Anda di halaman 1dari 9

UPAYA MENINGKATKAN PENCEGAHAN KESELAMATAN KERJA

DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT


Muvidah Rahmah Aulia Hutabarat

Email : muvidarahma@gmail.com

Latar belakang

Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang memiliki tenaga kerja yang banyak
dengan tingkat resiko yang tinggi terkena penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja. Oleh
karena itu rumah sakit waib untuk melakukan pencegahan yaitu dengan menerapkan program
kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan
salah satu bentuk nyata dalam menciptakan tempat kerja yang aman, lingkungan yang sehat dan
terbebas dari penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja. Metode: Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan jumlah informan penelitian berjumlah 7 (tujuh) orang. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juli 2019. Hasil: Program K3RS yang telah
dilaksanakan adalah program pengembangan kebijakan K3RS, pembudayaan perilaku K3RS,
pengembangan SDM K3RS, pelayanan kesehatan kerja, pelayanan keselamatan kerja,
pemantauan kesehatan lingkungan kerja, pengembangan pedoman, petunjuk teknis dan SOP,
pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair dan gas, pengelolaan jasa,
bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya, pengumpulan data, pengolahan dan pelaporan
K3RS, review program tahunan, sedangkan yang belum maksimal dilaksanakan adalah program
pengembangan manajemen tanggap darurat. Kesimpulan: Pelaksanaan Program K3RS sudah
berjalan namun belum maksimal dilaksanakan. Saran: Rumah sakit perlu menambahkan sarana
prasarana tanggap darurat kebakaran seperti hydrant, alarm kebakaran, detektor asap dan alat
pemadam api ototmatis (sprinkler).

Rumah sakit merupakan tempat pengobatan, sarana pelayanan kesehatan yang menjadi
sumber infeksi dimana orang sakit dirawat. Rumah sakit juga merupakan tempat dari berbagai
macam penyakit yang bisa berasal dari pasien, perawat, dokter, dan pengunjung yang dapat
bersifat karier. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk memastikan
perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat
umum dan disaat menerima pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan. Salah satu
profesi dirumah sakit yang terkait langsung dengan pasien adalah perawat. perawat merupakan
pemberi layanan dan asuhan kepada pasien selama 24 jam penuh, sehingga perawat akan
mempunyai kemungkinan besar terkena infeksi. Bila perawat menjalankan tugas-tugas
pelayanannya sesuai dengan SOP, maka tingkat infeksi di rumah sakit bisa ditekan dibawah
standar yang ditetapkan. Namun bila perawat dalam melakukan tindakan dan asuhan tidak sesuai
dengan standar yang ada, maka infeksi akan meningkat, bahkan dapat menyerang perawat itu
sendiri. Peran perawat sangat besar dalam proses perawatan pasien, memberikan asuhan
keperawatan agar dapat mempercepat kepuihan pasien. Tapi tak hanya itu, perawat di dalam
melakukan tugasnnya juga melaksanakan pengendalian dan pencegahan atau mengurangi resiko
penyebaran infeksi nosokomial.

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 165 : pengelola
tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,
peningkatan, pengobatan, dan pemulihan bagi tenaga kerja. Berdasarkan pasal tersebut maka
pengelola tempat kerja di Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga
kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja.

Metode
Metode penulisan yang digunakan ialah dengan metode deskriptif. Dimana dilakukan
dengan teknik pengumpulan data atau informasi dengan melakukan analisis, eksplorasi, kajian
bebas (literatur review) yang relevan yang berfokus pada tema yaitu bagimana upaya kesehatan
keselamatan kerja dan pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat.

Adapun sumber yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan sumber dari jurnal
dengan memasukkan kata kunci upaya kesehatan keselamatan kerja dan pencegahan penyakit
akibat kerja pada perawat. Adapun referensi dari jurnal yang saya gunakan merupakan jurnal
yang diterbitkan pada 9 tahun terakhir ( dengan tahun paling tua 2011).

