Anda di halaman 1dari 9

UPAYA MENCEGAH BAHAYA DAN KEJADIAN YANG TIDAK

DIHARAPKAN OLEH PASIEN DAN KELUARGA DI RUMAH SAKIT

Raisya Mahdiyah Syaifullah

raisyamhdyh@gmail.com

Latar Belakang

Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan sesuatu yang jauh lebih penting dari pada
sekedar efisiensi pelayanan. Perilaku perawat dengan kemampuan perawat sangat berperan
penting dalam pelaksanaan keselamatan pasien. Perilaku yang tidak aman, lupa, kurangnya
perhatian/motivasi, kecerobohan, tidak teliti dan kemampuan yang tidak memperdulikan dan
menjaga keselamatan pasien berisiko untuk terjadinya kesalahan dan akan mengakibatkan
cedera pada pasien, berupa Near Miss (Kejadian Nyaris Cedera/KNC) atau Adverse Event
(Kejadian Tidak Diharapkan/KTD) selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan
memodifikasi perilaku. Perawat harus melibatkan kognitif, afektif dan tindakan yang
mengutamakan keselamatan pasien.

Program keselamatan pasien (patient safety) merupakan variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas kinerja pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Program keselamatan pasien dapat bertujuan untuk menurunkan angka kejadian tidak
diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama di rawat di rumah sakit sehingga
dapat merugikan beberapa pihak khususnya, pasien dan rumah sakit (Nursalam, 2016).
Menurut Dece & Sutriningsih (2015) keselamatan pasien di rumah sakit (KPRS) merupakan
sistem pelayanan dalam suatu rumah sakit yang memberikan asuhan pasien menjadi lebih
aman, yaitu didalamnya mengukur risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien
analisa insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta menerapkan
solusi untuk mengurangi risiko. Keselamatan pasien merupakan hak pasien berhak
memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.
Kemenkes (2009), Sesuai dengan UU tentang kesehatan pasal 53 (3) UU No. 36/2009
menyatakan bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan nyawa pasien.
Keselamatan pasien telah menjadi prioritas untuk layanan kesehatan di seluruh dunia
(Suparna, 2015).
Rumah sakit merupakan suatu wadah pelayanan kesehatan yang utama. Dengan demikian
rumah sakit harus mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terintegrasi pada pasien
sebagai penguna layanan. Membangun gerakan keselamatan pasien di rumah sakit
merupakan prioritas utama pada layanan rumah sakit. akan menguntungkan berbagai pihak
baik itu rumah sakit maupun pasien sebagai pengguna layanan kesehatan (KKPRS, 2015)

Metode

Metode penulisan yang digunakan adalah Literature Riview, yaitu dengan cara menganalisis,
mengeksplorasi serta mengkaji bebas jurnal atau karya tulis ilmiah yang relevan dan
berfokus pada tema yaitu “upaya mencegah kejadian yang tidak diharapkan oleh pasien dan
keluarga di rumah sakit”. Adapun sumber yang digunakan dalam literature ini menggunakan
sumber dari buku teks, jurnal dengan memasukan kata kunci upaya pencegahan bahaya dan
kejadian yang tidak diharapkan di rumah sakit. Adapun jurnal yang digunakan merupakan
jurnal yang diterbitkan pada 10 tahun terakhir. Metode dari penulisan ini digunakan untuk
menjelaskan tentang keselamatan pasien dan upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk
mencegah bahaya dan kejadian yang tidak diharapkan di rumah sakit. Pengolahan data ini
dilakukan dengan membanding jurnal yang ada dan mengkaji kembali jurnal yang
berhubungan dengan keselamatan pasien dan upaya mencegah bahaya dan kejadian yang
tidak diharapkan di rumah sakit.

Hasil

Berdasarkan pencarian literature didapatkan keselamatan pasien dan upaya apa saja yang bisa
dilakukan untuk mencegah bahaya dan kejadian yang tidak diharapkan di rumah sakit.
Banyak rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan
keselamatan pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman manajemen
terhadap keselamatan pasien. Peraturan menteri ini memberikan panduan bagi manajemen
rumah sakit agar dapat menjalankan spirit keselamatan pasien secara utuh. Keselamatan
Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi assesment
risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(Permenkes, 2011).
Tujuan sistim keselamatan pasien adalah sebagai berikut:

a) Menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit,

b) Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,

c) Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit,

d) Melakukan pencegahan sehingga tidak akan terjadi kejadian yang tidak diharapkan.

