2022
PEDOMAN
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
2022
PEDOMAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
ABSTRAK
Latar Belakang : Rumah sakit dalam menjalankan tugas dan fungsinya memerlukan
adanya jaminan keamanan pada klien agar terhindar dari cidera atau kecelakaan yang
terjadi di rumah sakit. Sehingga pemerintahan membuat suatu kebijakan kepada seluruh
rumah sakit yaitu dengan suatu program keselamatan pasien. Sehingga diperlukan
adanya pedoman nasional keselamatan pasien di rumah sakit.
PEMBAHASAN
Dalam menjalankan tugas dan fungsi dari rumah sakit, diperlukan petugas yang akan
menjamin adanya jaminan untuk pasien bertahan yaitu keamanan pasien. Salah satu
petugas pelayanan kesehatan dirumah sakit adalah perawat. Perawat merupakan unsur vital
dalam sebuah Rumah Sakit karena perawat merupakan penjalin kontak pertama dan terlama
dengan pasien khususnya pasien rawat inap, dengan tugas utama perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan dari pengkajian, penegakan diagnosa, keperawatan,
intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi (Potter & Perry, 2009).
Selain pedoman nasional keselamatan pasien, pimpian rumah sakit juga memiliki
peran pentung untuk meningkatkan angka keselamatan pasien seperti yang terdapat dalam
Yusuf (2017), Pemimpin meginterprestasikan, mengasumsikan dan memberikan penilaian
terhadap persoalan dan akan memberikan solusi baik menyangkut pengetahuan sikap
maupun tindakan yang harus dijalankan agar keselamatan pasien tetap terjaga.
keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu program yang dibuat untuk
memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman untuk klien dalam konteks perawatan.
Keselamatan pasien tersebut dapat meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan yang
tidak tepat. Sehingga muncul pedoman nasional tentang keselamatan pasien yang terdiri
dari standar keselamatan pasien dan sasaran keselamatan pasien. Standar keselamatan
pasien dan sasaran keselamtan pasien telah tercantum pada peraturan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien.
Standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar yaitu : Hak Pasien, Mendidik
pasien dan keluarga, Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan, Penggunaaan
metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien, Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program, Mendidik staf tentang
keselamatan pasien Komunikais sebagai kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada
pasien yang benar.
Keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asasmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari indiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (Menteri Kesehatan RI, 2017).
Menurut Departemen kesehatan Republik Indonesia (2008), Keselamatan pasien
(Patient Safety )rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah cedera yang terjadi
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan. Sesuai dengan peraturan Menteri kesehatan republik
Indonesia (2017), system pelayanan harus menjamin pelaksanaan: asuhan keperawatan
pasien lebih aman, melakui upaya yang meliputi asesmen risiko, identifikasi risiko, dana
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden,
dan tindak lanjutnya dan implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
I. Hak Pasien
Standar Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2017) “Pasien dan
keluarganya memiliki hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden”.
II. Mendidik Pasien dan Keluarga
Standar Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan keperawatan (Peraturan Menteri
Kesehatan RI, 2017).
III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan Pelayanan.
Standar Fasilitas pelayan kesehatan menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan
pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan (Peraturan
Menteri Kesehatan RI, 2017).
IV. Penggunaaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi dan
Program Peningkatan Keselamatan Pasien.
Standar : Menurut peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia (2017), Fasilitas
pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang telah
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2017).
V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien Pimpinan mendorong dan
menjamin implementasi program.
Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien” (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2017).
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden (Peraturan
Menteri Kesehatan RI, 2017).
3. Menurut peraturan Menteri kesehatan republik Indonesia (2017) “Pimpinan
mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien”.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan serta meningkatkan keselamatan
pasien (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2017).
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien (Peraturan Menteri
Kesehatan RI, 2017).
VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
1. Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit memiliki proses pendidikan,
pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamtan pasien secara jelas.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit menyelenggarakan dan
memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisipliner dalam
pelayanan pasien (Permenkes RI 2017).
VII. Komunikasi Sebagai Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai Keselamatan Pasien
Standar :
1. Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Depkes RI, (2008). National Patient Safety Agency (NPSA). Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.(Edisi 2). Jakarta.
Bhakti Husada.
Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika.
Kemenkes RI. (2015). Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( Patient Safety).
