Anda di halaman 1dari 77

PERINSIP DAN KONSEP

KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.
Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. (Rejeki, 2016)
undang-undang nomor undang-undang 36 tahun undang-undang 36 tahun 2009
44 tahun 2009 tentang 2009 tentang kesehatan tentang kesehatan
Rumah Sakit

Perpress Nomor 77 Peraturan Menteri Peraturan Menteri Kesehatan


Tahun 2015 tentang Kesehatan No 12 tahun No 24 tahun 2016 tentang teknik
pedoman organisasi 2020 tentang akreditasi bangunan dan prasarana rs
Rumah Sakit Rumah Sakit

PMK Nomor 30 tahun


PMK Nomor 11 tahun PMK Nomor 71 tahun 2015
2019 tentang klasifikasi
2007 tentang tentang pelayanan kesehatan
dan perizinan Rumah
keselamatan pasien pada jaminan kesehatan
Sakit
K3 di rumah sakit kita bisa mengacu ke Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2016 ya tentang
K3 Rumah sakit:
adalah segala kegiatan untuk menjamin melindungi
keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia,
Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung
maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
di rumah sakit.
Pelaksanaan K3 Rumah Sakit
▪ Manajemen risiko K3
▪ keselamatan dan keamanan di rumah sakit
▪ pelayanan kesehatan kerja
▪ Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) dari aspek K3
▪ Pencegahan dan pengendalian kebakaran
▪ Pengelolaan prasarana rumah sakit dari aspek K3
▪ Pengelolaan peralatan medis dan aspep K3
▪ Kesiap siagaan menghadapi kondisi darurat/bencana
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah
satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produktivitas
karyawan. Resiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja
sering terjadi karena program K3 tidak berjalan dengan baik.
Hal ini dapat berdampak pada tingkat produktivitas
karyawan.
kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor :
1. Manusia
tindakan tidak aman dari manusia seperti
sengaja melanggar peraturan keselamatan kerja
yang diwajibkan atau kurang terampilnya
pekerja itu sendiri.
1. Lingkungan
keadaan tidak aman dari lingkungan kerja yang
menyangkut antara lain peralatan atau mesin.
(Selviana, 2017).
Ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) harus tetap berada di semua lini
kegiatan, baik di sektor formal maupun non
formal, sebab potensi ancaman bahaya
kecelakaan dan kesehatan kerja selalu akan
mengancam dimanapun berada.
Menurut perkiraan International Labour Organization
(ILO)setiap tahun ada 2 juta kematian di seluruh dunia karena
penyebab yang terkait pekerjaan (Maharani & Wahyuningsih,
2017).
Di Rumah Sakit…

Banyaknya jenis obat,jenis pemeriksaan dan


prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah
Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang
potensial bagi terjadinya kesalahan.
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)

Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera


yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau karena tidak
bertindak (ommision), dan bukan karena
“underlying disease” atau kondisi pasien
(KKP-RS).
Patient Safety bukan kegiatan yang baru. Patient
Safety sudah menyatu dengan proses pengobatan &
perawatan pasien itu sendiri

“ Patient Safety programs were born of existing


practices that were expanded, formalized, and
centralized.”
Konsep dasar pasien safety
❖ Patient Safety adalah isu terkini, global penting
(high profile), dalam Pelayanan RS, (2000).
❖ WHO memulai Program Patient Safety th 2004.
❖ KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH
SAKIT (KKP-RS) dibentuk PERSI, pd tgl 1 Juni
2005.
❖ MENTERI KESEHATAN bersama PERSI &
KKP-RS telah mencanangkan Gerakan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit pd Seminar
Nasional PERSI tgl 21 Agustus 2005
DEFINISI

Keselamatan pasien adalah ada tidak adanya


kesalahan atau bebas dari cidera karena
kecelakaan
DEFINISI

Keselamatan pasien dirumah sakit adalah


suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi
assesment risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien pelaporan dan analisis
insiden.
Keselamatan Pasien Rumah Sakit - KPRS
(Patient safety)
Suatu sistem dimana RS membuat asuhan
pasien lebih aman.

