Anda di halaman 1dari 5

KEBIJAKAN K3 DALAM PERILAKU PERAWAT UNTUK MELAKUKAN RUANG

LINGKUP K3 DALAM KESELAMATAN PASIEN

AINUN MARDYYAH SIREGAR

Email: ainunmardyyah545@gmail.com

LATAR BELAKANG

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu isu penting di dunia kerja saat ini termasuk
di lingkungan rumah sakit. Angka kecelakaan kerja di rumah sakit lebih tinggi dibandingkan tempat kerja
lainnya dan sebagian besar diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana gambaran perilaku perawat dalam penerapan manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Provinsi Aceh. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan
menggunakan desain cross sectional study. Populasi penelitian adalah seluruh perawat ruang rawat inap
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh sebanyak 264 perawat. Teknik pengambilan
sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 80 orang. Alat
pengumpulan data berupa kuesioner dalam bentuk dicotomous choice yang terdiri dari 35 item
pernyataan. Metode analisis data dengan menggunakan analisis univariat. Dari hasil penelitian diperoleh
gambaran perilaku perawat dalam penerapan manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ditinjau
dari faktor internal berada pada kategori baik (52.5%) dan perilaku perawat ditinjau dari faktor ekternal
berada pada kategori baik (58.8%). Peneliti menyarankan kepada rumah sakit agar dapat melakukan
sosialisasi tentang manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) secara lebih optimal sehingga
tidak lagi terdappat perilaku yang buruk dari perawat dalam manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit. Kata Kunci : Perilaku perawat, manajemen.

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kegiatan yang dirancang untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan di tempat kerja. Perawat berisiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan. Perawat
adalah tenaga kesehatan yang paling besar jumlahnya dan paling lama kontak dengan pasien, sehingga
sangat berisiko dengan pekerjaannya, namun banyak perawat yang tidak menyadari terhadap risiko yang
mengancam dirinya, melupakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Rumah sakit juga merupakan
tempat kerja yang berpotensi tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Karena terdapat banyak bahan
mudah terbakar, gas medis, radiasi pengion, dan bahan kimia. Membutuhkan perhatian serius terhadap
keselamatan pasien, staf dan umum. Untuk mengendalikan, meminimalisasi dan meniadakannya bahaya
di rumah sakit dapat dilakukan melalui K3RS. Sistem Manajemen K3RS ini merupakan sesuatu yang
baru dan menjadi sasaran penilaian akreditasi rumah sakit. Selain itu Sistem Manajemen K3 merupakan
faktor yang secara tidak langsung berhubungan dengan pasien, tetapi memegang peran penting dalam
pelayanan rumah sakit. Pelaksanaan Keselamatan, dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak hanya menimbulkan korban jiwa ataupun
kerugian materi bagi pekerja atau perusahaan. Tetapi berdampak luas pada lingkungan dan masyarakat
luas. Perilaku perawat juga merupakan peranan penting dalam mengakibatkan suatu kecelakaan, sehingga
cara yang efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan adalah dengan menghindari terjadinya perilaku
tidak aman. Pelaksanaan keselamatan pasien di Indonesia masih belum optimal, terbukti dari banyaknya
kasus mal praktik yang dilaporkan oleh media massa. Keselamatan pasien dilaksanakan demi tercapainya
6 tujuan antara lain: ketepatan identifikasi pasien; peningkatan komunikasi yang efektif; peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai; keamanan tindakan bedah; pencegahan risiko infeksi; dan
pencegahan risiko pasien jatuh. Perawat juga merupakan bagian dari suatu tim, yang didalamnya terdapat
berbagai profesional lain seperti dokter. Luasnya peran perawat memungkinkannya terjadinya risiko
kesalahan pelayanan. Hal-hal tersebut menempatkan peran perawat sebagai komponen penting dalam
pelaporan kesalahan pelayanan dalam pengembangan program keselamatan pasien di rumah sakit. Oleh
karena itu perlu digali berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perawat dalam melaporkan kesalahan
pelayanan. Kesalahan praktek keperawatan dapat terjadi dalam tahap pengkajian keperawatan.

METODE

Metode yang digunakan dalam pembahasan ini yaitu menggunakan metode tersearch yang memberikan
penjelasan dengan menggunakan analisis dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, e-book dan
membandingkan beberapa jurnal yang berhubungan dengan ruang lingkup pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam keperawatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif eksploratif dengan desain penelitian cross sectional study melalui kuesioner. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan
menggunakan metode simple random sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat
pelaksana Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berjumlah 264
perawat. Sampel dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi target yang akan diteliti secara
langsung yang berjumlah 80 perawat.

