Anda di halaman 1dari 8

Faktor faktor yang Mempengaruhi Penerapan Keselamatan Pasien di Rumah

Sakit
Tiara Valentina Br Tarigan
tiaravalentina43@gmail.com

Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu organisasi penyedia fasilitas kesehatan merupakan bagian
dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya
program keselamatan pasien, maka diperlukan suatu sistem yang aman untuk menghindari resiko
terjadinya kesalahan dalam penerapan teknologi Kesehatan. Perawat berperan penting dalam
memastikan keselamatan pasien dengan memantau kondisi pasien untuk mencegah terjadinya
insiden, memberikan pendidikan kesehatan, mendeteksi kesalahan dan nyaris cedera, serta
melakukan tugas-tugas lain untuk memastikan pasien menerima perawatan yang berkualitas
tinggi, tidak hanya itu Perawat juga berperan sebagai pemberi pelayanan dan mendampingi
pasien 24 jam yang secara teratur berinteraksi dengan dokter, apoteker, keluarga dan tim
kesehatan lain. Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang menjadi isu internasional dan
nasional yaitu keselamatan pasien. Keselamatan pasien menjadi bagian penting dalam pelayanan
keperawatan karena keselamatan pasien merupakan suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak pada pelayanan kesehatan.

Upaya peningkatan keselamatan pasien telah diatur di dalam Peraturan Menteri


Kesehatan nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
menjelaskan bahwa setiap rumah sakit yang ada di Indonesia wajib untuk menerapkan
keselamatan pasien. Keselamatan pasien menjadi isu terkini karena makin meningkatnya
kejadian tidak diharapkan (KTD) atau adverse event. Insiden keselamatan pasien di rumah sakit
akan memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf dan pasien pada
khususnya karena sebagai penerima pelayanan. Dampak yang ditimbulkan adalah menurunnya
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang terjadi akibat rendahnya
kualitas dan mutu asuhan yang diberikan. Tujuan nya adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan
enam sasaran keselamatan pasien oleh perawat dalam mencegah adverse event di Rumah Sakit.
Nah apa itu adverse event, Adverse event merupakan suatu peristiwa yang dapat menyebabkan
hal yang tak terduga atau tidak diinginkan sehingga membahayakan keselamatan pengguna alat
kesehatan termasuk pasien atau orang lain. Klasifikasi adverse event adalah kejadian nyaris
cedera (KNC), kejadian tidak cedera (KTC) dan sentinel (kematian atau cedera). Contoh dari
KTD seperti medication error, flebitis, dekubitus, infeksi daerah operasi, dan pasien jatuh dengan
cidera.

Jadi upaya yang dilakukan rumah sakit untuk menekan insiden keselamatan pasian adalah
dengan membentuk komite keselamatan pasien rumah sakit yang memiliki program antara lain
memenuhi standar keselamatan pasien, program tujuh langkah menuju keselamatan rumah sakit,
dan penerapan sasaran keselamatan pasien. Dengan penerapan sasaran keselamatan pasien yang
baik maka akan tercipta pelayanan yang paripurna. Banyak faktor yang mempengaruhi sasaran
keselamatan pasien, antara lain: karakteristik petugas berupa usia, lama kerja, tingkat
pengetahuan, motivasi, supervisi, fasilitas, struktur organiasi budaya organisasi mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Namun, dalam proses pencapaiannya ada faktor-faktor yang
mempengaruhi, antara lain tingkat pengetahuan perawat, sikap perawat, serta fasilitas rumah
sakit.

Metode

Metode yang digunakan adalah Literature review dan pendekatan artikel non penelitian
dalam bentuk studi kepustakaan dengan cara menganalisis , kajian dengan mengembangkan
dengan bahasa sendiri dan eksplorasi jurnal atau artikel, maupun ebook yang relevan, yang
bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam dan membahas tentang sasaran
keselamatan pasien. Adapun jurnal atau artikel maupun ebook yang digunakan pada literature
review ini yang diterbitkan dari kurun waktu 8 tahun terakhir atau tahun paling tua 2012,
Literatur yang digunakan sejumlah 10 jurnal yang berasal dari jurnal nasional. Hasil penelitian
manfaat dan Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.
Hasil

