Anda di halaman 1dari 5

Nama :Jesika Shalimar

NIM : 2209434
Kelas : 4-D
Mata Kuliah : Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja
Topik : K3 dalam Keperawatan

K3 dalam Keperawatan: pentingnya, tujuan, manfaat, & etika.


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Perawat merupakan petugas
kesehatan dengan presentasi terbesar dan memegang peranan penting dalam pemberian
pelayanan kesehatan karena selalu mendampingi pasien. Maka di setiap tindakan yang
dilakukan oleh Perawat memiliki kemungkinan potensi bahaya. Bahaya tersebut berupa bahaya
fisik; contohnya seperti pada penggunaan alat tajam saat memasang infus dan menjahit luka,
bahaya biologi; seperti terpapar spesimen, dan bahaya ergonomic; seperti postur janggal ketika
membungkuk saat melakukan pekerjaan. (Ramdan, 2017). Sehingga Perawat sangat berisiko
dalam melakukan kelalaian yang dapat menyebabkan pasien cedera.
Perawat pelaksana merupakan garda terdepan dalam menjamin keselamatan pasien
terutama pada pasien rawat inap karena perawat pelaksana memiliki kuantitas kontak dengan
pasien paling banyak dibandingkan tenaga kesehatan yang lain. Maka, seorang perawat dalam
melaksanakan manajemen K3 harus memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan
dimana seluruh nilai positif yang ada dalam dirinya menjadi pendorong perilaku sehat dan
menjadi upaya dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan selama bekerja (Nazirah &
Yuswardi, 2017). Salah satu cara untuk meningkatkan persepsi, pengetahuan dan sikap perawat
dalam menjaga kesehatan dan keselamatan selama bekerja, adalah dengan memberikan promosi
kesehatan dan pelatihan tentang K3 sehingga hal ini diharapkan mampu merubah perilaku
perawat menjadi lebih baik. (Notoadmodjo, 2010).
Tujuan K3 adalah mencegah, megurangi, bahkan menihilkan resiko penyakit dan
kecelakaan akibat kerja (KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan para pekerja sehingga
produktivitas kerja meningkat. Namun, Tujuan Penerapan K3 pada dasarnya adalah untuk
mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi
ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan
meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Adapun manfaat/fungsi Keselamatan dan kesehatan kerja untuk perawat antara lain:
1) Perawat mamahami bahaya dan risiko dari pekerjaannya beserta tindakan pencegahannya
2) Perawat memahami hak dan kewajibannya khususnya dalam peraturan terkait dengan
Keselamatan dan kesehatan kerja
3) Perawat mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat seperti kebakaran,
gempa, kecelakaan, dan sebagainya
4) Perawat mampu berpartisipasi untuk membuat tempat kerjanya lebih aman
5) Perawat dapat melindungi rekan kerjanya dari risiko kecelakaan kerja
6) Perawat mampu untuk menghindarkan keluarganya dari penyakit-penyakit yang mungkin
bisa tertular dari tempat kerja (Agung, 2018)
Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan
tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat
selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat
dihindarkan. Berikut penerapan kode etik K3 dalam keperawatan.
• Otonomi (Autonomy), perawat berkewajiban untuk memberikan penjelasan yang sejelas-
sejelasnya bagi klien dalam berbagai rencana tindakan dari segi manfaat tindakan, urgensi
dsb sehingga diharapkan klien dapat mengambil keputusan bagi dirinya.
• Berbuat baik (Beneficience), perawat melakukan yang terbaik bagi klien, tidak merugikan
klien, dan mencegah bahaya bagi klien.
• Keadilan (Justice), perawat berlaku adil pada setiap klien sesuai dengan kebutuhan pasien.
• Kejujuran (Veracity), perawat harus mengatakan yang sebenarnya dan tidak membohongi
klien dalam segala hal tindakan yang akan diterapkan pada pasien.
• Menepati janji (Fidelity), etika ini menekankan perawat pada komitmennya, menepati janji,
menyimpan rahasia, caring terhadap klien/keluarga. (Ngesti W. Utami, 2016)

Ruang Lingkup K3 dalam Keperawatan


Ruang lingkup tindakan K3 dilakukan di setiap pekerjaan. Tindakan keselamatan kerja
dilakukan di tempat kerja, di lingkungan keluarga/rumah tangga, lingkungan masyarakat.
Adapun syarat-syarat pelaksanaan K3 diperuntukan untuk:
1) Mencegah kecelakaan, mengendalikan timbulnya penyakit fisik dan psychis.
2) Membuat jalan penyelamatan (emergency exit)
3) Memberi pertolongan pertama(first aids/PPPK) dan peralatan pelindung pada pekerja
4) Mempertimbangkan faktor-faktor kenyamanan kerja
5) Memelihara ketertiban dan kebersihan kerja
6) Mengusahakan keserasian antar pekerja, peralatan, lingkungan dan proses kerja
Terdapat dua hal dalam penanganan resiko keselamatan kerja, meliputi aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kerusakan fisik tempat kerja, alat dan manusia.
Serta meliputi aspek-aspek lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kondisi tidak sehat pada
pekerja yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian baik fisik maupun psikis dalam
jangka waktu tertentu.

