PASIEN SAFETY
2
Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh
Amerika yang berjumlah 33,6 juta pertahun berkisar 44.000 – 98.000
pertahun. Publikasi WHO pada tahun 2004, mengumpulkan angka-angka
penelitian rumah sakit di berbagai negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan
Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 – 16,6 %. Dengan data-data
tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan pengembangan
Sistem Keselamatan Pasien.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi kejadian Nyaris Cedera (Near
Miss) masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “ mal
praktek ” yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia telah mengambil inisiatif membentuk Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP - RS). Komite tersebut telah aktif
melaksanakan langkah-langkah persiapan pelaksanaan keselamatan pasien
rumah sakit dengan mengembangkan laboratorium program keselamatan
pasien rumah sakit.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat
maka pelaksanaan program keselamatan pasien di rumah sakit perlu
dilakukan. Karena itu diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan
keselamatan pasien tersebut. Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit yang terutama berisi Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit
dan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit diharapkan
dapat membantu rumah sakit dalam melaksanakan kegiatannya.
3
b. Sebagai acuan bagi para dokter untuk dapat meningkatkan
keselamatan pasien.
c. Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan
terarah.
C. Sasaran
1. Terselenggaranya sistem pelaporan, pembahasan, koreksi tindakan dan
monitoring dan evaluasi KTD.
2. Terselenggaranya sistem pendekatan reaktif melalui root cause
analysis dalam rangka menurunkan KTD.
3. Tersedianya SDM yang professional dan berkompeten, berpegang pada
nilai etik dan moral serta memiliki culture of safety.
4. Berjalannya sistem komunikasi yang kondusif antar petugas dan
petugas serta pasien / keluarga.
5. Tersedianya SOP / standar pelayanan yang berdasar pada evidence
based didukung dengan teknologi yang mendukung keselamatan
pasien.
D. Manfaat
1. Dapat meningkatkan mutu pelayananan yang berkualitas dan citra
yang baik bagi RS Umum Nirwana.
2. Agar seluruh personil rumah sakit memahami tentang tanggung jawab
dan rasa nilai kemanusian terhadap keselamatan pasien di RS Umum
Nirwana.
3. Dapat meningkatkan kepercayaan antara dokter dan pasien terhadap
tindakan yang akan dilakukan.
4. Mengurangi terjadinya KTD di rumah sakit.
E. Dasar Hukum
1. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan No.1691/Menkes/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
8. Panduan Nasional Keselamatan Pasien RS, Departemen Kesehatan RI,
Maret 2008
5
BAB II
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
6
B. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi: assessmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisa insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
7
BAB III
KEBIJAKAN
8
BAB IV
STANDAR KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
10
4. Dilakukan komunikasi dan transfer informasi antar profesi
kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa
hambatan, aman, dan efektif.
11
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proakif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau
mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta
meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
12
Diharapkan (Adverse Events), dan Kejadian Sentinel pada
program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6. Mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani Kejadian Tidak Diharapkan (Adverse Event) dan
Kejadian Sentinel atau kegiatan proaktif untuk memperkecil
risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam
kaitan dengan Kejadian Tidak Diharapkan dan Sentinel.
7. Kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan
pendekatan antar disiplin.
8. Sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupan sumber daya tersebut.
9. Sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan
kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana
tindak lanjut dan implementasinya.
13
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai
keselamatan pasien
Melakukan proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal. Untuk itu
ditetapkan :
1. Adanya anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-
hal terkait dengan keselamatan pasien.
2. Mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
14
BAB V
TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
16
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit
1) Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen
risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut
mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan
staf.
2) Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP) bagi sistem pengelolaan risiko yang
dapat dimonitor oleh Direktur RS Umum Nirwana. Gunakan
informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara
proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
Langkah penerapan :
17
a. Tingkat Rumah Sakit
Sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar rumah sakit
mengacu pada Pedoman Keselamatan Pasien RS Umum Nirwana.
18
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisa akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa KTD dan Sentinel itu timbul.
Langkah penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit:
1) Pastikan staf yang tekait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab.
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas
kriteria pelaksanaan Analisa Akar Masalah (Root Cause
Analysis / RCA) yang mencakup insiden yang terjadi dan
minimum satu kali per tahun melakukan melakukan Failure
Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko
tinggi.
b. Tingkat Unit Kerja / Tim :
1) Diskusikan dalam jajaran unit / tim pengalaman dari hasil
analisa insiden.