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yg


disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tdk mengambil tindakan yg
seharusnya diambil. (KKP-RS)
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjut serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan
pencegahan terjadiya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil
Tujuan Keselamatan Pasien

❖ mengidentifikasi pasien secara benar


❖ meningkatkan komunikasi yang efektif
❖ meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi
❖ mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan
pasien, kesalahan prosedur operasi
❖ mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan
❖ mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh
RUANG LINGKUP

1. KTD (Kejadian tidak Diharapkan) Contoh :


Meninggal dunia saat operasi, gagal operasi
hernia dll
2. Kesalahan Medis (medical errors) = kesalahan
dalam asukep yg dpt menyebabkan cedera pada
pasien
Lanjutan...
3. Nyaris cedera (Near miss)
kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya diamnil yang dpt menyebabkan cedera tp
tdk terjadi cedera serius dikarenakan :
a. Keberuntungan : pasien diberikan obat yg merupakan
kontraindikasi namun tidak menimbulkan reaksi
b. Pencegahan : obat diberikan dgn overdosis namun ada perawat
lain yg tahu dan membatalkan
c. Penanganan : obat overdosis telah diberikan namun segera
diberikan antidote nya
ELEMEN PATIENT SAFETY

1. Adverse drug events (ADE)/ medication errors (ME)


2. Restraint use
3. Nosocomial infections
4. Surgical mishaps
5. Pressure ulcers
Lanjutan...elemen

6. Blood product safety/administration


7. Antimicrobial resistance
8. Immunization program
9. Blood stream – vascular catheter care
0. Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor
incident reports
Standar Keselamatan Pasien

Hak pasien
Mendidik pasien dan keluarga
Keselamatan pasien daam kesinambungan pelayanan
Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
SASARAN PATIENT SAFETY

a. Identifikasi pasien dengan benar


b. Meningkatkan komunikasi yang efektif
c. Meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan f.
Pengurangan risiko pasien jatuh
Bagaimana mengidentifikasi pasien??

❖ Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak


boleh menggunakan nomer kamar atau lokasi pasien
❖ Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah )
❖ Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis
❖ Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan
atau prosedur
❖ Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi
yang konsisten pada semua situasi dan lokasi.
Strategi dalam Identifikasi Pasien

❖ Pastikan bahwa organisasi kesehatan memiliki sistem identifikasi


pasien
❖ Verifikasi identitas pasien.
Akibat Kesalahan Identifikasi Pasien

Adanya ketidak cocokan antara pasien yang terkait dengan


identifikasi pasien yang akan mendapatkan pelayanan atau perawatan.
Kesalahan identifikasi memiliki potensi untuk menimbulkan kejadian
adverse events atau kejadian tidak diharapkan (KTD), near miss atau
kejadian nyaris cidera (KNC), kejdian potensi cidera(KPC), dan
kejadian tidak cidera (KTC)
PRINSIP & IMPLIKASI DALAM PRAKTEK
KEPERAWATAN
1. Kedasaran tentang nilai keselamatan pasien
2. Komitmen memberikan pelayanan kesehatan berorientasi pastient safety
3. Kemampuan mengidentififkasi faktor resiko penyebab insiden terkait patient
safety
4. Kepatuhan pelaporan insiden
5. Kemampuan berkomunikasi yang efektif dgn pasien ttg faktor penyebab
insiden terkait patient safety
6. Kemampuan mengidentifikasi akar masalah penyebab insiden terkait patient
safety
7. Kemampuan memanfaatkan infomasi ttg kejadian yg terjadi utk mencegah
kejadian berulang
Terimakasi
h
Pengaruh Faktor Lingkungan dan
Manusia pada Keselamatan Pasien
1. Pentingnya Faktor Manusia pada Keselamatan Pasien