Edisi 3. Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 Tentang Keselamatan Pasien. Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta : Kemenkes RI
Mubarak, I, W, & Cahyatin N. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalamPpraktik. Jakarta: EGC
Ns. Suryani Manurung, S.M. (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan
Keperawatan Intranatal. Jakarta: Trans Info Media.
Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Jakarta
Simamora, R.H. (2018). Buku Ajar Keselamatan Pasien Timbang Terima Pasien Berbasis
Komunikasi Efektif : SBAR.
Yusuf, M. (2017). Penerapan Patient Safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Zainoal Abidin. Jurnal Ilmu Keperawatan, 5(1).
PANDUAN
IDENTIFIKASI PASIEN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Norhayati, Amd.Keb
(Komite Keselamatan Pasien RSU Cahaya
Medika)
Revisi
Disusun oleh:
KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Anggota :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
anugerah yang diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Panduan Identifikasi Pasien di
RSU Cahaya Medika ini dapat selesai disusun.
Buku panduan ini merupakan panduan kerja bagi seluruh pihak yang terkait dalam
memberikan pelayanan kepada pasien RSU Cahaya Medika.
A. Pengertian .................................................................................................................... 1
B. Tujuan .......................................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum ........................................................................................................ 2
2. Tujuan Khusus ........................................................................................................ 2
BAB II RUANG LINGKUP IDENTIFIKASI PASIEN ........................................................................ 3
A. Pengertian
1. Identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan
tentang bukti – bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan
menyamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang.
2. Pasien tanpa data dan bukti identitas yang jelas diberikan identitas pada gelang
sesuai dengan jenis kelamin menggunakan kode Mr. X untuk laki-laki dn Miss Y
untuk perempuan, bila ada lebih dari 1 pasien tanpa identitas dengan jenis kelamin
yang sama, pasien diberikan identitas dengan pengulangan kode inisial sesuai
urutan kedatangan pasien, dengan urutan penulisan inisial identitas sesuai jenis
kelamin, tanggal, buan, dan tahun kedatangan pasien.
3. Pada bayi baru lahir gelang identits berisi nama ibu dan nama ayah kandung nomor
rekam medis dan tangga lahir. Contoh Identitas bayi kembar ditulis sbagai berikut
(By Ny B I, Tn T 123456, 28 Mei 2022). (By NY B II, Tn T 123456, 28 Mei 2022).
4. Dan untuk pasien yang tidak dapat dipasang pada ekstremitas, maka gelang
identitas dipasang pada sepertiga atas di akses drip infus set.
5. Gelang identitas pasien adalah suatu alat berupa gelang identifikasi yang
dipasangkan kepada pasien secara individual yang digunakan sebagai identitas
pasien selma dirawat di RSU Cahaya Medika.
6. Gelang identitas yang tersedia di RSU Cahaya Medika adalah sebagai berikut :
a. Gelang berwarna biru untuk pasien laki-laki
b. Gelang berwarna pink ( merah muda ) untuk pasien perempuan
c. Gelang berwarna merah untuk pasien yang memiliki riwayat alergi
d. Gelang berwarna kuning untuk pasien yang risiko pasien jatuh
e. Gelang berwarna ungu untuk pasien di No. Resuscitation (DNR)
7. Pasien rawat jalan adalah pasien yang berobat jalan atau konsultasi kepada dokter
di unit Rawat Jalan.
8. Pasien rawat inap adalah pasien yang dirawat di RSU Cahaya Medika baik yang
datang lansung ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun atang ke Unit Rawat Jalan,
direncanakan rawat inap dan dipersiapkan di IGD.
9. Pasien “One Day Care” (ODC) adalah pasien yang direncanakan tindakan
pembedahan minor atau sedang dengan kategori tertentu yang tidak dilakukan
rawat inap.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan upaya keselamatan pasien RSU Cahaya Medika.
2. Tujuan Khusus
a. Mencegah terjadinya kesalahan identifikasipasien sebelum tindakan
medis/keperawatan, pemberian obat/diet, pemeriksaan penunjang, operasi
dan transfusi darah.
b. Mencegah kejadian tertukarnya bayi.