2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena
dampak di masa depan dan bagilah pengalaman tersebut
secara lebih luas.
19
3) Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan.
4) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS -
PERSI.
5) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang
diambil atas insiden.
20
BAB VI
6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN
21
Gelang identitas pasien dibedakan warna berdasarkan kegunaannya yaitu
jenis kelamin (merah muda/biru muda), pasien dengan alergi (merah),
pasien dengan risiko jatuh (kuning).
Pengecualian pada nomor kamar pasien atau lokasi atau nama dokter tidak
dapat digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi pasien.
Identifikasi pasien harus dilakukan saat:
a. Pemberian obat
b. Pemberian darah / produk darah
c. Pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
d. Sebelum memberikan pengobatan
e. Sebelum memberikan tindakan
Petugas yang wajib melakukan identifikasi adalah seluruh petugas
pemberi pelayanan:
a. Dokter
b. Perawat (Rawat inap dan rawat jalan)
c. Petugas Admisi
d. Petugas Rekam Medis
e. Petugas Farmasi
f. Petugas Laboratorium
g. Petugas Rehab medik
h. Petugas Penunjang Medik
i. Petugas Radiologi/Radioterapi
22
pemeriksaan (write back)
b. Penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah
atau hasil pemeriksaan
c. Penerima perintah mengkonfirmasi kembali bahwa apa yang
sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah sesuai dan akurat.
d. Pengecualian di kamar operasi dan situasi gawat darurat di UGD
atau ICU, pembacaan kembali (read back) dapat tidak dilakukan
bila tidak memungkinkan.
Untuk memudahkan dalam berkomunikasi antar pemberi pelayanan
formulir SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation)
dapat digunakan sebagai alat bantu komunikasi agar tercapai tujuan dan
efektifitasnya (terlampir).
23
4. Kepastian tepat lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada operasi, adalah sesuatu
yang kadang terjadi di rumah sakit. Kesalahan biasanya adalah akibat dari
kominikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim
bedah, kurang/tidak melibatkan pasien dalam penandaan lokasi (site
marking), tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi, asesmen
pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang rekam medis pasien yang
tidak adekuat, dan lain-lain. Untuk mengeliminasi kesalahan yang dapat
terjadi digunakan format Time-Out sebagai langkah pencegahannya,
Format tersebut mengadaptasi Surgical Safety Checklist dari WHO
Patient Safety (2009).
Time-out bertujuan untuk memverifikasi proses praoperatif, tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat dan fungsional. Time-out dilakukan tepat
sebelum tindakan dimulai dan melibatkan seluruh tim operasi melalui
penerapan dan pencatatan prosedur operasi, serta menjamin terlaksananya
keselamatan pasien.
24
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien
rawat inap. Dalam konteks masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
disediakan, dan fasilitasnya, RS Umum Nirwana perlu mengevaluasi
risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko
cedera bila pasien jatuh.
Pengelolaan risiko pasien jatuh melalui asesmen awal, proses identifikasi,
evaluasi dan rekomendasi terhadap risiko jatuh dengan menggunakan
format Morse-fall scale bagi pasien dewasa dan format Humpty Dumpty
bagi pasien anak diharapkan dapat mengurangi risiko jatuh pada pasien.
25
BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS
26
f. Berkoordinasi dengan Komite Medik, KMF – KMF, dan
Komite Keperawatan dalam membahas risiko atau kejadian
yang tidak diharapkan yang berkaitan dengan profesi dan
etika (Medis dan Keperawatan).
2. Anggota
a. Mengumpulkan laporan kejadian (incident report) dari
bidang / bagian dan unit serta menyampaikan laporan
kejadian incident report tersebut ke Ketua Tim KPRS.
b. elakukan pencatatan / registrasi risiko dan kejadian tidak
diharapkan.
c. Membantu Ketua Tim KPRS dalam menjalankan program
keselamatan pasien di RS Umum Nirwana dalam hal
administrasi, registrasi, dan sistem pelaporan.
d. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya program
keselamatan pasien di bidang / bagian atau unit masing-
masing.
e. Membuat laporan kejadian / incident report masalah yang
menimbulkan risiko dan kejadian yang tidak diharapkan.
f. Membantu Ketua Tim KPRS dalam program keselamatan
pasien di RS Umum Nirwana, sesuai bidang / bagian
masing-masing.