Human factor memeriksa hubungan antara manusia dan sistem dan bagaimana mereka
berinteraksi dengan berfokus pada peningkatan efisiensi, kreativitas, produktivitas dan
kepuasanpekerjaan, dengan tujuan meminimalkan kesalahan. Kegagalan menerapkan
prinsip Human factormerupakan aspek kunci kejadian paling buruk dalam perawatan
kesehatan.
2. Pengetahuan yang Diperlukan

• Istilah human factor atau ergonomik umumnya digunakan mendeskripsikan interaksi


antara tigaaspek saling berhubungan: individu di tempat kerja, tugas yang
dibebankan untuk individutersebut, dan tempat kerjanya. Human factor merupakan
ilmu yang menggunakan banyak disiplinmisalnya anatomi, fisiologi, fisika, dan
biomekanik untuk mengetahui bagaimana orang bertindakdi bawah kondisi-kondisi
yang berbeda. Human factor didefinisikan sebagai studi yang mencakupsemua faktor
yang membuatnya lebih mudah untuk melakukan pekerjaan dengan cara yang benar.
• efinisi yang lain dari human factor adalah studi dari hubungan saling terkait
antara manusia,instrumen, dan alat yang mereka gunakan di tempat
kerjanya, maupun di lingkungan dimanamereka bekerja.
• Semua orang bisa mengaplikasikan pengetahuan human factor dimanapun mereka
bekerja. Pada tatanan pelayanan kesehatan, pengetahuan human factor bisa
membantu proses desain yangmembuat menjadi lebih mudah bagi perawat maupun
dokter untuk melakukan pekerjaannyadnegan benar.
• Aplikasi human factor sangatlah relefan dengan patient safety yang tertanam dalam
disiplin humanfactor, yang merupakan ilmu dasar dari keselamatan. Human factor
bisa menunjukkan kepada kitabagaimana meyakinkan orang lain jika kita melakukan
praktik berdasarkan keselamatan,berkomunikasi baik dengan tim, dan menyerah
terimakan tanggungjawab kepada profesi tenagakesehatan lain
• Banyak pelayanan kesehatan yang tergantung pada manusia yaitu dokter dan perawat
yangmenyediakan pelayanan. Orang yang ahli pada human factor meyakini bahwa
kesalahan bisadikurangi dengan memfokuskan pada pemberi pelayanan kesehatan
dan mempelajari bagaimanamereka saling berinteraksi dan bagaimana hubungan
mereka dengan lingkungannya.
• Prinsip human factor bisa diadaptasi pada berbagai lingkungan, Pada tatanan
pelayanan kesehatanmisalnya mengobservasi penyebab yang mendasari dari efek
samping yang berhubungan dengan
miskomunikasi dan tindakan tenaga kesehatan ataupun pasien didalam sistem. Banyak
yangberpikir jika kesulitan komunikasi antara tim tenaga kesehatan terjadinya
berdasarkan fakta darimasing-masing tenaga memiliki sejumlah tugas yang harus
dilakukan pada satu waktu.
• Ilmu human factor menunjukkan bahwa yang paling penting bukan jumlah tugasnya
namun sifattugasnya yang sedang dilakukan. Dokter mungkin menceritakan kepada
mahasiswanya langkahsederhana dari operasi saat dokter tersebut melakukan operasi
namun jika kasusnya tergolongsulit, dokter bedah tersebut tidak dapat melakukannya
karena membutuhkan konsentrasi yanglebih. Pemahaman dari human factor dan
ketaatan terhadap prinsip human factor saat ini menjadidasar penting untuk
mendisiplinkan patient safety
• Ahli human factor menggunakan pandangan berbasis praktik dan prinsip dalam mendesain
carauntuk membuatnya lebih mudah dalam melakukan tindakan seperti: mengorder
medikasi, serah terima informasi, memindahkan pasien dan kema terkait pengobatan dan
pesananlainnya secara elektronik. Jika tugas-tugas ini dibuat lebih mudah untuk praktisi
pelayanankesehatan, maka dapat menyediakan asuhan pelayanan yang lebih aman. Hal ini
membutuhkansolusi desain yang terdiri dari software (sistem pengorderan lewat
komputer), hardware (infuspump), alat (skalpel, siringe), dan tata letak termasuk
pencahayaan dan lingkungan kerja.
• Sebagai catatan human factor tidak secara langsung terkait manusia seperti namanya
“humanfactor”. Namun lebih kepada pemahaman akan keterbatasan manusia dan
mendesain tempat kerja maupun peralatan yang kita gunakan sehingga bisa
digunakan oleh berbagai sifat manusia dan jugaperformance. Mengetahui bagaimana lelah,
stres, komunikasi yang jarang, pengetahuan dan skillyang inadekuat berdampak pada
keprofesionalan kesehatan, dan hal ini penting karena akanmembantu kita memahami
karakteristik predisposisi yang mungkin berhubungan dnegan kejadianyang tidak
diharapkan maupun error
• Manusia juga mudah mengalami distraksi yang mana merupakan kekuatan maupun
kelemahan.Distraksi membantu kita memperhatikan saat sesuatu yang tidak biasa
sedang terjadi. Kita jugasangat baik menyadari dan merespon situasi secara cepat dan
beradaptasi terhadap situasimaupun informasi baru. Namun, distraksi ini
memungkinkan kita kepada error, karena distraksimembuat kita kekurangan
perhatian pada aspek yang paling penting terkait tugas atau situasi.Sebagai contoh
adalah mahasiswa keperawatan mengambil darah dari pasien. Saat mahasiswasedang
proses membersihkan setelah pengambilan darah, pasien disebelah meminta
bantuan.Mahasiswa tersebut berhenti terhadap tindakan yang dilakukan dan
melakukan bantuan danmelupakan melabel tabung darah. Atau perawat yang
melakukan medikasi dari order telepon danmengalami interupsi dari kolega yang
bertanya disampingnya, perawat mungkin akan salahmendengar, atau gagal
mengecheck medikasi atau dosis sebagai dampak dari adanya distraksi.
3. Hubungan Antara Human Factor Dengan Keselamatan Pasien