BAB II
RUANG LINGKUP IDENTIFIKASI PASIEN
1. Semua pasien rawat inap dan pasien yang akan menjalani tindakan one day care (ODC).
2. Pasien IGD yang berobservasi lebih dari 1 jam.
3. Semua karyawan RSU Cahaya Medika harus mengetahui tentang gelang identitas pasien.
4. Pelaksana panduan ini adalah semua karyawan di RSU Cahaya Medika terdiri dari tenaga
medis, perawat, penunjang medis dan non medis.
a. Seluruh karyawan RSU Cahaya Medika memehami dan menerapkan prosedur
identifikasi pasien.
b. Untuk gelang identifikasi yang menggunakan percetakan, petugas yang melakukan
pengecekan identifikasi pada percetakan stiker identifikasi pada gelang adalah
petugas pendaftaran rawat inap dengan menggunakan printer khusus yang telah
tersedia.
c. Karyawan harus melaporkan jika terjadi kesalahan pada identifikas pasien.
d. Jika terjad insiden terkait dengan identifikasi pasien, penanggung jawab ruangan atau
kepala unit melakukan analisa agar insiden tidak terulang kembali.
e. Komite keselamatan pasien melakukan evaluasi secara keseluruhan mengenai
insiden yang terkait dengan identifikasi pasien.
BAB III
TATALAKSANA IDENTIFIKASI PASIEN
Identifikasi pasien merupakan satu alat identifikasi yang dipasang pada pasienRSU
Cahaya Medika Yang menjalani perawatan rawat inap,One Day Care, Pasien rawat jalan yang
akan menjalani tindakan invasive dan pasien IGD yang di observasi lebih dari 1 Jam. Hal ini
tentu terkait dengan mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Tujuan dari pemasangan identifikasi pasien yatitu meningkatkan upaya keselamatan
pasien. Identifikasi pasien akan dirasakan oleh pasien dan keluarga, serta pihak rumah sakit
apabila petugas yang terkait didalamnya dapat menjalankan fungsi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
- Permenkes nomor 1691 / Menkes / PER / VIII / 2011 Tentang keselamatan pasien
rumah sakit
- Workshop KPRS di Holiday In Cikarang, tahun 2016
PANDUAN
KOMUNIKASI EFEKTIF
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Norhayati, Amd.Keb
(Komite Keselamatan Pasien RSU Cahaya
Medika)
Revisi
Disusun oleh:
Anggota :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
anugerah yang diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Panduan Identifikasi Pasien di
RSU Cahaya Medika ini dapat selesai disusun.
Buku panduan ini merupakan panduan kerja bagi seluruh pihak yang terkait dalam
memberikan pelayanan kepada pasien RSU Cahaya Medika.
A. Pengertian ............................................................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II RUANG LINGKUP ...................................................................................................... 3
A. Pengertian
Komunikasi merupakan proses bicara dalam Bahasa inggris di akronimpak
sebagai TALK. TALK merupakan akronim dari T (talk to each other) yakni berbicara
satu dengan orang lainnya, A ( act together to care for our reseidents, patients and
families) secara bersama memberikan pelayanan antara petugas, rsiden, pasien dan
keluarga. L (listen to each other) yaitu satu dengan yang lain nya saling
mendengarkan dan K (know and understand each other) yakni tahu dan mengerti
satu dengan yang lainnya
Komunikasi melibatkan pembicaraan ( orang yang memberikan informasi ),
proses penyampaian informasi, isi informasi dan pendengar (Zumbrum,2006)
Tibodeau (2003) menyampaikan enam hal untuk meningkatkan komunikasi efektif
yaitu:
1. Oesan disampaikan tepat waktu, pesan berubah secara konstan dan bila terjadi
keterlambatan dalam penyampaian pesan menyebabkan informasi ketinggalan
zaman.
2. Pesan hendaknya disampaikan dengan lengkap sehingga pendengardapat
mengerti informasi yang ingin disampaikan
3. Informasi disampaikan dengan jelas
4. Informasi harus akurat dan inti permasalahan, tidak membingungkan pendengar
5. Pesan di verifikasi oleh penyampai berita.
Hambatan dalam berkomunikasi antara lain:
1. Hambatan fisik, komunikasi melihat ruang dengan cara berteriak teriak, atau
komunikasi dengan lokasi antara pembicara dengan pendngar dengan jarak jauh
2. Hambatan persepsi, beda dalam menggunakan istilah kata
3. Hambatan emosi, perasaan tidak senang dalam berkomunikasi
4. Hambatan Bahasa, kata yang digunakan dalam berkomunikasi mengandung
Bahasa yang kuran dimengerti oleh pendengar
5. Hambatan budaya, budaya dapat menghambat komunikasi
Dampak salah dalam berkomunikasi :
Standar akreditasi rumah sakit versi 2012, salah satu sasaran dari ke enam sasaran
keselamatan pasien adalah peningkat komunikasi efektif, dimana rumah sakit
mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antara para
pemberi pelayanan. Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang
dipahami oleh resipien/penerima, dan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien.
komunikasi dapat secara elektronik, lisan atau tertulis. Komunikasi yang paling
mudah mengalami kesalahan adalah pemerintah diberikan secara lisan dan yang diberikan
melakui telepon. Komunikasi lan yan mudah terjadi kesalahan adalah pelayanan pasien
untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera / cito.
