KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.
Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. (Rejeki, 2016)
undang-undang nomor undang-undang 36 tahun undang-undang 36 tahun 2009
44 tahun 2009 tentang 2009 tentang kesehatan tentang kesehatan
Rumah Sakit
Hak pasien
Mendidik pasien dan keluarga
Keselamatan pasien daam kesinambungan pelayanan
Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
SASARAN PATIENT SAFETY
Human factor memeriksa hubungan antara manusia dan sistem dan bagaimana mereka
berinteraksi dengan berfokus pada peningkatan efisiensi, kreativitas, produktivitas dan
kepuasanpekerjaan, dengan tujuan meminimalkan kesalahan. Kegagalan menerapkan
prinsip Human factormerupakan aspek kunci kejadian paling buruk dalam perawatan
kesehatan.
2. Pengetahuan yang Diperlukan
Penting bagi semua petugas layanan kesehatan untuk memperhatikan situasi yang
meningkatkan kemungkinan kesalahan bagi manusia dalam situasi apapun. Khususnya
penting untuk bagi mahasiswa, kedokteran dan staf junior yang kurang berpengalaman.
Dua faktor dengan dampak paling banyak adalah kelelahan dan stres.
4. Solusi
Saran bagi mahasiswa perawat maupun perawat:
a. Mengaplikasikan Human Factor pada Lingkungan Kerja
Solusinya adalah dengan mengaplikasikan Human Factor pada Lingkungan Kerja.Mahasiswa profesi maupun
perawat dapat menerapkan pemikiran human factorbegitu mereka memasuki lingkungan rumah sakit atau klinik.
Saran terkait hal ini adalah:
Menghindari ketergantungan pada memori
Kesuksesan dalam ujian menuntut siswa untuk mengingat banyak fakta dani nformasi. Hal ini baik untuk ujian
namun ketika harus merawat pasien, hanyamengandalkan ingatan tergolong membahayakan, terutama bila hasilnya
mungkinmenerima dosis atau obat yang salah. Mahasiswa seharusnya mencari gambaratau diagram
langkah-langkah yang terlibat dalam proses atau prosedurperawatan.
Menyelaraskan tindakan petugas kesehatan dengan diagram gambar dapatmengurangi beban pada memori kerja dan
ini membuat siswa untuk fokus padatugas secara real. Ini merupakan alasan utama jika
Protokol merupakan halpenting pada pelayanan kesehatan. Disisi lain, memiliki terlalu banyak protokol juga
kurang membantu, khususnya jika mereka tidak dilakukan update.Mahasiswa seharusnya menanyakan.
Membuat Banyak Hal menjadi Visible
Mahasiswa profesi dan perawat akan mengamati bahwa banyak bangsal danklinik memiliki peralatan yang
diperlukan dalam perawatan pasien-misalnya infusepump. Banyak mahasiswa profesi nantinya akan diminta untuk
menggunakanperalatan tersebut. Sekali lagi, penggunaan gambar dan pemberitahuan tentanglangkah-langkah yang
terlibat dalam menyalakan dan mematikan mesin danmembaca display akan membantu siswa menguasai
keterampilan.
Contoh lainyang baik untuk melakukan hal dengan benar dan supaya bisa lebih terlihat (sehingga meningkatkan
pemahaman dan ingatan) adalah penggunaan pengingatbergambar kepada staf dan pasien tentang mencuci tangan
- ini terbukti efektifdalam meningkatkan kepatuhan dan teknik mencuci tangan.
Mereview dan Menyederhanakan Proses
Sederhana lebih baik. Pernyataan ini berlaku untuk semua lapisanmasyarakat, termasuk perawatan kesehatan.