Penting bagi semua petugas layanan kesehatan untuk memperhatikan situasi yang
meningkatkan kemungkinan kesalahan bagi manusia dalam situasi apapun. Khususnya
penting untuk bagi mahasiswa, kedokteran dan staf junior yang kurang berpengalaman.
Dua faktor dengan dampak paling banyak adalah kelelahan dan stres.
4. Solusi
Saran bagi mahasiswa perawat maupun perawat:
a. Mengaplikasikan Human Factor pada Lingkungan Kerja
Solusinya adalah dengan mengaplikasikan Human Factor pada Lingkungan Kerja.Mahasiswa profesi maupun
perawat dapat menerapkan pemikiran human factorbegitu mereka memasuki lingkungan rumah sakit atau klinik.
Saran terkait hal ini adalah:
Menghindari ketergantungan pada memori
Kesuksesan dalam ujian menuntut siswa untuk mengingat banyak fakta dani nformasi. Hal ini baik untuk ujian
namun ketika harus merawat pasien, hanyamengandalkan ingatan tergolong membahayakan, terutama bila hasilnya
mungkinmenerima dosis atau obat yang salah. Mahasiswa seharusnya mencari gambaratau diagram
langkah-langkah yang terlibat dalam proses atau prosedurperawatan.
Menyelaraskan tindakan petugas kesehatan dengan diagram gambar dapatmengurangi beban pada memori kerja dan
ini membuat siswa untuk fokus padatugas secara real. Ini merupakan alasan utama jika
Protokol merupakan halpenting pada pelayanan kesehatan. Disisi lain, memiliki terlalu banyak protokol juga
kurang membantu, khususnya jika mereka tidak dilakukan update.Mahasiswa seharusnya menanyakan.
Membuat Banyak Hal menjadi Visible
Mahasiswa profesi dan perawat akan mengamati bahwa banyak bangsal danklinik memiliki peralatan yang
diperlukan dalam perawatan pasien-misalnya infusepump. Banyak mahasiswa profesi nantinya akan diminta untuk
menggunakanperalatan tersebut. Sekali lagi, penggunaan gambar dan pemberitahuan tentanglangkah-langkah yang
terlibat dalam menyalakan dan mematikan mesin danmembaca display akan membantu siswa menguasai
keterampilan.
Contoh lainyang baik untuk melakukan hal dengan benar dan supaya bisa lebih terlihat (sehingga meningkatkan
pemahaman dan ingatan) adalah penggunaan pengingatbergambar kepada staf dan pasien tentang mencuci tangan
- ini terbukti efektifdalam meningkatkan kepatuhan dan teknik mencuci tangan.
Mereview dan Menyederhanakan Proses
Sederhana lebih baik. Pernyataan ini berlaku untuk semua lapisanmasyarakat, termasuk perawatan kesehatan.
Beberapa tugas kesehatan menjadisangat rumit sehingga terjadi penyebab error bahkan
malpraktik -contohnyatermasuk proses serah terima (hand over) dan proses discharge. Membuathandoff lebih bisa
dengan cara yang sederhana dengan menerapkan strategikomunikasi yang lebih pendek namun terstruktur. Atau
contoh yang lain adalahmahasiswa dapat membantu menyederhanakan proses komunikasi denganmengulang
kembali instruksi dan memastikan mereka memahami protokol yangditerbitkan di instansi tersebut. Jika tidak ada
protokol untuk handoff, misalnya,siswa tersebut dapat bertanya bagaimana profesional layanan
kesehatanmemastikan komunikasi mereka didengar dengan benar dan bagaimana merekayakin bahwa pasien
tersebut telah diperlakukan dengan benar. Contoh lain dariproses yang dapat disederhanakan meliputi:
(i) membatasi jangkauan obat yangtersedia untuk resep; (Ii) membatasi jumlah sediaan dosis yang berbeda dari
obatyang tersedia; Dan (iii) memiliki persediaan obat yang sering diberikan
MENSTANDARISASI PROSES DAN PROSEDUR UMUM