27
BAB VIII
PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
28
melakukan analisa akar masalah, yang kemudian dilaporkan kepada
Tim KPRS (PERSI) secara rahasia setiap 3 bulan.
29
BAB IX
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Sumber daya manusia yang berkompeten dan mampu bekerja secara benar
serta seminimal mungkin melakukan kesalahan mutlak diperlukan dalam
mengsukseskan pelaksanaan program keselamatan pasien.
Untuk itu maka RS Umum Nirwana melaksanakan program-program
pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di
unit-unit pelayanan yang terkait langsung dengan program keselamatan pasien rumah
sakit.
Program pendidikan dan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit diberikan
untuk seluruh karyawan termasuk dokter fulltimer yang ada di RS Umum Nirwana,
bagi karyawan baru, materi tentang keselamatan pasien rumah sakit akan diberikan
pada saat mengikuti diklat orientasi karyawan baru.
Sasaran dari program pendidikan dan pelatihan keselamatan pasien rumah
sakit adalah:
1. Terbentuknya budaya keselamatan pasien dilingkungan RS Umum Nirwana,
baik bagi karyawan maupun dokter provider.
2. Seluruh karyawan RS Umum Nirwana dan dokter provider mengetahui dan
mampu menjalankan usaha keselamatan pasien sesuai dengan peranannya
masing-masing.
30
2) Meningkatkan kemampuan seluruh karyawan baik medis maupun non
medis
3) Penyegaran kembali bagi para staf lain yang sudah mengikuti
pelatihan namun dirasakan perlu untuk dilakukan diklat penyegaran
3. Jenis Diklat
Menentukan jenis diklat yang akan diikuti berdasarkan sasaran antara lain :
a. Penambahan wawasan melalui diklat kelas, seminar, ataupun pelatihan.
b. Peningkatan keterampilan melalui workshop atau round table discussion.
31
BAB X
PENUTUP
32
Lampiran 1 :
DEKLARASI JAKARTA
Pasien untuk Keselamatan Pasien
di Negara-negara South-East Asia Region
Kami,
Pasien, konsumen pendukung, para profesional pelayanan kesehatan, pembuat
kebijakan dan wakil lembaga swadaya masyarakat, asosiasi profesional dan dewan
pengarah, setelah dipaparkan pada isu keselamatan pasien pada WHO regional
workshop tentang “pasien untuk Keselamatan Pasien “, 17-19 Juli 2007, di Jakarta,
Indonesia.
Mengacu pada Resolution SEA/RC59/53 tentang Promoting Patient Safety in
Health Care, yang diadopsi pada Sesi yang ke 59 Regional Committee untuk Asia
Tenggara, yang mencatat “keprihatinan atas banyaknya korban manusia dan biaya
akibat kejadian tidak diharapkan (adverse events)” dan lingkaran setan adverse events,
tuntutan hukum dan praktek kedokteran yang defensif, dengan ini mendesak Negara-
negara Anggota untuk melibatkan para pasien, asosiasi konsumen, para pekerja
pelayanan kesehatan dan asosiasi profesional dalam membangun sistem asuhan
kesehatanyang lebih aman dan menciptakan suatu budaya keselamatan di dalam
institusi pelayanan kesehatan.
Dengan diilhami oleh Patients for Patient Safety London Declaration yang
didukung oleh WHO World Alliance for Patient Safety.