Cara untuk meningkatkan keselamatan pasien dengan menggunakan metode


peningkatan kualitas
Adapun upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keselamatan pasien, menggunakan
7 Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang
dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA,
tahun 2002), yaitu:
1. Hak pasien
Standar: Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
Kriteria: Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan yang wajib membuat rencana
pelayanan, memberikan penjelasan yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya KTD.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standar: RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria: Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya
tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan
tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat memberikan info yag benar, jelas, lengkap
dan jujur, menerima konsekuensi pelayanan, mematuhi peraturan RS, dan memenuhi
kewajiban finansial yang disepakati.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standar: RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga
dan antar unit pelayanan.
Kriteria: Koordinasi pelayanan secara menyeluruh yang disesuaikan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya mencakup peningkatan komunikasi dan transfer informasi antar
profesi Kesehatan.
4. Metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
Standar: RS harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor
& mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriteria: Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan yang baik, sesuai dengan
”7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit” dan harus melakukan evaluasi
intensif serta menggunakan semua data dan informasi hasil analisis.
Salah satu penerapan metode ini yaitu memberi label “NURSING AND PATIENT
SAFETY” di setiap dinding ruangan yang bertujuan ketika melihat tulisan tersebut perawat
selalu teringat tentang keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar: Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP &
program mengurangi KTD.
Kriteria: Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden yang memiliki prosedur “cepat-tanggap” dan tersedia mekanisme
pelaporan internal dan eksternal berkaitan untuk menangani berbagai jenis insiden.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar: RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin
dalam pelayanan pasien.
Kriteria: Menyelenggarakan program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien dan kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standar: RS merancang proses manajemen informasi KP untuk memenuhi kebutuhan
informasi internal & eksternal dengan transmisi data yang tepat waktu & akurat.
Kriteria: Ada anggaran untuk membuat proses manajemen informasi tersebut dan tersedia
mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen
informasi yang ada.
Kebijakan K3 yang berkaitan dengan keperawatan di Indonesia
Perlunya pelaksanaan K3RS mengenai kebijakan pemerintah tentang RS di Indonesia
adalah untuk meningkatkan akses, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan kesehatan yang
aman di RS. Perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi K3 RS serta tindak lanjut,
yang merujuk pada SK Menkes No. 432/ Menkes/ SK/ IV/ 2007 tentang Pedoman Manajemen
K3 di RS dan OHSAS 18001 tentang Standar Sistem Manajemen K3. Pasal 86 UU No.13 tahun
2003, menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Indonesia mempunyai peraturan undang-undang tersendiri yang membahas mengenai
K3. Undang-undang ini yaitu UU 13 tahun 2003 dan keputusan menteri nomor 463/MEN/1993.
Keduanya menjelaskan secara lengkap mengenai K3. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pun menjelaskan upaya kesehatan kerja ditunjukkan
untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan sehingga sudah seharusnya pihak pengelola
RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS. K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang
dinilai di dalam akreditasi RS, disamping standar pelayanan lainnya (Ivana, Widjasana, &
Jayanti, 2014).

DAFTAR PUSTAKA
A. S. (2018). Fungsi K3 : Manfaat K3 untuk Semua. Dipetik Februari 13, 2024, dari
KATIGAKU.TOP: https://katigaku.top/2018/09/25/manfaat-atau-fungsi-k3/
Ivana, A., Widjasana, B., & Jayanti, S. (2014). Analisa Komitmen Manajemen Rumah Sakit
(RS) Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada RS Prima Medika
Pemalang. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT , 2 (1), 36 & 39.
Nazirah, R., & Yuswardi. (2017). PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN
MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI ACEH. Idea
Nursing Journal , 8 (3), 2580 - 2445.
Ngesti W. Utami, d. (2016). ETIKA KEPERAWATAN DAN KEPERAWATAN
PROFESIONAL. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan KEMENKES RI
Notoatmodjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Rineka Cipta: Jakarta
Ramdan, I. M., & A. R. (2017). Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada
Perawat. JKP , 5 (3), 237.

Anda mungkin juga menyukai