1. Depkes RI. (2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient
safety). Jakarta : Bakti Husada.
2. Permenkes RI No 1691 (2010) keselamatan pasien rumah sakit . Jakarta : Mentri
Kesehatan RI
3. Mentri komunikasi efektif. Dinkes
http://galericampuran.blogspot.com/2013/03/mentri-komunikasi-efektif.html
4. Joint commission accreditation of health organization. (2010). National patient
safety goals.
5. Rofii, muhamad. (2013) Komunikasi efektif dengan SBAR. Disampaikan dalam
pelatihan di RSUD Tugurejo Semarang tanggal 21 November 2013
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
2022
IDENTIFIKASI PASIEN DI RSU CAHAYA MEDIKA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 1/1
RSU CAHAYA MEDIKA
Ditetapkan oleh,
Tangga Terbit
Direktur RSU Cahaya Medika
STANDAR PROSEDUR
OPRASIONAL
00 1/2
RSU CAHAYA MEDIKA
Ditetapkan oleh,
Tangga Terbit
Direktur RSU Cahaya Medika
STANDAR PROSEDUR
OPRASIONAL
00 2/2
RSU CAHAYA MEDIKA
Ditetapkan oleh,
Tangga Terbit
Direktur RSU Cahaya Medika
STANDAR PROSEDUR
OPRASIONAL
1. Pendaftaran
2. Instalasi gawat darurat
UNIT TERKAIT 3. Instalasi rawat inap
4. Instalasi rawat jalan
5. Ruang bersalin
DOKUMEN TERKAIT Panduan identifikasi pasien
IDENTIFIKASI PASIEN KOMA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 1/2
RSU CAHAYA MEDIKA
Ditetapkan oleh,
Tangga Terbit
Direktur RSU Cahaya Medika
STANDAR PROSEDUR
OPRASIONAL
00 1/1
RSU CAHAYA MEDIKA
Ditetapkan oleh,
Tangga Terbit
Direktur RSU Cahaya Medika
STANDAR PROSEDUR
OPRASIONAL
00 1/1
RSU CAHAYA MEDIKA
Ditetapkan oleh,
Tangga Terbit
Direktur RSU Cahaya Medika
STANDAR PROSEDUR
OPRASIONAL
00 ½
RSU CAHAYA MEDIKA
Ditetapkan oleh,
Tangga Terbit
Direktur RSU Cahaya Medika
STANDAR PROSEDUR
OPRASIONAL
00 1/2
RSU CAHAYA MEDIKA
Ditetapkan oleh,
Tangga Terbit
Direktur RSU Cahaya Medika
STANDAR PROSEDUR
OPRASIONAL
00 2/2
RSU CAHAYA MEDIKA
Ditetapkan oleh,
Tangga Terbit
Direktur RSU Cahaya Medika
STANDAR PROSEDUR
OPRASIONAL
00 1/1
RSU CAHAYA MEDIKA
Ditetapkan oleh,
Tangga Terbit
Direktur RSU Cahaya Medika
STANDAR PROSEDUR
OPRASIONAL
00 1/2
RSU CAHAYA MEDIKA
Ditetapkan oleh,
Tangga Terbit
Direktur RSU Cahaya Medika
STANDAR PROSEDUR
OPRASIONAL
00 1/1
RSU CAHAYA MEDIKA
Ditetapkan oleh,
Tangga Terbit
Direktur RSU Cahaya Medika
STANDAR PROSEDUR
OPRASIONAL
Hematologi
1. Hemoglobin < 7.0 > 20.0 gr/dl
2. Hemoglobin Neonatus < 9.5 > 33.0 gr/dl
2. Lekosit < 2.000 > 30.000 ribu/µl
4. Eritrosit < 4,6 > 6,2 juta/µl
5. LED ( Westergreen ) <0 > 30 mm/jam
6. Diff Count:
Basofil 0 2 %
Eosinofil - 4 %
Batang - 10 %
Segmen 10 90 %
Limfosit 5 50 %
Monosit - 15 %
7.
