Anda di halaman 1dari 3

LTM 1 KESELAMATAN PASIEN

NURHIDAYATI SOLEKAH
NPM 2106763171

ETIKA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


DALAM KEPERAWATAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan
adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Rejeki, 2016)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan suasana
bekerja yang aman, nyaman dan untuk mencapai tujuan yang produktivitas setinggi-
tingginya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat penting untuk dilaksanakan pada
semua bidang pekerjaan. K3 juga merupakan salah satu isu penting di dunia kerja
saat ini termasuk di lingkungan rumah sakit, angka kecelakaan kerja di rumah sakit
lebih tinggi dibandingkan tempat kerja lainnya.
Di Indonesia sendiri, data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015)
total kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 24.910
kasus. Kecelakaan kerja menjadi salah satu masalah urgen di lingkungan rumah sakit.
Hal ini diakibatkan karena rumah sakit merupakan suatu unit pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan pada semua bidang dan jenis penyakit. Oleh sebab itu
rumah sakit dituntut untuk dapat menyediakan dan menerapkan suatu upaya agar
semua sumber daya manusia yang ada di rumah sakit dapat terlindungi, baik dari
penyakit maupun kecelakaan akibat kerja (Ivana, Widjasena & Jayanti, 2014).
Rumah sakit yang merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara Paripurna yang meliputi rawat jalan, rawat
inap, laboratorium, dan gawat darurat. Rumah sakit termasuk tempat kerja dengan
berbagai potensi bahaya yang dapat menimbulkan dampak ataupun resiko terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja. Resiko ini tidak hanya terhadap para pelaku
langsung yang bekerja di rumah sakit, namun juga terhadap pasien, pengunjung dan
masyarakat yang berada di sekitar lingkungan rumah sakit.
Keberhasilan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit tidak
lepas dari sikap kepatuhan personal baik dari pihak perawat maupun pihak
manajemen atas dalam melaksanaan peraturan dan kebijakan peraturan K3 untuk
mendukung pencapaian zero accident di rumah sakit.
Perawat merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan memegang
peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan tugasnya
perawat berisiko mengalami gangguan kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Setiap
tindakan yang dilakukan oleh perawat mempunyai potensi bahaya berupa bahaya
fisik, biologi, dan ergonomi. Bahaya fisik didapatkan pada pekerjaan yang
menggunakan alat yang tajam, seperti memasang infus dan menjahit luka. Bahaya
biologi terdapat pada tindakan invasif, merawat luka, memasang infus, dan
memberikan obat melalui rektal. Sedangkan postur janggal ketika membungkuk
merupakan bahaya pekerjaan karena faktor ergonomi. Paparan hazard biologis terdiri
dari tertusuk jarum, luka gores, terpapar spesimen atau materi biologis lainnya,
terkena penyakit yang ditularkan lewat udara, penyakit infeksi, penyakit yang
ditularkan melalui darah, dan vektor penyakit. Sementara itu hazard nonbiologis
terdiri dari stress, kekerasan fisik, psikologis, seksual, dan kekerasan verbal;
gangguan muskuloskeletal, terjatuh atau terpeleset, patah tulang; dan terpapar bahan
kimia berbahaya. (Ramdan & Abd, 2017)

B. Etika Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Dalam Keperawatan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kepada
tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja terhadap bahaya dari akibat
kecelakaan kerja. Tujuan K3 adalah mencegah, megurangi, bahkan menihilkan resiko
penyakit dan kecelakaan akibat kerja (KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan
para pekerja sehingga produktivitas kerja meningkat.

Menurut Wijono D.(1999), kode etik adalah asas dan nilai yang berhubungan erat
dengan moral sehingga bersifat normatif dan tidak empiris, sehingga penilaian dari
segi etika memerlukan tolok ukur. Menurut PPNI, Kode Etik Perawat adalah suatu
pernyataan atau keyakinan yang mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan
keperawatan. Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan standar profesional yang
digunakan sebagai pedoman perilaku perawat dan menjadi kerangka kerja untuk
membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam
melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia,
dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian
pelanggaran etik dapat dihindarkan.

Seorang perawat dalam melaksanakan manajemen K3 harus memiliki sikap yang


sesuai dengan nilai-nilai kesehatan dimana seluruh nilai positif yang ada dalam
dirinya menjadi pendorong perilaku sehat dan menjadi upaya dalam meningkatkan
kesehatan dan keselamatan selama bekerja (Nazirah & Yuswardi, 2017).

Nilai-nilai positif dalam Etika keperawatan dapat berupa:

1. Otonomi (Autonomy) : Perawat berkewajiban untuk memberikan penjelasan yang


sejelas-sejelasnya bagi klien dalam berbagai rencana tindakan dari segi manfaat
tindakan, urgensi dan sebagainya sehingga diharapkan klien dapat
mempertimbangkan dan mengambil keputusan bagi dirinya.
2. Kebaikan (Beneficience) : Perawat melakukan yang terbaik bagi klien, tidak
merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien. Etika ini merupakan inti
pokok untuk penerapan K3 penting dilakukan oleh seorang perawat dalam
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan.
3. Keadilan (Justice) : Perawat berlaku adil pada setiap klien sesuai dengan
kebutuhan pasien.
4. Kejujuran (Veracity) : Perawat harus mengatakan yang sebenarnya dan tidak
membohongi klien dalam segala hal tindakan yang akan diterapkan pada pasien.
5. Mencegah pembunuhan (Avoiding Killing): Perawat menghargai kehidupan
manusia dengan tidak membunuh. Sumber pertimbangan adalah moral
agama/kepercayaan dan kultur/norma-norma tertentu.
6. Kesetiaan (Fidelity) : Etika ini menekankan pada kesetiaan perawat pada
komitmennya, menepati janji, menyimpan rahasia, caring terhadap
klien/keluarga. (Ngesti W. Utami, 2016)

Referensi
Ivana, A., Widjasana, B., & Jayanti, S. (2014). Analisa Komitmen Manajemen Rumah Sakit
(RS) Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada RS Prima Medika
Pemalang. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT , 2 (1), 36 & 39.
Nazirah, R., & Yuswardi. (2017). PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN
MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI ACEH.
Idea Nursing Journal , 8 (3), 2580 - 2445.
Ngesti W. Utami, d. (2016). ETIKA KEPERAWATAN DAN KEPERAWATAN
PROFESIONAL. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan KEMENKES RI.
Ramdan, I. M., & A. R. (2017). Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada
Perawat. JKP , 5 (3), 237.
Rejeki, S. (2016). KESEHATAN dan KESELAMATAN KERJA. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan KEMENKES RI.

Anda mungkin juga menyukai