Hasil
Perawat mampu menerapakan K3 dengan baik dan benar untuk mengurangi terjadinya
kecelakaan atau resiko bahaya yang dapat membahayakan perawat di rumah sakit. Pada literature
review didapatkan hasil bahwa untuk meningkatkan kualitas kerja dan kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan di rumah sakit, seorang perawat harus mampu memahami aspek-aspek
dalam penerapan keselamatan pasien. Perawat wajib mengetahui tentang fungsi dan peran
seorang perawat dan disarankan bekerja dengan memperhatikan fungsi dan perannya tersebut.
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting diterapkan oleh perawat karena jika terjadi
sesuatu akan menimbulkan kerugian ekonomi yang tentunya tidak diinginkan. Rumah sakit telah
menerapkan budaya K3 yaitu dengan melakukan sosialisasi tentang K3 dirumah sakit. Kepada
pasien ataupun pengantar pasien dan pengunjung rumah sakit di berikan informasi melalui media
poster, pamflet dan banner. Rumah sakit juga telah melaksanakan program ini sesuai dengan
Kemenkes RI No 1087 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa rumah sakit perlu memberikan
informasi sarana yang terkait K3, informasi tentang resiko bahaya khusus di tempat kerja
tersebut, SOP Kerja, SOP peralatan, dan SOP penggunaan APD.
Upaya pencegahan menurut standar K3 yaitu:

1. Melakukan pencatatan kejadian Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) sesuai dengan


prosedur yang ditetapkan oleh petugas K3.
2. Perlu dilakukan peningkatan terhadap penerapan pelayanan kesehatan kerja terutama
pada pemeriksaan kesehatan khusus, pengobatan dan perawatan bagi penderita yang
sakit, pemantauan lingkungan kerja serta ergonomi dan evaluasi pencatatan serta
pelaporan kepada Direktur Rumah Sakit.
3. Perlu diadakan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja seperti pemeriksaan paru-paru,
laboratorium maupun pemeriksaan secara fisik terhadap perawat IGD maupun tenaga
medis yang lain.
4. Perlu diadakan kegiatansurvelans kerja sepertipemetaan tempat keja berdasarkan risiko
bahayanya.
5. Perlu diadakan penyesuaian terhadap peralatan kerja SDM Rumah Sakit seperti
mengidentifikasi ergonomi terhadap peralatan kerja dan risiko peralatan kerjanya.

Seperti yang tercantum dalam Kepmenkes RI No. 1087 Tahun 2010 tentang standart
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di Rumah Sakit bahwa penyesuaian terhadap peralatan
kerja SDM dikatakan sudah diterapkan apabilah telah melakukan :

1. Identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap perlatan kerja dan SDM Rumah
Sakit.

2. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan risiko


ergonomi.

Tujuan diterapkannya K3RS adalah terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman, dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS. Pengetahuan K3RS
yang baik diharapkan mampu menekan angka kecelakaan kerja karena individu tersebut dapat
menerapakan tindakan yang sesuai dengan pengetahuan K3 yang dimilikinya.

Berdasarkan hasil pencarian analisis, eksplorasi dari berbagai sumber didapatkan bahwa
tingkat pengetahuan K3 perawat sangat penting dalam menjaga keselamatan pasien dan diri
perawat itu sendiri sesuai dengan penelitian terdahulu bahwa didapatkannya hubungan
bermakna antara tingkat pengetahuan perawatdengan tindakan keselamatan terhadap pasien.