Menimbang rekomendasi WHO Regional Workshop yang pertama tentang
Patient Safety, 12-14 Juli 2006, di New Delhi, India,
1. Menyatakan bahwa tidak boleh ada pasien menderita cedera yang dapat
dicegah;
2. Menyepakati bahwa pasien adalah pusat dari semua upaya keselamatan
pasien;
3. Menyatakan bahwa rasa takut disalahkan dan hukuman seharusnya tidak
menghalangi komunikasi yang terbuka dan jujur antara pasien dan pemberi
pelayanan kesehatan;
33
4. Mengakui bahwa kami harus bekerja dalam pola kemitraan untuk mencapai
perubahan prilaku utama dan sistem yang dibutuhkan untuk penerapan
keselamatan pasien di regional kami;
5. Percaya bahwa :
a. Transparansi,tanggung–jawab dan pendekatan manusiawi adalah yang
utama pada suatu sistem pelayanan kesehatan yang aman;
b. dasar hubungan adalah saling percaya dan saling menghormati antara
para profesional pelayanan kesehatan dan pasien ;
c. Pasien dan pendampingnya perlu mengetahui mengapa suatu
pengobatan diberikan dan diberitahu tentang semua risiko, kecil atau
besar, sehingga mereka dapat mengambil bagian di dalam keputusan-
keputusan yang berhubungan dengan asuhan kepada mereka;
d. Pasien perlu mempunyai akses kepada rekam medis nya;
6. Mengakui bahwa ketika cedera terjadi :
a. Harus ada suatu sistem dimana kejadian itu dapat dilaporkan dan
diperiksa secara rahasia;
b. Pasien dan keluarganya harus memperoleh informasi dan dukungan
sepenuhnya;
c. Pemberi pelayanan yang terlibat pada cedera yang tak disengaja perlu
juga menerima dukungan;
d. Tindakan korektif harus diambil untuk mencegah cedera di masa depan
dan pelajaran yang didapat perlu disebarluaskan;
e. Harus ada suatu mekanisme untuk kompensasi yang wajar atas
kerugian pasien dan keluarganya;
7. Komit terhadap :
a. Pemberdayaan konsumen melalui pendidikan yang jujur dan tulus;
b. Bekerjasama dengan media untuk mendorong pelaporan yang
bertanggung jawab dan untuk berkesempatan mendidik masyarakat;
c. Partisipasi aktif konsumen di dalam pelaporan kejadian tidak
diharapkan;
d. Komunikasi dua arah antar pasien dan pemberi pelayanan kesehatan
untuk mendorong adanya tanya jawab;
34
e. Wakil pasien yang bermakna dalam komite keselamatan pasien dan
forum-forum;
8. Berikrar melalui upaya yang berkesinambungan untuk mencapai sasaran sbb:
a. Berfungsinya sistem mutu dan keselamatan pasien pada setiap sarana
pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, mulai dengan
pembentukan suatu komite keselamatan pasien dan dalam suatu sistem
pelaporan kejadian tidak diharapkan dan sistem tanggapannya;
b. Taat pada pedoman berbasis bukti dan etik dan menghindari
pengobatan yang irrasional seperti pemberian obat, pemeriksaan dan
operasi yang tidak perlu;
c. Pendidikan kedokteran berkelanjutan untuk para profesional kesehatan;
d. Konsep keselamatan pasien yang terintegrasi ke dalam pelatihan para
professional kesehatan;
e. Indikasi yang rasional untuk admisi pasien pada setiap sarana
pelayanan kesehatan;
35
Lampiran 2
ALUR PROSES PENGELOLAAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP)
PROSES 1 :
PROSES 2 :
PROSES 3 :
36
Pelaksana TIM KPRS
4. Sekretaris tim menerima Laporan IKP, hasil SI dan RCA
5. Rapat Tim KPRS :
a. Dilaksanakan rutin ( minimal 1x/ bln ) kecuali bila
ada insiden grade merah/kuning/sentinel, bisa
dipercepat dari jadwal
b. Agenda rapat :
Presentasi rekap data insiden
Identifikasi insiden baru yang akan di-RCA
Kegiatan
Bentuk tim RCA untuk insiden baru
Tim RCA yang telah melaksanakan tugasnya
melaporkan hasil RCA dan rekomendasi
Lakukan evaluasi dan tindak lanjut dari
rekomendasi hasil rapat Tim KPRS sebelumnya
Menyusun CMP dari setiap insiden
3. Buat laporan ke Tim KPRS Grup
4. Lakukan Pelaporan Bulanan
Dokumen Form Pelaporan Ke MHG ( Lamp.7)
PROSES 4 :
37
RCA
(Lamp.6)
PROSES 5 :
PROSES 6 :
38
39
Lampiran 3.
Form RISK GRADING
TINGKAT DESKRIPSI
40
RESIKO
1 Sangat jarang / Rare ( >5 thn/kali )
2 Jarang / Unlikely ( > 2-5 thn/kali)
3 Mungkin / Posible ( 1-2 thn/kali )
4 Sering / Likely ( Beberapa kali )
5 Sangat sering / almost certain ( tiap minggu / bulan )
Keterangan :
a. Penentuan SKOR RESIKO = Dampak x Probability
b. Menghitung SKOR RESIKO :
Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
Tetapkan dampak pad a baris ke arah kanan,
Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan
dampak.