Walaupun mahasiswa nantinya berkerja pada 1 tempat, mereka mungkin akan mengobservasibahwa
masing-masing departemen atau bangsal melakukan hal-hal secara berbeda. Hal iniberarti bahwa
mereka harus belajar kembali bagaimana hal diselesaikan ketika pindah ke areayang baru, Rumah
sakit yang memiliki standar cara mereka melakukan sesuatu (jika sesuai)membantu staf dengan
mengurangi ketergantungan mereka pada memori - ini jugameningkatkan efisiensi dan menghemat
waktu. Formulir pemesanan obat, formulir debit, resepkonvensi dan jenis peralatan semuanya dapat
distandarisasi di dalam rumah sakit, wilayahatau bahkan seluruh negara.

Secara rutin menggunakan daftar periksa


Penggunaan checklist telah berhasil diterapkan di banyak area, misalnya untuk belajar ujian,bepergian,
berbelanja dan dalam perawatan kesehatan. Checklist sekarang rutin dilakukandalam ruang
operasi. Mahasiswa harus terbiasa menggunakan checklist dalam praktikmereka, terutama bila ada
cara yang terbukti untuk menerapkan pengobatan
Menurunkan ketergantungan terkait kewaspadaan
Manusia dengan cepat menjadi terganggu dan bosan jika tidak banyak hal
yang terjadi. Siswaharus waspada terhadap kemungkinan kesalahan saat
mereka terlibat dalam kegiatanberulang yang panjang. Dalam situasi
seperti itu, kebanyakan dari kita akan mengurangiperhatian pada tugas
yang sedang dihadapi, terutama jika kita menjadi lelah. Upaya kitauntuk
tetap fokus akan gagal di beberapa titik
Lingkungan pasien harus memiliki standar keamanan
yang sesuai standar keselamatan pasien