Hasil pengkajian menunjukan bahwa Profesi perawat menuntut tanggung jawab yang
besar. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan diperlukan profesionalisme serta pendidikan yang
sesuai kompetensinya. Pendidikan merupakan salah satu proses untuk mengembangkan
kemampuan dalam meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Keselamatan pasien
merupakan salah satu nilai untuk menjamin berlangsungnya pelayanan kesehatan yang paripurna
di rumah sakit. Keselamatan pasien sebagai pelayanan yang tidak menyakiti pasien maupun
sistem perawatan pasien di rumah sakit yang lebih aman. pengukuran resiko, pengenalan dan
pengelolaan kesehatan pasien, pencatatan dan pengkuran kasus, pembelajaran kasus dan tindakan
serta solusi implementasi untuk mengurangi resiko, memiliki tujuan terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat, menurunnya KTD di rumah sakit dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan KTD. Sasaran Keselamatan Pasien juga mendorong
peningkatan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti area yang bermasalah
dalam pelayanan kesehatan dan menguraikan tentang solusi atas konsensus berbasis bukti dan
keahlian terhadap permasalahan ini.

Patient Safety adalah suatu sistem yang mencegah terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) akibat tindakan yang dilakukan atau bahkan tidak dilakukan oleh tenaga medis maupun
non medis. Sistem tersebut meliputi: assessmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Terdapat 6 sasaran keselamatan pasien yaitu meliputi : 1) ketepatan identifikasi pasien; 2)
peningkatan komunikasi yang efektif; 3) peningkatan keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai; 4) kepastian lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar dan pembedahan
pada pasien yang benar; 5) pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; 6)
pengurangan risiko cedera pasien akibat terjatuh, faktor penerapan 6 SKP ialah usia, jenis
kelamin, status pernikahan, jumlah tanggungan, lama bekerja, pengetahuan perawat, motivasi
perawat, supervisi, dan pengaruh organisasi. Adapun faktor yang mempengaruhi tercapainya
sasaran keselamatan pasien adalah tingkat pengetahuan perawat, sikap perawat, dan fasilitas di
rumah sakit.
Pembahasan

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
Keselamatan pasien rumah sakit (Hospital Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assesmen resiko, identifikasi
dan pengelolaan yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden;
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) menjadi indikator standar
dasar yang utama dalam penilaian Akreditasi Rumah sakit, Keselamatan pasien menjadi bagian
penting dalam pelayanan keperawatan karena keselamatan pasien merupakan suatu variabel
untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak pada
pelayanan kesehatan. Ada enam sasaran keselamatan pasien yaitu Ketepatan identifikasi pasien;
Peningkatan komunikasi yang efektif; Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
Kepastian tepatlokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi; Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan; dan Pengurangan risiko pasien jatuh.

Keselamatan pasien merupakan salah satu nilai untuk menjamin berlangsungnya


pelayanan kesehatan yang paripurna di rumah sakit. Keselamatan pasien sebagai pelayanan yang
tidak menyakiti pasien maupun sistem perawatan pasien di rumah sakit yang lebih aman.
pengukuran resiko, pengenalan dan pengelolaan kesehatan pasien, pencatatan dan pengkuran
kasus, pembelajaran kasus dan tindakan serta solusi implementasi untuk mengurangi resiko,
Tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit adalah terciptanya budaya keselamatan pasien di
rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya KTD di rumah sakit dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan KTD. Pencegahan risiko jatuh merupakan sasaran keenam dan penting
untuk dilakukan karena pasien jatuh merupakan adverse event kedua terbanyak dalam institusi
perawatan kesehatan setelah kesalahan pengobatan. Pasien jatuh menjadi hal yang sangat
mengkhawatirkan pada seluruh pasien rawat inap di rumah sakit. Peran perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan dan terlibat kontak langsung dengan pasien sangat berkaitan dengan
terjadinya infeksi nasokomial. Perawat bertanggung jawab menyediakan lingkungan yang aman
bagi pasien terutama pencegahan infeksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
infeksi nasokomial adalah kemampuan perawat dalam menerapkan tehnik aseptik, selain itu hand
hygiene juga merupakan aspek yang harus diperhatikan.