Pembahasan

Kecelakaan kerja menjadi salah satu masalah penting di lingkungan rumah sakit. Hal ini
disebabkan karena rumah sakit merupakan suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan pada semua bidang dan jenis penyakit. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk
dapat menyediakan dan menerapkan suatu upaya agar semua sumber daya manusia yang ada di
rumah sakit dapat terlindungi, baik dari penyakit maupun kecelakaan akibat kerja (Ivana,
Widjasena & Jayanti, 2014).Menurut Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Rumah Sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi
oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dari
pengertian tersebut, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya pelayanan
medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan
dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan, pelatihan medik dan para medik, sebagai
tempat penelitian, pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan. Selain dituntut mempu
memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah Sakit juga dituntut harus
melaksanakan dan mengembangkan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
(K3RS) seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam
instrumen akreditasi Rumah Sakit. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Pasal 165 : pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan bagi tenaga kerja.
Berdasarkan pasal tersebut maka pengelola tempat kerja di Rumah Sakit mempunyai kewajiban
untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja
disamping keselamatan kerja.

Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia
layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit.
Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat
dihindari. Penyakit akibat kerja di rumah sakit dapat menyerang semua tenaga kerja baik medis
maupun non medis (Anies, 2005). Sehingga sasaran utama K3RS adalah tenaga medis, tenaga
non medis, pasien, pengunjung / pengantar pasien, serta masyarakat sekitar Rumah SakitStrategi
meningkatkan keselamatan pasien oleh Permenkes (2011) melalui enam sasaran keselamatan
pasien rumah sakit meliputi identifikasi pasien dengan tepat, meningkatkan komunikasi yang
efektif, meningkatkan keamanan obat perlu diwaspadai, memastikan tepat lokasi, tepat prosedur,
tepat pasien operasi, mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan mengurangi
risiko jatuh. Joint Commision International (JCI) menetapkan sasaran internasional keselamatan
pasien dengan meningkatkan keamanan obat-obatan, memastikan lokasi pembedahan, prosedur
yang benar dan pembedahan pada pasien yang benar, memastikan keamanan risiko jatuh pasien
(JCI, 2011).

Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) perlu ditetapkan untuk


mencegah dan mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja di RS.Demi terciptanya
jaminan keselamatan kerja maka diperlukan pelayanan strategis yang profesional serta prosedur
kerja yang tetap, tidak hanya tergantung pada peraturan-peraturan yang mengayominya dan
finansial yang diberikan, melainkan banyak faktor yang harus ikut terlibat, diantaranya adalah
pelaksanaan organisasi.Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauh
mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
merupakan upaya perlindungan tenaga kerja dari bahaya, penyakit dan kecelakaan akibat kerja
maupun lingkungan kerja. Penegakan diagnosis spesifik dan sistem pelaporan penyakit akibat
kerja penting dilakukan agar dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan
dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan
rehabilitasi. Upaya penerapan K3 di rumah sakit menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja,
alat kerja, proses kerja, dan lingkungan kerja yang meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan, dan pemulihan.26,27 Tenaga kesehatan yang sering berkontak langsung dengan
pasien adalah perawat. Tingkat pengetahuan K3 perawat sangat penting dalam menjaga
keselamatan pasien dan diri perawat itu sendiri sesuai dengan penelitian terdahulu bahwa
didapatkannya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan perawat dengan tindakan
keselamatan terhadap pasien.

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan
kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat
kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok dan
menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan individual juga
berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang terpajan.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai berikut

1. Golongan fisik
 Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai dengan Non-
induced hearing loss
a. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan kulit
b. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia.
Sedangkan suhu udara yang rendah dapat mengakibatkan frostbite, trenchfoot atau
hypothermia.
c. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease
d. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata. Pencahayaan yang
tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.
2. Golongan kimia
a. Debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis
b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis
e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan
3. Golongan infeksi
a. Anthrax
b. Brucell
c. HIV/AIDS
4. Golongan fisiologis
 Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan yang kurang baik,
salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat mengakibatkan kelelahan fisik
bahkan lambat laun dapat menyebabkan perubahan fisik pada tubuh pekerja.
5. Golongan mental
 Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau keadaan pekerjaan yang
monoton yang menyebabkan kebosanan.

Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level of
prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:
a. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan
kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang
keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
b. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene perorangan,
sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja dengan
menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup
telinga (ear muff dan ear plug) baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik lemah untuk
mencegah terjadinya komplikasi.
d. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya: memeriksa dan
mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna
dan pendidikan kesehatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan kemali
para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan
karyawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai.

Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah sebagai berikut:

1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya menggantikan bahan


kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut.
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD

Penutup

Pemahaman dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) masih kurang di perhatikan
oleh perawat maun tenaga medis lainnya. Padahal faktor K3 sangat penting dan harus
diperhatikan oleh perawat dan tenaga medis dan hal ini menjadi tanggung jawab bersama, perlu
adanya kerja sama antara pemerintah, Rumah Sakit dan pekerja agar terhindar dari Kecelakaan
Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
Bahaya-bahaya lingkungan kerja baik fisik, biologis maupun kimiawi perlu dikendalikan
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ialah suatu upaya perlindungan kepada tenaga kerja dan
orang lain yang memasuki tempat kerja terhadap bahaya dari akibat kecelakaan kerja. Tujuan K3
ialah untuk mencegah, megurangi, bahkan menihilkan resiko penyakit dan kecelakaan akibat
kerja (KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan para pekerja sehingga kualitas kerja
meningkat. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit juga bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kerja yang optimal.

Referensi

1. Ardi, S. Z., & Hariyono, W. 2018. Analisa Penerapan Budaya Perilaku Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Rumah Sakit. Jurnal. Volume 12 (Issue 1), 15–20.
2. Octavia, W R., A.T D N., & Ernita S. (2018). Penerapan Pelayanan Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja Pada Perawat IGD RUMAH SAKIT UMUM DR.WAHIDIN SUDIRO
HUSODO MOJOKERTO TAHUN 2017. Jurnal Gema Kesehatan Lingkungan, 16(1), 101-
109.
3. Hasugian, A R. (2017). Perilaku Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Tenaga Kerja Indonesia
di Kansashi, Zambia: AnalisisKualitatif. Jurnal Media Litbangkes, 27(2), 111-124.
4. P.I, S M., Joko W., & Erlisa C. (2015). Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Berdasarkan
Tindakan Tidak Aman. Jurnal Care, 3(2), 9-17.
5. Salawati, L. (2015). Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala, 15(2), 91-95.
6. Yunita, A.R., Sriatmi, A., & Fatmasari, E.Y. (2016). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
KEBIJAKAN DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS) DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG. JURNAL
KESEHATAN MASYARAKAT. 4(2), 1-9.
7. Azizah, N., Setiawan., & Gerry S.(2018). Hubungan AntaraPengawasan, Prosedur Kerja
Dan Kondisi Fisik Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada Perawat DiRuang Rawat Inap
RUMAH SAKITPERMATA BUNDA MEDAN TAHUN 2017. Jurnal Jumantik, 3(2), 125-
134.
8. Sudarmo, Helmi, Z.N., & Marlinae, L. (2016). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU TERHADAP KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
DIRI (APD) UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA. Jurnal Berkala
Kesehatan. 1(2), 88-95.
9. Putri, S., Santoso, S., & Rahayu, E. P. (2018). Pelaksanaan Keselamatan Pasien dan
Kesehatan Kerja terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Rumah Sakit. Jurnal
Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 3(2), 271-277.
10. Nurhidayanti, D. (2017). Pengaruh Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Terhadap Kepuasan Kerja Perawat (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Arifin
Achmad Pekanbaru). JOM FISIP. 4(1):1-9
11. Simamora, R. H. (2020). Pelatihan Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan Efikasi diri
Perawat dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien. JURNAL ILMIAH KESEHATAN
MASYARAKAT: Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat, 12(1), 49-54.
12. Simamora, R. H. (2011). ROLE CONFLICT OF NURSE RELATIONSHIP WITH
PERFORMANCE IN THE EMERGENCY UNIT OF HOSPITALS RSD DR. SOEBANDI
JEMBER. The Malaysian Journal of Nursing, 3(2), 23-32.

Anda mungkin juga menyukai