Tesedianya fasiltas keaamanan bagi pasien seperti :


❖ Adanya tangga darurat
❖ Adanya alat pemadam api ringan / APAR
❖ Adanya pegangan untuk pasien di setiap selasar
❖ Terpasangnya bedplang disetiap tempat tidur pasien
❖ Terpasangnya CCT disetiap sudut tertentu
❖ Adanya bell darurat di setiap kamar mandi pasien
Pengaruh Faktor Lingkungan pada Keselamatan Pasien

Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap keselamatan pasien.


Lingkungan pasien harus aman dan kondusif
❖ Lingkungan pasien harus memiliki standar keamanan yang sesuai
standar keselamatan pasien.
❖ Akses keluar masuk pasien mudah.
❖ Sarana yang menunjang terhadap keamanan dan keselamatan pasien
❖ Tersedianya Fasiltas untuk pasien dengan keterbatasan mental atau
fisik
Pentingnya Faktor Manusia pada Keselamatan Pasien

❖ Faktor manusia memeriksa hubungan antara manusia dan sistem dan


bagaimana mereka berinteraksi dengan berfokus pada peningkatan
efisiensi, kreativitas, produktivitas dan kepuasan pekerjaan, dengan
tujuan meminimalkan kesalahan. Kegagalan menerapkan prinsip
faktor Manusia merupakan aspek kunci kejadian paling buruk dalam
perawatan kesehatan.
❖ Karena itu, semua petugas kesehatan harus memiliki pemahaman
dasar tentang prinsip-prinsip faktor manusia. Petugas kesehatan yang
tidak mengerti dasar-dasar faktor manusia diibaratkan seperti petugas
pengendalian infeksi tapi tidak mengetahui tentang mikrobiologi
Pengetahuan yang Diperlukan

❖ Istilah faktor Manusia atau ergonomik umumnya digunakan


mendeskripsikan interaksi antara tiga aspek saling berhubungan:
individu di tempat kerja, tugas yang dibebankan untuk individu
tersebut, dan tempat kerjanya.
❖ Definisi yang lain dari faktor manusia adalah studi dari hubungan
saling terkait antara manusia, instrumen, dan alat yang mereka
gunakan di tempat kerjanya, maupun di lingkungan dimana mereka
bekerja.
Hubungan Antara Faktor Manusia Dengan
Keselamatan Pasien

❖ Penting bagi semua petugas layanan kesehatan untuk memperhatikan situasi yang
meningkatkan kemungkinan kesalahan bagi manusia dalam situasi apapun. Khususnya
penting untuk bagi mahasiswa sekolah kesehatan dan staf junior yang kurang berpengalaman.
Dua faktor dengan dampak paling banyak adalah kelelahan dan stres.
❖ Durasi kerja berkepanjangan telah terbukti menghasilkan penurunan performa yang sama
seperti orang dengan tingkat alkohol darah tiggi yang akan membuat pengendara mobil
termasuk ilegal untuk berkendara di banyak negara. Hubungan antara tingkat stres dan kinerja
juga telah dikonfirmasi melalui penelitian. Jika stres tingkat tinggi mudah dikenali orang
sebagai hal yang kontraproduktif, penting untuk mengenali bahwa tingkat stres yang rendah
juga kontraproduktif, karena hal ini dapat menyebabkan kebosanan dan kegagalan untuk
menghadiri sebuah tugas dengan kewaspadaan yang sesuai.
Faktor-faktor Manusia

