarum suntik sekali pakai dan wadah pembuangan
benda tajam lainnya.
c. Kurangnya akses untuk segera melakukan pembungan benda tajam
setelah injeksi.
d. Kurangnya kesadaran bahaya tertusuk jarum suntik dan benda tajam
dan pelatihan.
3. Faktor – faktor yang Berisiko Terjadinya Cidera Jarum Suntik dan Benda
Tajam.
a. Usia
Usia merupakan faktor modifikasi atau modifying factor yang dapat
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap bahaya dimana orang
muda tidak menganggap suatu keadaan berbahaya tetapi orang tua
atau yang lebih dewasa akan merasakan hal tersebut berbahaya. Usia
seorang pekerja dapat dikaitkan dengan pengalaman kerja dalam hal
mempergunakan macam-macam alat-alat pekerjaan, dimana semakin
tua usia seseorang maka pengalaman kerja itu sangat penting
peranannya bagi peningkatan pencegahan kecelakaan kerja.
b. Masa kerja
13
c. Tingkat pendidikan
Unit kerja adalah tiap ruangan atau lapangan baik tertutup maupun terbuka
dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja untuk keperluan suatu usaha dan
terdapat sumber-sumber bahaya (fisik, kimia, biologi, ergonomi dan
.
psikologi)
e. Bahaya fisik adalah bahaya yang sering terjadi di unit kerja termasuk kondisi
tidak aman yang dapat menyebabkan cidera dan tertular penyakit akibat
cidera jarum suntik dan benda tajam pada perawat atau petugas kesehatan
lainnya pada unit kerja tertentu yang terdapat di rumah sakit.
f. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra menusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
pencuiman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behaviour). Pengetahuan adalah kejadian yang kognitif, bahkan fisiologis,
yang terjadi dalam pikiran manusia.Pengetahuan yang terekam dalam pikiran
manusia dalam bentuk terdokumentasi disebut pengetahuan tersirat (tacit
knowledge) dan pengetahuan yang telah didokumentasikan disebut
pengetahuan eksplisit (explicit knowledge). Pengetahuan bersifat “melekat”
dan dalam penerapannya tidak bersifat universal, serta tidak mudah
dipindahkan.
14
4. Dampak Cidera Jarum suntik dan Benda Tajam
Petugas pelayanan kesehatan yang mengalami luka tertusuk jarum dan benda
tajam berpotensi mengalami infeksi akibat patogen darah. Petugas pelayan
kesehatan yang paling banyak mengalami luka akibat tertusuk jarum adalah
perawat. Cedera dari jarum dan perangkat tajam lainnya yang digunakan di
fasilitas pelayanan kesehatan dan laboratorium yang berhubungan dengan
penularan kerja lebih dari 20 patogen. HBV, HCV, dan HIV adalah patogen
yang paling sering ditularkan selama perawatan pasien.
5. Pencegahan Cidera Jarum Suntik dan Benda Tajam
Adapun strategi rekayasa alat suntik safety pada umumnya meliputi langkah-
langkah sebagai berikut;
a. Eliminasi kebutuhan jarum suntik (subsitusi)
16
Engeneering control lainnya adalah pemanfaatan sharp container untuk
penampungan alat suntik bekas pakai dan benda tajam lainnya. Alat
penampungan ini merupakan elemen penting dan elemen inti daru upaya
pencegahan luka tertusuk jarum dan benda tajam lainnya. Menurut OSHA dan
CDC kewaspadaan universal dengan penekanan pentingnya penggunaan APD
dan pengendalian penatalaksanaan kerja, efektif mencegah pajanan luka
terhadap patogen darah
17
Pada tahun 2001 American Nurses Association (ANA) memnggunakan hirarki
kontrol untuk mencegah luka tertusuk jarum dan benda tajam lainnya yaitu;
a. Eliminasi hazard
Policy yang membatasi pajanan terhadap hazard. Alokasi sumber daya terkait
keselamatan petugas pelayanan kesehatan, pembentukan badan pencegahan
luka tertusuk jarum suntik, program pengendalian pajanan, penghapusan alat
medis yang tidak aman, pelatihan pemanfaatan alat medis yang aman.
c. Pengendalian cara kerja
Menyediakan apron (celemek), sarung tangan, dan sepatu, masker, dan goggle.
H. Upaya K3 lainnya yang dijalankan.
18
I. Bahaya kesehatan yang berkaitan dengan lokasi dan pekerjaan di rumah sakit:
19
20
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Karena itu disamping perhatian instansi itu sendiri, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama .Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan
kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja pelayanan kesehatan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja.
22
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : 2008
Jakarta : 2012