c. Menentukan Prioritas Resiko :
Berdasarkan Skor Resiko
Jika pada asesmen resiko ditemukan dua insiden dengan hasil skor resiko yang
nilainya sama, maka untuk memilih prioritasnya, dapat menggunakan warna
bands resiko :
a. Bands Biru : Rendah / Low Bands
b. Bands Hijau : Sedang / Moderate Bands
c. Kuning : Tinggi / High
d. Merah : Sangat tinggi / Extreme
41
Probabilitas Tidak Minor Moderat Mayor Katastropik
Signifikan
1 2 3 4 5
Sangat sering Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
terjadi
(Tiap mgg/bln )
5
Sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
( Bbrp kali / thn )
4
Mungkin terjadi Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
( 1-<2 kali / thn )
3
Jarang terjadi Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
( >2-<5kali / thn )
2
Sangat jarang Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
terjadi
( >5 th/ kali )
1
Keterangan :
Warna Bands adalah :hasil pertemuan antara nilai dan dampak yang diurut kebawah
dan nilai probabilitas yang diurut ke samping kanan
42
( tinggi ) perlu tindakan segera serta membutuhkan perhatian top manajemen,
Moderate Resiko sedang, dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu ,
(sedang ) manajer terkait sebaiknya menilai dampak terhadap biaya dan kelola
resiko
Low Resiko rendah, dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu
( rendah ) diselesaikan dengan prosedur
43
Lampiran 4
LEMBAR KRONOLOGIS KEJADIAN
Nama Pembuat : Tanda Tangan
Unit Kerja / Jabatan : ......................
44
Lampiran 5.
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
I. DATA PASIEN
Nama : ……………………………………………………………
No MR : …………………………… Ruangan : …………………
Umur * : 0-1 bulan > 1 bulan – 1 tahun
> 1 tahun – 5 tahun > 5 tahun – 15 tahun
> 15 tahun – 30 tahun > 30 tahun – 65 tahun
> 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
Penanggung biaya pasien:
Pribadi Asuransi Swasta
ASKES Pemerintah Perusahaan *
JAMKESMAS
Tangggal Masuk RS : ……………………………… Jam ……………………
II. RINCIAN KEJADIAN
Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : ………………………… Jam ……………………
Insiden : ……………………………………………………………
Kronologis Insiden :
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Jenis Insiden * :
45
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event)
Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden *
Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
Pasien
Keluarga / Pendamping Pasien
Pengunjung
Lain-lain …………………………………….………..………………
(sebutkan)
Insiden terjadi pada * :
Pasien
Lain-lain ………………………………………………………………
(sebutkan)
Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3
RS
Insiden menyangkut pasien
Pasien rawat inap
Pasien rawat jalan
Pasien UGD
Lain-lain
Tempat Insiden
Lokasi kejadian …………………………………………………………
(sebutkan Tempat pasien berada)
Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
Anak dan Subspesialisasinya
Bedah dan Subspesialisasinya
Obstetri Ginekologi dan Subspesialisasinya
THT dan Subspesialisasinya
Mata dan Subspesialisasinya
Saraf dan Subspesialisasinya
Anestesi dan Subspesialisasinya
46
Kulit & kelamin dan Subspesialisasinya
Jantung dan Subspesialisasinya
Paru dan Subspesialisasinya
Jiwa dan Subspesialisasinya
Lokasi kejadian ………………………………...................… (sebutkan)
Unit Kerja tempat terjadinya insiden
Unit kerja ………………………………....................… (sebutkan)
Akibat Insiden Terhadap Pasien *
Kematian
Cedera Irreversibel / Cedera Berat
Cedera Reversibel / Cedera Sedang
Cedera Ringan
Tidak ada cedera
Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
…..……..…………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Tindakan dilakukan oleh *
Tim : terdiri dari : ………..………….………………………………
Dokter
Perawat
Petugas lainnya : ……….……………………………………………
47
Pembuat Laporan : ………………….. Penerima Laporan : …………………..
48
Lampiran 6.
FORM LAPORAN INVESTIGASI SEDERHANA
........................................... ............................................
49
Lampiran 7. Pedoman Kerja Tim KPRS
LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
RS UMUM NIRWANA
PERIODE : BULAN......... TAHUN........
1. IGD
2. Rawat Jalan
a.Inst.......
b.Inst......
c. dst..........
3 Rawat Inap Ibu
a.Inst.......
b.Inst......
c. dst..........
4 Rawat Inap Anak
a.Inst.......
b.Inst......
c. dst..........
5 Rawat Inap Umum
a.Inst.......
b.Inst......
c. dst..........