Beberapa tugas kesehatan menjadisangat rumit sehingga terjadi penyebab error bahkan
malpraktik -contohnyatermasuk proses serah terima (hand over) dan proses discharge. Membuathandoff lebih bisa
dengan cara yang sederhana dengan menerapkan strategikomunikasi yang lebih pendek namun terstruktur. Atau
contoh yang lain adalahmahasiswa dapat membantu menyederhanakan proses komunikasi denganmengulang
kembali instruksi dan memastikan mereka memahami protokol yangditerbitkan di instansi tersebut. Jika tidak ada
protokol untuk handoff, misalnya,siswa tersebut dapat bertanya bagaimana profesional layanan
kesehatanmemastikan komunikasi mereka didengar dengan benar dan bagaimana merekayakin bahwa pasien
tersebut telah diperlakukan dengan benar. Contoh lain dariproses yang dapat disederhanakan meliputi:
(i) membatasi jangkauan obat yangtersedia untuk resep; (Ii) membatasi jumlah sediaan dosis yang berbeda dari
obatyang tersedia; Dan (iii) memiliki persediaan obat yang sering diberikan
MENSTANDARISASI PROSES DAN PROSEDUR UMUM
Walaupun mahasiswa nantinya berkerja pada 1 tempat, mereka mungkin akan mengobservasibahwa
masing-masing departemen atau bangsal melakukan hal-hal secara berbeda. Hal iniberarti bahwa
mereka harus belajar kembali bagaimana hal diselesaikan ketika pindah ke areayang baru, Rumah
sakit yang memiliki standar cara mereka melakukan sesuatu (jika sesuai)membantu staf dengan
mengurangi ketergantungan mereka pada memori - ini jugameningkatkan efisiensi dan menghemat
waktu. Formulir pemesanan obat, formulir debit, resepkonvensi dan jenis peralatan semuanya dapat
distandarisasi di dalam rumah sakit, wilayahatau bahkan seluruh negara.
❖ Penting bagi semua petugas layanan kesehatan untuk memperhatikan situasi yang
meningkatkan kemungkinan kesalahan bagi manusia dalam situasi apapun. Khususnya
penting untuk bagi mahasiswa sekolah kesehatan dan staf junior yang kurang berpengalaman.
Dua faktor dengan dampak paling banyak adalah kelelahan dan stres.
❖ Durasi kerja berkepanjangan telah terbukti menghasilkan penurunan performa yang sama
seperti orang dengan tingkat alkohol darah tiggi yang akan membuat pengendara mobil
termasuk ilegal untuk berkendara di banyak negara. Hubungan antara tingkat stres dan kinerja
juga telah dikonfirmasi melalui penelitian. Jika stres tingkat tinggi mudah dikenali orang
sebagai hal yang kontraproduktif, penting untuk mengenali bahwa tingkat stres yang rendah
juga kontraproduktif, karena hal ini dapat menyebabkan kebosanan dan kegagalan untuk
menghadiri sebuah tugas dengan kewaspadaan yang sesuai.
Faktor-faktor Manusia
Sementara penelitian lain menunjukkan bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor
manusia
1. Ketidakseimbangan fisik atau kemampuan tenagakerja, antara lain: tidak sesuai berat badan,
posisi tubuh yang menyebabkan mudah lemah,cacat fisik dan cacat sementara.
2. Ketidakseimbangan kemampuan psikologi,
3. Kurang pengetahuan, antara lain: kurang pengalaman, kurang orientasi,kuranglatihan
memahami pekerjaan.
4. Kurang keterampilan, antara lain: kurang mengadakan pelatihan praktik, penampilan
kurang,kurang kreatif,salah pengertian.
5. Stress mental, antara lain: emosi berlebihan, beban mental berlebihan,pendiam dan
tertutup,frustasi dan sakitmental.
6. Stress fisik, antara lain: badan sakit, beban tugas berlebihan, kurang istirahat,terpapar bahan
berbahasya,
7. Motivasi menurun(kurang termotivasi)
LINGKUNGAN DAN MANUSIA TERHADAP KESELAMATAN PASIEN
1. Lingkungan Fisik
2. Lingkungan Kimia
3. Lingkungan Biologi
4. Lingkungan Fisiologis
5. Lingkungan Psikologis LINGKUNGAN
Terimakasi
h
meningkatkan keselamatan pasien dengan
menggunakan metode peningkatan kualitas
INGKUNGAN DAN MANUSIA TERHADAP KESELAMATAN
PASIEN
1. Hak pasien
Standarnya adalah Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah:
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien.