Adapun faktor yang mempengaruhi tercapainya sasaran keselamatan pasien adalah


tingkat pengetahuan perawat, sikap perawat, dan fasilitas di rumah sakit.

Faktor individu : pengalaman kerja dan pendidikan tidak memengaruhi pelaporan insiden
keselamatan pasien, hal ini berarti semakin lama waktu bekerja dan semakin tinggi tingkat
pendidikan tidak menjamin semakin tingginya kesadaran perawat untuk melaporkan insiden
keselamatan pasien karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan perawat tentang pelaporan
insiden keselamatan pasien.

Faktor psikologi: persepsi perawat baik tentang evaluasi dan interpretasi dalam hal tidak
setuju menganggap insiden keselamatan pasien merupakan hal yang sepeleh maka akan
berdampak pada pelaporan insiden keselamatan pasien pada perawat semakin baik. Perawat
menyatakan setuju bahwa khawatir dengan tindakan hukum dipengadilan yang dijalani setelah
melaporkan insiden keselamatan pasien. Persepsi selektiv buruk perawat bahwa insiden
keselamatan pasien yang dilakukan dibahas dalam forum terbuka. Sikap dan motivasi tidak
memengaruhi pelaporan insiden keselamatan pasien, hal ini berarti sikap yang positif dan
motivasi yang tinggi dari seorang perawat belum tentu mempengaruhi kinerja perawat dalam
pelaporan insiden keselamatan pasien.

Faktor organisasi: pengaruh kepemimpinan positif dalam hal sikap dan persepsi
kepemimpinan khususnya hubungan kerja pimpinan dengan staff sangat efektif akan
mempengaruhi pelaporan insiden keselamatan pasien, hal ini berarti kepemimpinan yang positif
menjamin kinerja perawat baik dalam hal pelaporan insiden keselamatan pasien, akan tetapi
kepribadian pemimpin dalam hal peluang pemimpin membantu staff bahkan menggunakan
“biaya sendiri” dalam penilaian sedang. Pemimpin kadang-kadang menunjukkan kepuasan
terhadap tugas yang sudah dilakukan staff.
Faktor Lama Bekerja : Lama kerja adalah salah satu faktor predisposisi yang
mempengaruhi seseorang berperilaku (Green, 1980) dalam Notoadmodjo (1993). Lama kerja
seseorang dapat dihubungkan dengan pengalaman yang diperoleh di tempat kerja, semakin lama
bekerja semakin mahir. Menurut teori Anderson dalam Notoadmodjo (2012) bahwa, dimana ia
berada semakin lama pengalaman kerja seseorang, maka semakin terampil, dan biasanya
semakin lama semakin mudah ia memahami tugas, sehingga memberi peluang untuk
meningkatkan prestasi serta beradaptasi dengan lingkungan seseorang maka pengalaman yang
diperoleh akan semakin baik.

Faktor Pengetahuan : Kemampuan organisasi untuk meningkatkan mutu melalui aspek


keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor individu. Pengetahuan perawat tentang keselamatan
pasien merupakan kunci utama dalam memastikan perawatan yang aman. Faktor pengetahuan
perawat dan komitmen organisasi memberikan pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja
perawat di rumah sakit.

Sikap Perawat : Sikap merupakan predisposisi dari suatu tindakan. Sikap diartikan
sebagai reaksi atau respon yang ada dalam diri seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau obyek. faktor yang dapat mempengaruhi sikap positif seseorang diantaranya adalah
pengalaman pribadi dalam hal ini dapat berkaitan dengan pengalaman kerja seseorang, pengaruh
orang yang dianggap penting yaitu bagaimana pengaruh kepala ruang terhadap perawat
pelaksana, pengaruh kebudayaan yaitu bagaimana budaya organisasi di lingkungan tersebut dan
faktor emosional terkait dengan emosi yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek

Selain itu komunikasi juga penting karena Komunikasi yang efektif merupakan kunci
untuk mencapai keselamatan pasien di rumah sakit. Kesalahan kesenjangan komunikasi, dan
pengaruh faktor manusia juga menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pemberian pelayanan
kesehatan kepada pasien. Perawat yang tidak melaksanakan tugasnya dalam menjaga
keselamatan pasien dari insiden keselamatan pasien, berarti menggambarkan perawat tersebut
tidak amanah dalam melaksanakan tugas. Komunikasi adalah penyebab pertama masalah
keselamatan pasien. Komunikasi dalam pelayanan keperawatan baiknya dilakukan secara efektif.
Hal ini karena komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan mudah dipahami
oleh penerima akan mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.
Penutup

Pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien merupakan kunci utama dalam


memastikan perawatan yang aman. Faktor pengetahuan perawat dan komitmen organisasi
memberikan pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja perawat dalam implementasi
patient safety. Pelaksanaan enam sasaran keselamatan pasien oleh perawat di rumah sakit berada
dalam kategori baik. Diharapkan Pihak rumah sakit dapat melengkapi standar prosedur
operasional mengenai komunikasi efektif saat melaporkan dan menerima instruksi dari dokter,
adanya tanda dan label untuk keamanan obat, dan peningkatan supervisi agar pelaksanaan teknik
aseptik menjadi lebih baik. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara usia, masa kerja,
pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan tindakan pencegahan risiko jatuh. Tidak terdapat
hubungan antara pendidikan dengan pelaksanaan tindakan pencegahan risiko jatuh. Adapun
faktor faktor ialah Faktor individu, Psikolog, Organisasi, lama bekerja, pengetahuan, sikap
perawat.

Daftar Pustaka

Neri, A.R., Lestari, Y., & Yetti, H. (2018). ANALISIS PELAKSANAAN SASARAN
KESELAMATAN PASIEN DI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PADANG
PARIAMAN. Jurnal Kesehatan Andalas. 7(4), 48-55.

Nur, A. H. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PELAKSANAAN TINDAKAN PENCEGAHAN RISIKO JATUH YANG DILAKUKAN
OLEH PERAWAT DI RUMAH SAKIT. Jurnal Profesi Keperawatan (JPK). 5(2), 16-36.

Nursery., & Champaca, M, S. (2018). PELAKSANAAN ENAM SASARAN KESELAMATAN


PASIEN OLEH PERAWAT DALAM MENCEGAH ADVERSE EVENT DI RUMAH SAKIT.
JURNAL KEPERAWATAN SUAKA INSAN (JKSI). 3(2),1-10.
Pambudi, W. D. Y., Sutriningsih, A., & Yasin, F.D.D. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERAWAT DALAM PENERAPAN 6 SKP (SASARAN
KESELAMATAN PASIEN) PADA AKREDITASI JCI (JOINT COMMISSION
INTERNATIONAL) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI WALUYA
MALANG. Jurnal Ilmiah Keperawatan. 3(1), 729-747.

Sarasanti, J., Soepangat, S., & Hutapea, F . (2018). ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN OLEH
PARAMEDIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT X JAKARTA. JURNAL
BIDANG ILMU KESEHATAN. 8(2), 1-8.

Setiyani, D, M., Zuhrotunida., & Syahridal. (2016). IMPLEMENTASI SASARAN


KESELAMATAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU KABUPATEN TANGERANG.
Jurnal JKFT. 1(2), 59-69.

Simamora, R. H. (2018). Buku ajar keselamatan pasien melalui timbang terima pasien berbasis
komunikasi efektif: SBAR. Medan: USUpress.

Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Identification in Patient Safety Programs Through


Clinical Preceptor Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-556.

Sukesi, I., Soeharto, S., & Ahsan. (2015). ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN KESELAMATAN PASIEN. Jurnal
Keperawatan. (6)1, 34-42.

Wanda, Y.M., Nursalam, N., & Wahyudi, S.H. (2020). Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien pada Perawat. FUNDAMENTAL AND MANAGEMENT
NURSING JOURNAL. 3(1), 15-24.

Widuri. (2020). Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Sikap Perawat dalam Pelaksanaan Patient


Safety di Ruang Rawat Inap KMB dan Anak RSUD Sleman. Jurnal Keperawatan. 12(2), 88-96.

Yasmi, Y., & Thabrany, H. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Budaya
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Bogor. Jurnal Administrasi Rumah
Sakit. 4(2), 98-109

Anda mungkin juga menyukai