Sementara penelitian lain menunjukkan bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor
manusia
1. Ketidakseimbangan fisik atau kemampuan tenagakerja, antara lain: tidak sesuai berat badan,
posisi tubuh yang menyebabkan mudah lemah,cacat fisik dan cacat sementara.
2. Ketidakseimbangan kemampuan psikologi,
3. Kurang pengetahuan, antara lain: kurang pengalaman, kurang orientasi,kuranglatihan
memahami pekerjaan.
4. Kurang keterampilan, antara lain: kurang mengadakan pelatihan praktik, penampilan
kurang,kurang kreatif,salah pengertian.
5. Stress mental, antara lain: emosi berlebihan, beban mental berlebihan,pendiam dan
tertutup,frustasi dan sakitmental.
6. Stress fisik, antara lain: badan sakit, beban tugas berlebihan, kurang istirahat,terpapar bahan
berbahasya,
7. Motivasi menurun(kurang termotivasi)
LINGKUNGAN DAN MANUSIA TERHADAP KESELAMATAN PASIEN

1. Lingkungan Fisik
2. Lingkungan Kimia
3. Lingkungan Biologi
4. Lingkungan Fisiologis
5. Lingkungan Psikologis LINGKUNGAN
Terimakasi
h
meningkatkan keselamatan pasien dengan
menggunakan metode peningkatan kualitas
INGKUNGAN DAN MANUSIA TERHADAP KESELAMATAN
PASIEN
1. Hak pasien
Standarnya adalah Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah:
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien.
Kriterianya adalah: Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn
keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system
dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:
a. Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah:
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan
antar unit pelayanan.
Kriterianya adalah:
a. koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b. koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
c. koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d. komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien.
Standarnya adalah:
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standarnya adalah:
a. Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui
penerapan “7 Langkah Menuju KP RS ”
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi
risiko KP & program mengurangi KTD.
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar
unit & individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
KP
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur,
mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
e. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam
meningkatkan kinerja RS & KP.
f. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan 9)
Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
Kriterianya adalah:
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi
d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar
dan jelas untuk keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden Terdapat kolaborasi dan
komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan
g. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan 9) Tersedia sasaran terukur,
dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya adalah:
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriterianya adalah:
a. memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
b. mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
c. menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standarnya adalah:
a. RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriterianya adalah:
▪ disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan
pasien.
▪ Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada
Terimakasi
h
Konsep Evidence Based Practice
PENGERTIAN
• Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses
yang akan membantu tenaga kesehatan agar mampu
uptodate atau cara agar mampu memperoleh informasi
terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat
keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat
memberikan perawatan terbaik kepada pasien (Macnee,
2011).
Sejarah Evidence Based Practice
Suksesnya Evidence Based Medicine (EBM) (Tanner (1999)) :
Menstandarkan praktik profesi dokter/perawat
Mengeliminasi praktik yang tidak layak (buruk)
Mendukung praktik yang baik (terbaik)
Meminimalkan biaya dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan
(Keele (2011))

Evidence Based Practice (EBP)


DEFINISI EVIDENCE BASED PRACTICE
• Menurut Greenberg & Pyle (2006) dalam Keele (2011), “Evidence-Based
Practice adalah penggunaan bukti untuk mendukung pengambilan
keputusan di pelayanan kesehatan”.

• Menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) Evidence-Based Practice in


Nursing adalah penggunaan bukti ekternal, bukti internal (clinical
expertise), serta manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung
pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan.
KOMPONEN EBP
(Melnyk & Fineout-Overholt, 2011)

Bukti
Bukti
Internal
ekternal

Manfaat
dan
keinginan
pasien

Evidence Based Clinical Decision Making


KOMPONEN EBP
(Melnyk & Fineout-Overholt, 2011)

Hasil penelitian, teori-teori yang


BUKTI Bukti
lahir Internal
dari penelitian, pendapat
EKTERNAL
dari ahli, hasil dari diskusi
panel para ahli
Manfaat
dan
keinginan
pasien

Evidence Based Clinical Decision Making


KOMPONEN EBP
(Melnyk & Fineout-Overholt, 2011)