6 Perinatologi – ICU
a. Inst.Perina LI ( KBBL )
b. Inst. Perina LII
c. Inst. ICU
7 VK
50
8 OK
9 Rekam Medik
10 Rehabilitasi medik
11 Laboratorium
12 Farmasi
13 Radiologi
14 Fasilitas Umum / Lain – lain
TOTAL
* Nama Instalasi diisi sesuai dengan kondisi / jumlah instalasi di RS masing
ANALISIS RISIKO
JENIS JUMLAH IR
SI (%) RCA (%)
KNC
KTD
SENTINEL
TOTAL
51
III. HASIL INVESTIGASI : AKAR MASALAH, REKOMENDASI, DAN RENCANA TINDAKAN
Kasus yang terkait dengan disiplin profesi medis dibahas dalam rapat SMF terkait atau Peer Group dan hasilnya dimasukkan dalam tabel ini.
REKOMENDASI
AKAR UNIT KERJA Bukti * Kode diisi sesuai dengan daftar kode
RINGKASAN Jenis DAN
No. MASALAH / PENANGGUNG Penyelesaian ** dari Grup, jika belum ada maka
IKP Insiden RENCANA
KODE * JAWAB dituliskan kategori insidennya
TINDAK LANJUT
**Diisi bila tindakan/rekomendasi telah
A. Hasil Investigasi insiden yang terjadi sebelum bulan ini ( yang belum dilaporkan ) terlaksana
1.
Dst..
1
Dst..
52
IV. JUMLAH LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP) BERDASARKAN UNIT PENYEBAB AKAR MASALAH
(merupakan rekapitulasi akar masalah dari hasil investigasi)
JENIS YAN. MEDIS PENUNJANG MEDIS KEPERAWATAN RUMGA LAIN-LAIN
INSIDEN
No SMF NON FAR LAB RAD RM F-KTK IGD VK OK PRN / I A UM TG TB IPSRS /
SMF ICU B N ATEM
U A
K
A. Hasil Investigasi insiden yang terjadi sebelum bulan ini ( yang belum dilaporkan )
1 KNC
2 KTD
3 SENTINEL
1 KNC
2 KTD
3 SENTINEL
53
Kelompok SMF
A. PELAYANAN MEDIS Obgyn Anak Bedah Anestesi Non Umum
Bedah
54
3 Tindakan Medis a. Persiapan tindakan / pre op tidak adekuat
55
b. Salah interpretasi informasi lisan/salah dengar
/kesalahan menerima informasi
6.2. ILO
6.3. Sepsis
6.4. ISK
TOTAL
B. PENUNJANG MEDIS
56
d. Kesalahan meracik resep / pengemasan obat (puyer
tidak merata dan ada yang kosong)/ salah dalam
jumlah obat
57
c. Kesalahan proses administrasi ( Salah pencatatan
/salah penempelan/ salah penyerahan hasil / foto
hilang / tertukar / Tidak melakukan pemeriksaan
sesuai form permintaan)
d. Pelanggaran kerahasiaan
58
b. Malfungsi alat/alat tidak berfungsi dengan baik saat
akan digunakan / Pemasangan / penempatan alat yang
tidak tepat/ Ada bagian alat yang dipindahkan /
dikeluarkan/tidak terpasang / Pengontrolan /
maintenance /perbaikan / kalibrasi tidak dilakukan /
tidak sesuai jadwal
TOTAL
59
c. Ketidakmampuan / keterlambatan / gagal monitoring
oleh perawat selama perawatan
60
b. Salah informasi / interpretasi saat komunikasi lisan
( telpon / salah dengar / salah ucap )
TOTAL
D. RUMGA
61
c. Kerusakan / fungsi tidak adekuat pada
peralatan/sarana/ prasarana selain alat medis (lampu
emergency, genset, rak handuk, kulkas perina, AC,
dll)
TOTAL
E. LAIN-LAIN
62
Perilaku membahayakan diri sendiri / orang lain /
bunuh diri
2 Kecelakaan a. Terpeleset
b. Jatuh
c. Tertusuk
63
f. Pemberian informasi yang tidak jelas oleh staf FO
kepada pasien
TOTAL
........................................ ...................................................
64
Lampiran 8.
Formulir Laporan Insiden Keselamatan Pasien ke KKP-RS
Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan
bersifat anonim, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian,
analisa penyebab dan rekomendasi.
Untuk mengisi laporan ini sebaiknya dibaca Pedoman Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP), bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan
pemahaman yang ada.
Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap.
Jangan dikosongkan agar data dapat dianalisa.
Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKP-RS).
KODE RS : ………………………………
I. DATA RUMAH SAKIT :
Kepemilikan Rumah Sakit :
o Pemerintah Pusat
o Pemerintah Daerah (Provinsi / Kab / Kota)
o TNI /POLRI
o Swasta
o BUMN / BUMD
Jenis RS :
RS Umum
RS Khusus
RSIA RS Paru
RS Mata RS Orthopedi
65
RS Jantung RS Jiwa
RS Kusta
RS Khusus lainnya …………………………………………
Kelas RS
o A
o B
o C
o D
66
2. Insiden : ..………………………………………………….....
3. Kronologis Insiden
....................................................................................................................................
.....
....................................................................................................................................
.....
....................................................................................................................................
.....
4. Jenis Insiden * :
o Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
o Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel
(Sentinel Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden *
o Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
o Pasien
o Keluarga / Pendamping Pasien
o Pengunjung
o Lain-lain ……………………………………………………………………
(sebutkan)
6. Insiden terjadi pada * :
o Pasien
o Lain-lain ……………………………………………………………………
(sebutkan)
Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3
RS
7. Insiden menyangkut pasien
o Pasien rawat inap
o Pasien rawat jalan
o Pasien UGD
o Lain-lain
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian ……………………………………………………… (sebutkan)
(Tempat pasien berada)
67
9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
a. Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
b. Anak dan Subspesialisasinya
c. Bedah dan Subspesialisasinya
d. Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya
e. THT dan Subspesialisasinya
f. Mata dan Subspesialisasinya
g. Saraf dan Subspesialisasinya
h. Anastesi dan Subspesialisasinya
i. Kulit & kelamin dan Subspesialisasinya
j. Jantung dan Subspesialisasinya
k. Paru dan Subspesialisasinya
l. Jiwa dan Subspesialisasinya
m. Lain-lain ……………………………………………………………….
(sebutkan)
10. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja penyebab …………………….....………………………………
(sebutkan)
11. Akibat Insiden Terhadap Pasien *
o Kematian
o Cedera Irreversibel / Cedera Berat
o Cedera Reversibel / Cedera Sedang
o Cedera Ringan
o Tidak ada cedera
12. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
………………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………………
……
68
13. Tindakan dilakukan oleh *
o Tim : terdiri dari:
………………………………………………………………….
o Dokter
o Perawat
o Petugas lainnya :
…………………………………………………………………...
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain ? *
O. Ya O. Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada unit kerja tersebut
untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?
………………………………………………………………………………………
……..................................................................
………………………………………………………………………………………
……..................................................................
69
1. Penyebab langsung (Direct / Proximate / Immediate Cause)
………………………………………………………………………………………
....................................................................
………………………………………………………………………………………
....................................................................
2. Akar penyebab masalah (underlying → root cause)
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
..
3. Rekomendasi / solusi
No Akar Masalah Rekomendasi / Solusi
70
GLOSARIUM KKP-RS
No Istilah Definisi / Penjelasan
1. Keselamatan Pasien Rumah Sakit Suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
(Patient safety) pasien lebih aman. Hal ini termasuk: asesmen risiko;
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien; pelaporan dan analisa insiden;
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.
2. Hazard / Bahaya Suatu “ keadaan, perubahan atau tindakan” yang
dapat meningkatkan risiko pada pasien.
3. Harm / Cedera gangguan Dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau
penurunan fungsi tubuh, dapat berupa
fisik, psikologis dan sosial. Yang termasuk harm /
cedera adalah : “ penyakit, cedera fisik / psikologis /
sosial, penderitaan, cacat, dan kematian “
4. Insiden Keselamatan Pasien Setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
(IKP) yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang dapat dicegah pada pasien.
5. Kondisi Potensial Cedera (KPC) Kondsi di rumah sakit yang berpotensi menimbulkan
cedera pada pasien, karyawan atau lingkungan.
Misalnya: ICU yang selalu sibuk tetapi jumlah staf
kurang, kabel yang melintang di ruang operasi dapat
mengakibatkan pasien/karyawan tersandung dan
jatuh.
6. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Terjadinya insiden yang belum sampai terpapar/
Near Miss tidak mengenai ke pasien. Contoh: unit transfusi
darah sudah siap dipasang pada pasien yang
salah, tetapi kesalahan diketahui namun
kesalahan tersebut diketahui sebelum transfusi
dimulai.