Trombosit < 50.000 >1.000.000 ribu/µl
8. < 20 > 60 %
9. Hematokrit < 33 > 70 %
10. Hematokrit neonates - > 15 menit
11. Bleeding Time (BT) < 32 > 37 %
12. MCHC
GolonganDarah - - -
PENETAPAN NILAI AMBANG KRITIS
Kimia klinik
1. Glukosa < 50 > 500 Mg/dl
2. Glukosa Neonatus < 30 > 325 Mg/dl
2. Asam urat < 2,5 > 7,7 Mg/dl
4. Cholesterol - > 500 Mg/dl
5. HDL Cholesterol 35 > 55 Mg/dl
6. LDL Cholesterol - > 160 Mg/dl
7. Trigliserida - > 200 Mg/dl
8. SGOT - > 40 U/L
9. SGPT - > 38 U /L
10. Ureum 15 > 38 Mg/dl
11. Kreatinin 0,4 > 1,4 Mg/dl
12. Bilirubin total - > 15 Mg/dl
13. Bilirubin neonatus - > 15 Mg/dl
14. Bilirubin direk - > 0,4 Mg/dl
15. Biirubin indirek - > 0,6 Mg/dl
PENETAPAN NILAI AMBANG KRITIS
Imunoserologi
1. HbsAg - Positif -
2. HIV - Positif -
2. Widal - Positif -
Urinalisa
1. Warna - - -
2. Kejernihan - - -
3. Reduksi - - -
4. Porein - +++/> 300 Mg/dl
5. Glukosa - +/> 75 Mg/dl
6. keton - ++++/> 1000 Mg/dl
7. Urobilinogen - - -
8. pH 5 8 -
9. aceton - - -
10. eritrosit - - -
11. leukosit - - -
12. silinder - - -
13. sel epitel - - -
14. kristal bakteri - - -
Mengetahui,
Direktur RSU Cahaya Medika Analis Kesehatan
2022
BAB I
LATAR BELAKANG
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kesehatan bukan saja
sebagai salah satu kebutuhan pokok untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan
kehidupannya tetapi kesehatan juga merupakan hak dasar bagi setiap manusia.
Salah satu dampak positif keberhasilan pembangunan nasional adalah terjadinya
perubahan sosial budaya masyarakat, dimana masyarakat menjadi makin kritis dan mulai
cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, lebih baik dan lebih ramah.
Agar tuntutan ini dapat dipenuhi maka salah satu salah satu persyaratannya adalah dengan
meningkatkan mutu pelayan kesehatan, termasuk pelayanan mutu rumah sakit.
Menurut Marcuin dan Hudson, 2000 yang dikutip dari Nursalam 2011 : 296 ada 6
indikator utama kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, salah satunya adalah
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien mengenai keselamatan pasien (pasien
safety). Perawat/bidan harus mampu memastikan dan mengidentifikasi bahwa pelayanan
keperawatan yang diberikan mengutamakan keselamatan pasien, sebab keselamatan pasien
dan mencegah terjadinya cedera merupakan salah satu tanggung jawab perawat/bidan
selama memberikan asuhan kepada pasien.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan salah satu dimensi mutu yang saat
ini menjadi pusat perhatian pada praktisi pelayanan kesehatan dalam skala nasional
maupun global. Hal ini tercermin dengan diangkatnya keselamatan pasien sebagai isu utama
yang melatarbelakangi diberlakukannya undang-undang no. 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran, serta undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum : Terselenggaranya pelayan rumah sakit secara optimal dengan
berorientasi pada keselamatan pasien
2. Tujuan Khusus :
a. Terselenggaranya pelayanan rumah sakit yang bermutu sesuai dengan
standar pelayanan minimal
b. Mampu memberikan asuhan kepada pasien berdasarkan patient safety
c. Mampu mengaplikasikan 6 sasaran keselamatan pasien terhadap pelayanan
di setiap unit kerja
B. Sasaran
1. Terlaksananya program kerja tahun 2022 sebesar 100%
2. Tercapainya kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan rumah sakit sebesar
80%
3. Lulus akreditasi Paripurna
BAB II
PROGRAM KEGIATAN