Kriterianya adalah: Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn
keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system
dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:
a. Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah:
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan
antar unit pelayanan.
Kriterianya adalah:
a. koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b. koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
c. koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d. komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien.
Standarnya adalah:
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standarnya adalah:
a. Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui
penerapan “7 Langkah Menuju KP RS ”
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi
risiko KP & program mengurangi KTD.
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar
unit & individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
KP
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur,
mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
e. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam
meningkatkan kinerja RS & KP.
f. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan 9)
Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
Kriterianya adalah:
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi
d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar
dan jelas untuk keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden Terdapat kolaborasi dan
komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan
g. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan 9) Tersedia sasaran terukur,
dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya adalah:
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriterianya adalah:
a. memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
b. mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
c. menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standarnya adalah:
a. RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriterianya adalah:
▪ disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan
pasien.
▪ Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada
Terimakasi
h
Konsep Evidence Based Practice
PENGERTIAN
• Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses
yang akan membantu tenaga kesehatan agar mampu
uptodate atau cara agar mampu memperoleh informasi
terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat
keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat
memberikan perawatan terbaik kepada pasien (Macnee,
2011).
Sejarah Evidence Based Practice
Suksesnya Evidence Based Medicine (EBM) (Tanner (1999)) :
Menstandarkan praktik profesi dokter/perawat
Mengeliminasi praktik yang tidak layak (buruk)
Mendukung praktik yang baik (terbaik)
Meminimalkan biaya dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan
(Keele (2011))
Bukti
Bukti
Internal
ekternal
Manfaat
dan
keinginan
pasien
Bukti
▪ Penilaian klinis
▪ Hasil dari proyek peningkatan kualitas dalam
Internal
Bukti
rangka meningkatkan kualitas pelayanan
ekternal (Clinical
klinik Expertise)
▪ Hasil dari pengkajian dan evaluasi pasien
▪ Alasan klinis Manfaat
▪ Evaluasi dan penggunaan sumber daya
tenaga kesehatan yang diperlukan untuk
dan
melakukan treatment yang dipilih keinginan
▪ Mencapai hasil yang diharapkan pasien
Manfaat
dan
keinginan
pasien
KEKUATAN
• Memberikan pelayanan yang terbaik
• Menggunakan sumber daya yang terbaik dan
terpercaya
KELEMAHAN
• Membatasi autonomi professional
HIRARKI PENELITIAN ILMIAH
RIVIEW SYSTEM
SINGLE
EKSPERIMENTAL
STUDIES
QUASI-EKSPERIMENTAL
STUDIES
NON-EKSPERIMENTAL
STUDI KASUS
LAPORAN FENOMENA
MODEL IMPLMENTASI EVIDENCE BASED PRACTICE
1. MODEL SETTLER
Merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untuk
meningkatkan penerapan Evidence based.
Langkah-langkahnya:
Fase 1: persiapan
Fase 2: validasi
Fase 3: perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan
Fase 4: translasi dan aplikasi
Fase 5: evaluasi
2. Model IOWA
Model IOWA diawali dari pemicu/maslah.
Pemicu/masalah ini sebagai focus ataupun fokus
masalah. Jika masalaah mengenai prioritas dari suatu
organisasi, tim segera dibentuk. Tim terdiri dari
stakeholder, klinisian, staf perawat dan tenag kesehatan
lain yang dirasa penting untuk dilibatkan dalam EBP.
Langkah selanjutnya adalah mensistesis EBP.
3. Model konseptual Rosswurm dan Larrabee
Model ini disebut juga dengan model Evidence Based
Practice Change, yang terdiri dari 6 tahap:
Tahap 1: mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis
Tahap 2: tentukan evidence terbaik
Tahap 3: kritikal analisis evidence
Tahap 4: design perubahan dalam praktek
Tahap 5: implementasi dan evaluasi perubahan
Tahap 6: integrasikan dan maintai perubahan praktek
KEMAMPUAN DASAR YANG DIMILIKI TENAGA KESEHATAN
PENERAPAN EBP