Bukti
▪ Penilaian klinis
▪ Hasil dari proyek peningkatan kualitas dalam
Internal
Bukti
rangka meningkatkan kualitas pelayanan
ekternal (Clinical
klinik Expertise)
▪ Hasil dari pengkajian dan evaluasi pasien
▪ Alasan klinis Manfaat
▪ Evaluasi dan penggunaan sumber daya
tenaga kesehatan yang diperlukan untuk
dan
melakukan treatment yang dipilih keinginan
▪ Mencapai hasil yang diharapkan pasien

Evidence Based Clinical Decision Making


KOMPONEN EBP
(Melnyk & Fineout-Overholt, 2011)

Memberikan manfaat terbaik untuk kondisi pasien saat


itu dan meminimalkan pembiayaan
Bukti
Bukti
Internal
ekternal

Manfaat
dan
keinginan
pasien

Evidence Based Clinical Decision Making


MANFAAT EBP
(Trinder & Reynolds, 2006)

Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik

Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk

Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil penelitian

Mengeliminasi budaya “practice which is not evidence based”


KEKUATAN DAN KELEMAHAN EBPN
(Trinder & Reynolds, 2006)

KEKUATAN
• Memberikan pelayanan yang terbaik
• Menggunakan sumber daya yang terbaik dan
terpercaya
KELEMAHAN
• Membatasi autonomi professional
HIRARKI PENELITIAN ILMIAH
RIVIEW SYSTEM

SINGLE
EKSPERIMENTAL
STUDIES
QUASI-EKSPERIMENTAL
STUDIES

NON-EKSPERIMENTAL

STUDI KASUS

LAPORAN FENOMENA
MODEL IMPLMENTASI EVIDENCE BASED PRACTICE

1. MODEL SETTLER
Merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untuk
meningkatkan penerapan Evidence based.
Langkah-langkahnya:
Fase 1: persiapan
Fase 2: validasi
Fase 3: perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan
Fase 4: translasi dan aplikasi
Fase 5: evaluasi
2. Model IOWA
Model IOWA diawali dari pemicu/maslah.
Pemicu/masalah ini sebagai focus ataupun fokus
masalah. Jika masalaah mengenai prioritas dari suatu
organisasi, tim segera dibentuk. Tim terdiri dari
stakeholder, klinisian, staf perawat dan tenag kesehatan
lain yang dirasa penting untuk dilibatkan dalam EBP.
Langkah selanjutnya adalah mensistesis EBP.
3. Model konseptual Rosswurm dan Larrabee
Model ini disebut juga dengan model Evidence Based
Practice Change, yang terdiri dari 6 tahap:
Tahap 1: mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis
Tahap 2: tentukan evidence terbaik
Tahap 3: kritikal analisis evidence
Tahap 4: design perubahan dalam praktek
Tahap 5: implementasi dan evaluasi perubahan
Tahap 6: integrasikan dan maintai perubahan praktek
KEMAMPUAN DASAR YANG DIMILIKI TENAGA KESEHATAN
PENERAPAN EBP

1. Mengidentifikasi gap/kesenjangan antara teori dan praktek


2. Memformulasikan pertanyaan klinis yang relevan
3. Melakukan pencarian literatur yang efisien
4. Mengaplikasikan peran dari bukti, termasuk tingkatan/hierarki dari
bukti tersebut untuk menentukan tingkat validitasnya
5. Mengaplikasikan temuan literatur pada maslah pasien
6. Mengerti dan memahami keterkaitan antara nilai dan budaya
pasien dapat mempengaruhi keseimbangan antara potensial
keuntungan dan kerugian dari pilihan manajemen/terapi (jette et al,
2003)
Contoh EBP untuk PeningkatkanPatient Safety

1. Desinfektan dengan tekhnik sekali usap


2. Membenarkan Infusan macet dengan cara Spull
3. Mengidentifikasi Pemberian Obat dengan 6 Benar
Terimakasi
h

Anda mungkin juga menyukai