Salah satu tujuan keselamatan pasien yaitu menurunnya KTD yang merupakan bagian dari
insiden keselamatan pasien. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disusunlah Sasaran
Keselamatan pasien yang bertujuan mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.
Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan
yang ada. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions
dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI). Oleh
karena itu, jika rumah sakit ingin menurunkan kejadian insiden keselamatan pasien maka
rumah sakit harus menerapkan budaya keselamatan pasien. Sampai saat ini, banyak negara
telah memulai penelitian budaya keselamatan pasien, baik Negara maju maupun Negara
berkembang seperti Indonesia.

Pembahasan

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman dalam upaya mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.Menurut Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit tahun 2008, keselamatan pasien
adalah kondisi pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya terjadi yang masih bisa
dihindari atau bebas dari risiko dan cidera yang berpotensial akan terjadi.Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017, keselamatan pasien
merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan risiko pada pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan juga mencegah terjadinya cidera yang disebabkan kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan sesuatu yang jauh lebih penting dari pada
sekedar efisiensi pelayanan. Perilaku perawat dengan kemampuan perawat sangat berperan
penting dalam pelaksanaan keselamatan pasien. Perilaku yang tidak aman, lupa, kurangnya
perhatian/motivasi, kecerobohan, tidak teliti dan kemampuan yang tidak memperdulikan dan
menjaga keselamatan pasien berisiko untuk terjadinya kesalahan dan akan mengakibatkan
cedera pada pasien, berupa Near Miss (Kejadian Nyaris Cedera/KNC) atau Adverse Event
(Kejadian Tidak Diharapkan/KTD) selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan
memodifikasi perilaku. Perawat harus melibatkan kognitif, afektif dan tindakan yang
mengutamakan keselamatan pasien.

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan keperawatan. Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian
pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien sebagai partner dalam proses
pelayanan. Karena itu, di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan keperawatan.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat: a) Memberikan info yang
benar, jelas, lengkap dan jujur, b) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab, c) Mengajukan
pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti, d) Memahami dan menerima konsekuensi
pelayanan, e) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit, f)
Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa, g) Memenuhi kewajiban finansial
yang disepakati.

Dalam menjaga keselamatan dan mencegah teradinya bahaya dan kejadian yang tidak
diinginkan perlu juga adanya peran keluarga dan pasien.  Adapun penerapan enam sasaran
keselamatan pasien dan peran keluarga dalam menjaga keselamatan pasien rawat inap di
rumah sakit.

1. Ketepatan Identifikasi Pasien

Pasien  dalam keadaan tidak sadar, gelisah,  mengalami gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, gangguan proses pikir, mendapat obat  bius, atau gangguan lain tidak mampu
melakukan identifikasi diri dengan benar selain itu pasien yang pindah ruang rawat atau
bertukar tempat tidur saat perawatan di rumah sakit berisiko mengalami ketidaktepatan
identifikasi, maka rumah sakit menyusun sistem untuk memastikan identifikasi pasien
sebagai individu yang akan menerima pelayanan adalah tepat dan jenis pelayanan atau
pengobatan terhadap individu tersebut adalah sesuai.
Peran Pasien dan keluarga untuk memastikan ketepatan identifikasi pasien adalah:

 Memberikan data diri yang tepat pada saat mendaftar sesuai dokumen data diri yang
dimiliki. Data utama yang diperlukan adalah  nama dan tanggal lahir
 Selama rawat inap pasien dipakaikan gelang. Pasien dan keluarga harus memahami
fungsi gelang dan patuh menggunakan  gelang tersebut selama rawat inap karena
gelang tersebut dipakai oleh tim kesehatan guna memastikan kebenaran identitas dan
faktor risiko pasien saat memberikan pelayanan.
 Gelang warna biru untuk laki-laki  dan gelang warna merah muda untuk
perempuan dipakai untuk identifikasi
 Gelang warna merah dipasangkan pada pasien yang memiliki riwayat alergi
 Gelang warna kuning dipasangkan pada pasien yang memiliki risiko jatuh

Pasien atau keluarga kooperatif saat dilakukan verifikasi identitas  oleh petugas saat akan
melakukan tindakan, memberikan obat, mengambil preparat untuk pemeriksaan laborat dan
lain-lain.