71
Farmasi
Kekosongan persediaan obat / Obat expired
Penyimpanan / penempatan obat
Kesalahan dalam penginputan (nama obat,
bentuk/sediaan, kode obat, nama pasien) /
kesalahan penulisan copy resep/salah
membaca/interpretasi resep
Kesalahan meracik resep / pengemasan obat
(puyer tidak merata dan ada yang kosong)/ salah
dalam jumlah obat
Laboratorium
Kesalahan dalam penyerahan obat
Kesalahan pengambilan sampel (salah orang) /
Kesalahan cara pengambilan sampel
Kesalahan pengelolaan sampel ( sampel hilang /
tertukar / salah penyimpanan)
Kesalahan Administrasi ( salah pencatatan nama /
hasil lab/ salah penyerahan hasil / salah
penempelan hasil / pemeriksaan tidak sesuai form
permintaan / prosedur permintaan darah)
Kesalahan tahap analitik ( kesalahan dalam
interpretasi / pembacaan hasil / tehnik
pemeriksaan)
Radiologi
Persiapan pasien tidak adekuat Kesalahan cara /
teknik pengambilan foto / salah lokasi
pengambilan foto
Kesalahan proses administrasi ( Salah
pencatatan /salah penempelan/ salah penyerahan
hasil / foto hilang / tertukar / Tidak melakukan
pemeriksaan sesuai form permintaan)
Kualitas film/fixer tidak baik / expired
Kesalahan dalam interpretasi / pembacaan hasil
72
Rekam Medis
Berkas Rekam Medis hilang / salah dalam
penyimpanan kembali BRM
Salah dalam penginputan data pasien / pemberian
No. Rekam medis
Salah memberikan catatan medis
Pelanggaran kerahasiaan
9. KTD yang tidak dapat dicegah Suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat
(Unpreventable adverse event) dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir.
73
10. Kejadian Sentinel (Sentinel Suatu KTD yang mengakibatkan kematian
Event) atau cedera yg serius; biasanya dipakai untuk
kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima seperti : operasi pada bagian tubuh
yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan
keseriusan cedera yang terjadi (contoh : Amputasi
pada kaki yang salah, dsb) sehingga pecarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya
masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur
yang berlaku.
Kematian tidak terduga dan tidak terkait
dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnta (contoh :
Bunuh diri)
Kehilangan fungsi utama (major) secara
permanen yang tidak terkait dengan perjalanan
penyakit pasien atau kondisi yang mendasari
penyakitnya .
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien
operasi
Penculikan bayi/bayi yang dipulangkan
bersama orang yang bukan orangtuanya .
11. Kesalahan Medis (Medical Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis
errors) yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien. Kesalahan termasuk gagal
melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau
menggunakan rencana yang salah untuk mencapai
tujuannya. Dapat akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission).
12. Investigasi Sederhana / Simple Suatu proses investigasi yang dilakukan secara
Investigation (SI) sederhana
74
13. Analisis Akar Masalah / Root Suatu proses investigasi yang sistematik dimana
Cause Analysis (RCA) faktor-faktor yang berkontribusi dalam suatu insiden
diidentifikasi dengan merekonstruksi kronologis
kejadian hingga menemukan akar penyebabnya dan
penjelasannya yang dilakukan secara mendetail.
14. HFMEA (Healthcare Failure 1. Suatu asesmen prospektif yang bertujuan untuk
Modes Effects and Analysis) / mengidentifikasi dan mengembangkan langkah-
Analisa mengenai Modus langkah yang dapat ditempuh pada suatu proses
Kegagalan dan Dampak) demi menjamin keselamatan dan mendapatkan
hasil yang sesuai dengan yang diharapkan
2. Suatu pendekatan yang sistematis yang bertujuan
untuk mengidenfikasi masalah dan mencegah
permasalahan itu sebelum terjadi.
15. Laporan Insiden Keselamatan Suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan
Pasien (Laporan IKP) insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk
pembelajaran.
16. Laporan Insiden Keselamatan Pelaporan secara anonim dan tertulis ke KKP - RS
Pasien KKP- RS (Eksternal) setiap kejadian tidak diharapkan (KTD) atau kejadian
nyaris cidera (KNC) yang terjadi pada pasien, telah
dilakukan analisis penyebab, rekomendasi dan
solusinya.
75
76