HASIL

Hasil dari penelusuran ini bahwa ruang lingkup pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
keperawatan sangat luas, di dalamnya terdapat perlindungan teknis yaitu perlindungan terhadap tenaga
kerja/pekerja agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan,
dan sebagai usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. K3 harus
diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja (Triwibowo & Pusphandani, 2013). Ruang lingkup
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus tetap berada di semua lini kegiatan, baik di sektor formal
maupun non formal, karena potensi ancaman bahaya kecelakaan dan kesehatan kerja selalu akan
mengancam di mana pun kita berada. Banyak yang bisa kita jadikan sebagai contoh, seperti sektor
industri manufaktur berbagai limbah padat maupun cair, pencemaran udara oleh partikel, bahan kimia,
suara bising penggunaan mesin-mesin semuanya berpotensi mengganggu kesehatan para pekerjanya. Juga
seperti kejadian pasien jatuh, perawat sendiri yang tertusuk jarum. Dengan itu di dalam sebuah tempat
kerja khususnya Rumah Sakit harus terdapat manajemen K3RS. Keselamatan dan kesehatan kerja RS
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan RS, khususnya dalam hal kesehatan
dan keselamatan bagi sumber daya manusia (SDM) RS, pasien, pengunjung/pengantar pasien, dan
masyarakat sekitar RS. K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi
RS, di samping standar pelayanan lainnya. Seorang manajer senior atau direktur bertanggung jawab untuk
menjalankan RS dan mematuhi Undang-Undang dan peraturan yang berlaku. Para pimpinan RS
ditetapkan dan secara kolekif bertanggung jawab untuk menentukan misi RS dan membuat rencana dan
kebijakan. Tanggung jawab dan akuntabilitas (badan) pengelola digambarkan di dalam peraturan internal
(bylaws), kebijakan dan prosedur, atau dokumen serupa yang menjadi pedoman bagaimana tanggung
jawab dan akuntabilitas dilaksanakan. Dalam pengaturan RS satu atau lebih individu yang kompeten
mengatur tiap departemen / unit atau pelayanan di RS. Hal ini dapat digambarkan pada struktur
organisasi, kebijakan, maupun prosedur yang berada di RS tersebut. Oleh karena itu para manajer
memiliki kaitan langsung dengan kesehatan dan keselamatan kerja karena mereka memiliki kendali dan
boleh memberikan instruksi. Instruksi kerja pada RS ini terdapat dua instruksi yaitu instruksi tertulis yang
berupa jobdesk di masing-masing unit yang berada di RS dan lembar disposisi mapun surat tugas keluar,
sedangkan untuk instruksi kerja tidak tertulisnya berupa perintah secara langsung maupun instruksi yang
dikirimkan dengan menggunakan handphone. RS dalam kegiatannya menyediakan fasilitas yang aman,
berfungsi dan suportif bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Secara fasilitas yang terkait tentang
K3 yang diberikan RS sudah baik, akan tetapi fasilitas yang diberikan belum lengkap, fasilitas diberikan
sesuai dengan anggaran RS tentang K3.