Kegiatan pokok dan rencana kegiatan program KPRS di RS Cahaya Medika yang
sampai saat ini berlangsung adalah mengenai pemahaman serta aplikasi kepatuhan 6
sasaran keselamatan pasien dan pelapor kejadian/insiden keselamatan pasien dalam
pemberi asuhan, yang dimonitor dengan audit berkala pada seluruh unit pelayanan rumah
sakit dengan pemaparan laporan hasil audit setiap minggu
A. Jenis Kegiatan
1. Rapat kerja mingguan
2. Rapat pembentukan anggota SKP
3. Pelantikan keanggotaan SKP
4. Sosialisasi materi SKP untuk anggota
a. Ketepatan identifikasi
b. Peningkatan komunikasi efektif
c. Peningkatan kewaspadaan obat
d. Ketepatan penandaan lokasi operasi
e. Penurunan risiko infeksi
f. Penurunan risiko pasien jatuh
5. Monitoring program SKP
a. Monitoring identifikasi pasien
b. Monitoring latihan dan pemahaman komunikasi efektif
c. Monitoring pelabelan obat high alert
d. Monitoring pelabelan ceklis operasi
e. Monitoring kepatuhan cuci tangan 5 moment
f. Monitoring insiden pasien jatuh pada dewasa dan pada anak – anak
6. Sosialisasi SPO
a. SPO pemasangan gelang identitas pasien
b. SPO pelepasan gelang identitas pasien
c. SPO komunikasi lisan dan telepon dengan menggunakan metode SBAR dan
TulBaKon
d. SPO pengelolaan high alert
e. SPO peresepan High alert
f. SPO pemberian tanda lokasi sisi operasi
g. SPO pengisian lembar ceklis keselamatan pasien operasi
h. SPO pengkajian risiko pasien jatuh
i. SPO penilaian risiko jatuh skala humpty dumpty
j. SPO penilaian risiko jatuh skala morse
k. SPO penilaian risiko jatuh Get up and Go
l. SPO tatalaksana pasien risiko jatuh tinggi
m. SPO pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP)
n. SPO pemberian obat 8 benar
o. SPO pemasangan restrain
7. Monitoring pelaporan insiden keselamatan pasien
a. Monitoring dan evaluasi kejadian potensial cedera (KNC)
b. Monitoring dan evaluasi kejadian nyaris cedera (KNC)
c. Monitoring dan evaluasi kejadian tidak cedera (KTC)
d. Monitoring dan evaluasi kejadian tidak diharapkan (KTD)
e. Monitoring dan evaluasi kejadian sentinel
8. Evaluasi hasil kerja
a. Rapat kerja mingguan
b. Rapat pembentukan anggota SKP
c. Pelantikan keanggotaan SKP
d. Sosialisasi materi SKP untuk anggota
e. Monitoring program SKP
BAB III
b. Peningkatan
komunikasi efektif TIM KPRS
c. Peningkatan Petugas
kewaspadaan obat Farmasi,
Kepala
Ruangan
d. Ketepatan lokasi
TIM KPRS
operasi
e. Penurunan risiko TIM PPI &
infeksi TIM KPRS
f. Penurunan risiko
TIM KPRS
jatuh
7. MONITORING Setiap Unit
KESELAMATAN PASIEN
DI TIAP UNIT
SOSIALISASI MATERI
8. SKP TERHADAP TIM KPRS
KARYAWAN BARU
SOSIALISASI SPO SKP
9. TIM KPRS
TIAP UNIT KERJA
EVALUASI HASIL KERJA
10. TIM KPRS
SETIAP 6 BULAN
BULAN
NO KEGIATAN AUDIT
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES
KETEPATAN
1.
IDENTIFIKASI PASIEN
PENINGKATAN
2.
KOMUNIKASI EFEKTIF
PENINGKATAN
3.
KEWASPADAAN OBAT
KETEPATAN LOKASI,
4. PROSEDUR, PASIEN
OPERASI
PENURUNAN RESIKO
5.
INFEKSI
PENURUNAN RESIKO
6.
JATUH
BAB IV
EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 2 bulan sekali yang oleh tim SKP dan
komite PMKP disertai semua pimpinan unit kerja. Evaluasi pelaksanaan program dipakai
sebagai data untuk perencanaan berikutnya.
B. Pelaporan
Semua data keselamatan pasien dari masing – masing penanggung jawab
dikumpulkan untuk dibuat laporan mutu rumah sakit setiap bulan ke Ketua Komite MKP
C. Pencatatan
Pencatatan semua data dengan form monitoring dan dibuat grafik kepatuhan
pelaksanaan keselamatan pasien.