2. Komunikasi efektif

Pasien yang menjalani rawat inap dikelola oleh dokter dan berbagai profesi lain sebagai tim
dengan menerapkan sistem komunikasi yang efektif untuk memberikan pelayanan
Peran pasien dan keluarga mewujudkan komunikasi efektif adalah: Menunjuk atau
menetapkan anggota keluarga yang diberi kewenangan untuk berkomunikasi dengan tim
kesehatan. Penunjukkan ini diperlukan untuk memastikan komunikasi berlangsung efektif
dan berkesinambungan, tidak mengalami rantai komunikasi yang panjang dan kompleks yang
berisiko menyebabkan perubahan makna isi informasi, memberikan informasi dan data
terkait kondisi pasien kepada tim kesehatan dengan benar dan  jelas, memberikan informasi
pada petugas bila ada kejadian tidak diharapkan, meminta informasi yang diperlukan kepada
tim kesehatan.

3. Pemberian obat secara aman

Pemberian obat merupakan bagian yang mengambil porsi dominan dalam tata kelola pasien
rawat inap.

Peran serta keluarga dalam menjamin keamanan pemberian obat adalah


 Memberikan informasi yang lengkap tentang riwayat obat yang pernah dipergunakan
sebelum masuk rumah sakit
 Memberikan informasi tentang riwayat alergi atau reaksi yang dialami saat
menggunakan obat tertentu
 Mendukung pengawasan pemberian obat selama rawat  inap dengan cara memastikan
identitas pasien benar, menanyakan jenis obat yang diberikan, tujuan pemberian, dosis
dan waktu pemberian obat

4.    Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi

Tindakan operasi merupakan salah satu prosedur yang mungkin dilakukan pada pasien untuk
mengatasi masalah kesehatannya. Bagian tubuh yang akan dioperasi bisa meliputi bagian
yang bersisi (misalnya tangan atau kaki kanan dan kiri, mata kanan dan kiri) atau bagian yang
multipel level (misalnya tulang belakang) atau bagian yang multipel struktur (misalnya jari
tangan) dengan demikian diterapkan sistem untuk memastikan tindakan tepat-lokasi, tepat-
prosedur, tepat-pasien

Salah satu prosedur yang dilakukan sebelum tindakan operasi adalah  proses verifikasi. Peran
pasien dan keluarga dalam proses verifikasi praoperasi adalah memberikan informasi yang
benar dan bekerja sama secara kooperatif  Proses yang dilakukan meliputi

 Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar


Proses ini dilakukan dengan membuat tanda pada lokasi yang dioperasi. Penandaan
lokasi operasi ini melibatkan pasien, dibuat oleh dokter yang akan melakukan
tindakan dan dilaksanakan saat pasien dalam keadaan sadar .Tanda ini tidak boleh
dihapus dan harus terlihat sampai saat akan disayat.
 Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi label dengan baik
 Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus yang dibutuhkan.

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Rumah sakit  merupakan tempat yang memungkinkan berkumpulnya berbagai jenis kuman
sedangkan pasien yang sedang dirawat memiliki daya tahan tubuh relatif rendah dengan
demikian diperlukan suatu proses bersama untuk mencegah timbulnya infeksi lain yang tidak
berhubungan dengan penyakit utama pasien 
Peran pasien dan keluarga dalam pengurangan risiko terkait pelayanan kesehatan adalah

 Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar


Keluarga memiliki kemungkinan sering kontak dengan pasien,  maka untuk
melindungi diri sendiri dan melindungi pasien dari perpindahan kuman disarankan
keluarga menerapkan prosedur cuci tangan yang benar pada 5 (lima) momen yaitu
saat sebelum kontak dengan pasien, sesudah kontak pasien, sesudah ke toilet, sebelum
dan sesudah makan. Perlu diperhatikan juga bahwa lingkungan sekitar pasien berisiko
terpapar kuman maka disarankan mencuci tangan sesudah kontak dengan lingkungan
pasien (meja, alat tenun, tempat tidur dsb),
Guna memperoleh hasil cuci tangan yang optimal Pasien dan keluarga disarankan
mencermati dan mengikuti petunjuk 6 (enam) langkah mencuci tangan yang diberikan
oleh petugas atau panduan cuci tangan yang ada di rumahsakit
 Membatasi pengunjung pasien
Selama pasien dirawat di rumah sakit seyogyanya pasien tidak berinteraksi dengan
banyak orang karena berisiko terpapar kuman dari pengunjung dalam keadaan
pertahanan diri yang relatif rendah dengan demikian peran keluarga diperlukan untuk
membatasi pengunjung yang kontak dengan pasien
 Menerapkan etika batuk yang benar
Keluarga dan pengunjung yang batuk berisiko menyebarkan kuman melalui partikel
halus di udara dengan demikian bila sedang mengalami batuk keluarga perlu
menggunakan masker atau menerapkan tehnik perlindungan yang benar saat batuk
yaitu menutup mulut dan hidung menggunakan lengan.

6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

Individu yang sedang sakit memiliki keterbatasan dalam pengamanan diri termasuk
menghindari jatuh. Rumah sakit  mengambil tindakan untuk mengurangi risiko dengan
melakukan pengkajian faktor-faktor yang dapat menyebabkan jatuh seperti, penggunaan obat,
gaya jalan dan keseimbangan, alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien, riwayat jatuh
saat berjalan atau saat istirahat baring di tempat tidur.

Peran pasien dan keluarga dalam mencegah jatuh saat dirawat di rumah sakit adalah

 Pastikan penanda pasien beresiko jatuh berupa gelang kuning dipakai pasien
 Jangan melepas atau memindah kartu kuning yang dipasang petugas dekat tempat
tidur pasien atau di depan kamar pasien karena kartu tersebut merupakan penanda
untuk mewaspadai pasien yang  beresiko jatuh

Pengelolaan pasien rawat inap tidak hanya mejadi tanggung jawab tim kesehatan tetapi
melibatkan juga pribadi pasien sendiri dan keluarga, maka setiap bagian perlu menjalankan
peran masing-masing sesuai tugasnya karena proses kerja sama yang baik merupakan dasar
yang kuat untuk memperoleh hasil optimal.

Penutup

Kesimpulannya yaitu Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan sesuatu yang jauh lebih
penting dari pada sekedar efisiensi pelayanan. Perilaku perawat dengan kemampuan perawat
sangat berperan penting dalam pelaksanaan keselamatan pasien. Perilaku yang tidak aman,
lupa, kurangnya perhatian/motivasi, kecerobohan, tidak teliti dan kemampuan yang tidak
memperdulikan dan menjaga keselamatan pasien berisiko untuk terjadinya kesalahan dan
akan mengakibatkan cedera pada pasien, berupa Near Miss (Kejadian Nyaris Cedera/KNC)
atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Keselamatan pasien rawat inap tidak
hanya mejadi tanggung jawab tim kesehatan tetapi melibatkan juga pribadi pasien sendiri dan
keluarga, maka setiap bagian perlu menjalankan peran masing-masing sesuai tugasnya karena
proses kerja sama yang baik merupakan dasar yang kuat untuk memperoleh hasil optimal.

Daftar Pustaka

Andi M, dkk. (2020). Faktor yang Berhubungan dengan Upaya Pencegahan Risiko Jatuh oleh
Perawat dalam Patient Safety di Ruangan Perawatan Anak Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar. Jurnal Medika Hutama, 1(2)

Angelita L, dkk. (2016). Hubungan Perilaku dengan Kemampuan Perawat dalam


Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Akut Instalasi Gawat Darurat
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO. e-journal Keperawatan (e-Kp), 4(1)

Hani, Nanda J, Ahmad A. (2018). Penerapan Standar keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2)

Hetty I. (2019). Keseamatan Pasien di Rumah Sakit. Deepublish: Yogyakarta


Heriyati, dkk. (2019). Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Majene.
Jurnal Kesehatan, 2 (3), 194-205

Kholifatun A, dkk. Analisis Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien Puskesmas


Mangkang, Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(4)

Najihah. (2018). Budaya Keselamatan Pasien dan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah
Sakit. Journal Of Islamic Nursing, 3(1)

Salawati, Liza. (2020). Penerapan Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jurnal Averrous, 6(1)

Simamora, R. H. (2019). Buku ajar pelaksanaan identifikasi pasien. Uwais Inspirasi


Indonesia.

Yeni M, Maswarni. (2019). Budaya Keselamatan Pasien pada Perawat di Instalasi Perawatan
Intensive RSUD ARIFIN ACHMAD Provinsi Riau. Jurnal Keperawatan Priority, 2(2)

Yuni F, Kurniasari P. (2018). Pelaksanaan Patient Safety di Rumah Sakit Umum Daerah dan
Rumah Sakit Umum Swasta Bantul Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jurnal Kebidanan, 7 (1)

Anda mungkin juga menyukai