PEMBAHASAN

Pengertian Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) Kesehatan kerja (Health) adalah suatu keadaan seorang
pekerja yang terbebas dari gangguan fisik dan mental sebagai akibat pengaruh interaksi pekerjaan dan
lingkungannya (Kuswana,2014). Kesehatan kerja adalah spesialis ilmu kesehatan/kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya,
baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit/gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakitpenyakit
umum (Santoso,2012). Keselamatan kerja (Safety) suatu keadaan yang aman dan selamat dari penderitaan
dan kerusakan serta kerugian di tempat kerja, baik pada saat memakai alat, bahan, mesin-mesin dalam
proses pengolahan, teknik pengepakan, penyimpanan, maupun menjaga dan mengamankan tempat serta
lingkungan kerja (Kuswana, 2014). Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun
emosi terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan, serta menyangkut berbagai unsur dan
pihak (Sucipto, 2014). Menurut Ridley dan John (1983), mengartikan K3 adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar tempat kerja tersebut (Triwibowo & Pusphandani, 2013). UU No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja “Keselamatan Kerja yang diatur dalam undang-undang ini mencakup semua
tempat kerja.” “Syarat Keselamatan Kerja wajib dipatuhi untuk mengendalikan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.”  Tujuan Tujuan K3 pada intinya adalah untuk melindungi pekerja dari kecelakaan akibat
kerja. Sutrisni dan Ruswandi (2007) mengemukakan bahwa tujuan keselamatan kerja dan kesehatan kerja
adalah untuk tercapainya kesehatan dan keselamatan seseorang saat bekerja dan setelah bekerja
(Gayatri,2014).  Ruang Lingkup K3 Ruang lingkup K3 sangat luas, di dalamnya termasuk perlindungan
teknis yaitu perlindungan terhadap tenaga kerja/pekerja agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan
oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan, dan sebagai usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. K3 harus diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja
(Triwibowo & Pusphandani, 2013). Ruang lingkup K3 Rumah Sakit yaitu : 1) Keselamatan terhadap
faktor Penyebab penyakit 2) Keselamatan terhadap pemakaian peralatan medik dan non medik 3)
Keselamatan terhadap bahan berbahaya 4) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran 5) Keselamatan
terhadap bencana  Konsep K3 Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya
selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus
dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan.
Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk dan lingkungan di mana pekerjaan itu
dilaksanakan. Kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga
kerja/pekerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja
adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering digunakan/dimasuki oleh tenaga
kerja/pekerja yang di dalamnya terdapat 3 unsur, yaitu: adanya suatu usaha; adanya sumber bahaya;
adanya tenaga kerja/pekerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus maupun hanya sewaktu-
waktu (Triwibowo & Pusphandani, 2013). A. Wawan (2011) mengungkapkan bahwa pengetahuan
merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadaan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian persepsi terhadap objek. Menurut Notoatmodjo (2005), perilaku didasari .pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan dan sosial budaya. Faktor-
faktor tersebut mengindikasikan bahwa pengetahuan tidak serta merta timbul begitu saja, namun banyak
faktor yang melatar belakangi. Pendidikan yang tinggi, akan membuka wawasan, cara berpikir serta cara
pandang yang baik. Ragam pekerjaa, juga membuat orang akan memiliki pengalaman yang kemudian
dapat menambah pengetahuan. Kecelakaan kerja dapat diakibatkan karena rendahnya pengetahuan
pekerja tentang suatu teknik keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja. Beberapa faktor yang
dapat berpengaruh yaitu faktor pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan, dan sosial. Hal itu dikarenakan
faktor tersebut dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang suatu objek atau subjek (A. Wawan
dkk., 2011). Sikap juga membantu untuk mencapai tujuan sebagai predisposisi tindakan atau perilaku.
Apabila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap
positip terhadap objek tersebut. Sebaliknya jika objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan, maka orang akan bersikap negatip terhadap objek sikap. Pengukuran sikap dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau
pernyataan responden atas suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
pernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan dengan pendapat responden. Melalui sikap, maka akan
memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata yang mungkin dilakukan
individu/karyawan dalam kehidupan sosialnya (A. Wawan 2011). Menurut A. Wawan (2011), faktor-
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah : pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang
dianggap penting, pengaruh budaya, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh
faktor emosional. Para pekerja hendaknya diberitahu tentang prinsip-prinsip dan praktek kesehatan kerja
serta sifat-sifat bahaya kesehatan yang mungkin terjadi di tempat kerja, dan hendaknya didorong untuk
menerima kebisaaan-kebisaaan yang mengurangi risiko kesehatan (Suma’mur, 2006).

PENUTUP
Berdasarkan research dari beberapa referensi, bahwa untuk meningkatkan ruang lingkup pelaksanaan
kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit, dalam melaksanakan kegiatan K3 harus ada komitmen
dari pengelola, perlu dilaksanakan peningkatan kemampuan dan penyegaran bagi sumber daya manusia di
Rumah Sakit. Pengetahuan karyawan RS tentang pengertian serta manfaat K3RS sudah cukup baik, akan
tetapi pengetahuan karyawan RS belum mengetahui semua peraturan yang digunakan RS, struktur
organisasi K3 belum ada karena belum terbentuk, namun pihak manajemen RS sudah mempunyai orang
yang menangani masalah itu yaitu HRD dan Direktur RS.

DAFTAR PUSTAKA

1 . Anizar. (2012). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta:

2. Graha Ilmu. Demak, D. L. K. (2014). Analisis Penyebab Perilaku Aman Bekerja Pada Perawat Di
Rumah Sakit Islam Asshobirin Tangerang Selatan Tahun 2013. Skripsi (Publish). Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

3.. Ivana, A., Widjasena, B., &Jayanti, S. (2014). Analisa Komitmen Rumah Sakit (RS) Terhadap
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada RS Prima Medika Pemalang, Volume 2, Nomor 1, Hal 35-
41. Kementrian Kesehatan RI. (2007).

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 Tentang


Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan kerja (K3) Di Rumah Sakit. Jakarta

5.. Kementrian Kesehatan RI. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1087/MENKES/SK/VIII/2010 Tentang Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit.
Jakarta

. 6.Kementrian Kesehatan RI. (2015). Situasi Kesehatan Kerja InfoDATIN: Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI.

7.Natasia, N., Loekqijana, A., & Kurniawati, J. (2014). Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Pelaksanaan SOP Asuhan Keperawatan di ICU -ICCU RSUD Gambiran Kota Kediri . Jurnal Kedokteran
Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1.

8. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

9.. Rahayuningsih, P.W., &Hariyono, W. (2011). Penerapan Manajemen Keselamatan Dan kesehatan
Kerja (MK3) Di Instalasi Gawat Darurat RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Volume 5, Nomor 1,
Hal 21 -29.

10. Salawati, L., Taufik, H. N., Putra, A. (2014). Analisis Tindakan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Perawat Dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial Di Ruang ICU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Volume 14, Nomor 3.

11. Simamora, R. H. (2019). Buku ajar pelaksanaan identifikasi pasien. Uwais Inspirasi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai