Anda di halaman 1dari 7

KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG PATIENT SAFETY DI

RUMAH SAKIT
NUR FAUZIAH SIMAMORA / 181101063
FAUZIAHNUR754@GMAIL.COM

Abstrak
Penulisan kajian ini bertujuan untuk menciptakan budaya keselamatan pasien dan mengurangi
kejadian tidak diharapkan (KTD) di Rumah Sakit sehingga mutu pelayan Rumah Sakit
meningkat serta citra Rumah Sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat.. Keselamatan
pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman, mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan. Keamanan adalah prinsip
yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan
sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas. Oleh karena itu diperlukannya
kebijakan-kebijakan yang mendukung patient safety.

Kata Kunci : Patient Safety, Kebijakan, dan Rumah Sakit

Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar
terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya serta menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan rawat darurat.

Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan


kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen
kualitas. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko (Depkes 2008).

Tujuan
Tujuan dari kajian ini adalah untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di Rumah
Sakit, meningkatkan akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat,
mengurangi kejadian tidak diharapkan (KTD) di Rumah Sakit, terlaksananya program-
program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan,
sehingga memberikan pelayanan yang efektif dan efisien.

Metode
Metode yang digunakan pada kajian ini adalah metode kualitatif yang memberikan
penjelasan dengan menggunakan analisis pada referensi-refensi yang digunakan.

Hasil
Hasil dari kajian ini adalah diharapkannya budaya safety meningkat dan berkembang,
komunikasi dengan pasien berkembang, kejadian tidak diharapakn (KTD) menurun,
Risiko klinis menurun, keluhan berkurang, mutu pelayan Rumah Sakit meningkat
sehingga citra Rumah Sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat, diikuti dengan
kepercayaan diri yang meningkat

Pembahasan
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di
sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011,
keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.

Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit

2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat

3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan


KTD

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:

1.     Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)

2.     Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)

3.     Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari


pengobatan resiko tinggi)

4.     Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi


kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)

5.     Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi


yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)

6.     Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena
jatuh)

Kebijakan-kebijakan yang mendukung “patient safety” atau keselamatan pasien adalah


sebagai berikut:

1.    UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit

a.  Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum


1) Pasal 53 (3) UU No.36/2009; “Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus
mendahulukan keselamatan nyawa pasien.”

2)   Pasal 32n UU No.44/2009; “Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan


dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.

3)     Pasal 58 UU No.36/2009

a)   “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.”

b)   “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan
nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.”

2.    Tanggung jawab Hukum Rumah sakit

a.      Pasal 29b UU No.44/2009; ”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,


antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayanan Rumah Sakit.”

b.        Pasal 46 UU No.44/2009; “Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum


terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan di RS.”

c.        Pasal 45 (2) UU No.44/2009; “Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam


melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.”

3.    Bukan tanggung jawab Rumah Sakit

a.     Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit; “Rumah Sakit Tidak


bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau
menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yang kompresehensif. “

4.    Hak Pasien


a.    Pasal 32d UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan
kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional”

b.     Pasal 32e UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan


yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”

c.     Pasal 32j UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis,
alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”

d.    Pasal 32q UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau
menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana”

5.    Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien

a.    Pasal 43 UU No.44/2009

1.      RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien

2.      Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa,


dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang
tidak diharapkan.

3.  RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi


keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri

4.   Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.

Penutup
Mewujudkan patient safety butuh upaya dan kerjasama dari berbagai pihak karena
pasien safety merupakan upaya dari seluruh komponen sarana pelayanan kesehatan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam  perencanaan keselamatan kesehatan
khususnya pada tahap perencanaan kebijakan kesehatan perlu dilakukan perumusan
masalah kebijakan itu sendiri, kemudian merencanakan kebijakan kesehatan dan
menganalisis dasar-dasar dalam membuat kebijakan kesehatan untuk terwujudnya
perencanaan kesehatan masyarakat Indonesia yang maksimal. Diharapkan dengan
sistem keselamatan pelayanan kesehatan tersebut tanggung jawab pemerintah dan para
pemberi pelayanan dalam melayani kesehatan semua rakyatnya dapat tercapai sehingga
angka kesehatan masyarakat dapat meningkat. Oleh karena itu pentingnya diciptakan
kebijakan dalam pelayanan kesehatan supaya mempunyai tujuan bersama yang bersifat
jelas karena kebijakan dapat diartikan sebagai tujuan bersama.

Referensi
Bawelle, S. C., Sinolungan, J. S. V., & Hamel, R. (2013). Hubungan pengetahuan dan
sikap perawat dengan pelaksanaaan keselamatan pasien (patient safety) di ruang
rawat inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Jurnal Keperawatan, 1(1), 1-3.

Cahyono, A. (2015). Hubungan karakteristik dan tingkat pengetahuan Perawat terhadap


pengelolaan keselamatan Pasien di rumah sakit. Jurnal Ilmiah WIDYA, 1(1), 97-
99.

Depkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety) Edisi 2. KKP-RS. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Harsul, W., Syahrul, S., & Majid, A. (2018). Penerapan Budaya Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien Di Sebuah RSU Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Panrita
Abdi-Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, 2(2), 119-122.

Lombogia, A., Rottie, J., & Karundeng, M. (2016). Hubungan Perilaku Dengan
Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Di Ruang Akut Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado.
Jurnal Keperawatan, 4(2), 1-3.

Mudayana, A. A. (2015). Peran Aspek Etika Tenaga Medis dalam Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Andalas, 1(1), 69-72.
Nivalinda, D., Hartini, M. I., & Santoso, A. (2013). Pengaruh motivasi perawat dan
gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya keselamatan
pasien oleh perawat pelaksana pada rumah sakit pemerintah di Semarang.
Jurnal Manajemen Keperawatan, 1(2), 139-140.

Pagala, I., Shaluhiyah, Z., & Widjasena, B. (2017). Perilaku Kepatuhan Perawat
Melaksanakan SOP Terhadap Kejadian Keselamatan Pasien di Rumah Sakit X
Kendari. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 12(1), 138-141.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2011). Keselamatan pasien Rumah Sakit. Jakarta:
Menteri Kesehatan.

Pujilestari, A., Maidin, A., & Anggraeni, R. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan
Pasien Oleh Perawat Dalam Melaksanakan Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap
RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo Tahun 2013. Jurnal Kesehatan. Makassar,
1(1), 58-60.

Qomariah, S. N., & Lidiyah, U. A. (2015). Hubungan Faktor Komunikasi Dengan


Insiden Keselamatan Pasien (Correlation of Communication Factor with Patient
Safety Incident). Journals of Ners Community, 6(2), 166-170.

Simamora, R. H. (2018). Buku Ajar Keselamatan Pasien Melalui Timbang Terima


Pasien Berbasis Komunikasi Efektif: SBAR.

Suryani, L., Handiyani, H., & Hastono, S. P. (2015). Peningkatan Pelaksanaan


Keselamatan Pasien oleh Mahasiswa melalui Peran Pembimbing Klinik. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 18(2), 115-119.

Yulia, S., Hamid, A. Y. S., & Mustikasari, M. (2012). Peningkatan pemahaman perawat
pelaksana dalam penerapan keselamatan pasien melalui pelatihan keselamatan
pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(3), 185-189.

Anda mungkin juga menyukai