KELOMPOK 4B
PENDAHULUAN
Keselamatan pasien menjadi isu global yang mengemuka sejak awal 2000-an dengan
kampanye “To err is human building a safer system”. Prinsip dasar pemberian pelayanan
kesehatan memang merupakan kerja system yang berpotensi mengalami error. Kesadaran itu
mendorong penyusunan system yang lebih aman sehingga potensi kesalahan bias di minimalkan.
Dalam beberapa tahun terakhir, patient safety menjadi perhatian khusus dalam konteks
pelayanan kesehatan dirumah sakit. Penerapan patient safety merupakan slah satu amanat dari
UU perumahsakitan tahun 2009. Akreditasi rumah sakit dan puskesmas di Indonesia telah
memasukkan penerapan patient safety di seluruh lini baik system, manajemen, dan sumber daya
manusia sebagai penilaian penting dalam penentuan dalam kadar standar mutu dirumah sakit.
Keselamatan pasien adalah system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman
yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien pelaporan dan analisis insidensi, kemampuan belajar dri insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan.
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanaan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Selain dari standar keselamatan, ada lagi yang menjadi poin penting dalam pelaksanaan
keselamatan pasien yaitu sasaran keselamat pasien atau Patient Safety Goals. Menurut Joint
Commission International (2013) terdapat enam sasaran keselamatan pasien yaitu:
Poin Penting
- Error: aktifitas mental yang sudah direncanakan tapi gagal mencapai hasil yang
diharapkan. Kegagalan tidak diakibatkan oleh intervensi lain (reason).
- Belajar dari error akan lebih produktif jika dilakukan di tingkat organisasi.
- Root cause analysis(RCA) merupakan pendekatan system yang terstruktur untuk
melakukan analisis.
1.5.2. Understanding and Managing Clinical Risk ( Memahami dan Mengelola Risiko
Klinis)
Manajemen risiko merupakan hal yang rutin di sebagian besar industri dan
secara tradisional dikaitkan dengan efisiensi biaya. Rumah sakit dan organisasi
kesehatan menggunakan berbagai metode untuk mengelola risiko. Namun keberhasilan
dari program manajemen risiko tergantung pada pembuatan dan pemeliharaan system
pelayanan kesehatan yang aman, yang dirancang untuk mengurangi kejadian yang tidak
diinginkan dan meningkatkan kinerja manusia. Telah banyak rumah sakit yang
mempunyai sistem mapan untuk pelaporan pasien jatuh, kesalahan pengobatan,
sampel yang tertahan, dan kesalahan identifikasi pasien. Namun, fokus pada
keseluruhan aspek perawatan klinis untuk mengurangi risiko terhadap pasien baru
mulai diterapkan.
a. mengidentifikasi risiko
b. menilai frekuensi dan tingkat keparahan risiko
c. mengurangi atau menghilangkan risiko
d. menilai biaya yang dapat dihemat dengan mengurangi resiko atau biaya
yang dikeluarkan jika risiko berlanjut
Poin Penting
Poin Penting
STUDI KASUS
Kasus II
Seorang anak usia 2 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan demam tinggi dan lemas
selama 3 hari. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menginstruksikan pemeriksaan darah
rutin. Di wilayah tersebut sedang banyak kasus campak. Saat itu ada banyak pasien sedangkan
beberapa pegawai puskesmas cuti hamil sehingga petugas laboratorium ikut merangkap
menjadi perawat. Puskesmas sudah mengajukan usulan tambahan pegawai sejak setahun
sebelumnya tetapi belum dikabulkan. Ruang laboratorium juga sempit dan kurang tertata
rapi karena usulan renovasi ruang sejak beberapa tahun lalu belum disetujui. Karena
kelelahan dan tata letak yang buruk petugas laboratorium tertukar dalam menuliskan identitas
sampel. Karena hasil laboratorium normal, dokter hanya memberikan obat penurun panas
dan menyarankan pasien untuk rawat jalan. Dokter memberikan edukasi jika masih panas
kembali kontrol ke puskesmas. Dokter menjelaskan bahwa pasien tersebut terkena campak.
Pada hari berikutnya pasien dibawa lagi ke puskesmas dengan keluhan yang
semakin memburuk. Pasien membiru di mulut dan ujung jari, muntah darah, dan
mengalami penurunan kesadaran. Dokter langsung merujuk ke RS terdekat. Pasien dilarikan ke
RS daerah setempat. Di RS tersebut dilakukan pemeriksaan dan menunjukkan tekanan
darah palpatoar 50 mmHg, nadi halus dan sulit teraba, Hb 16 g/dl, jumlah trombosit 12000/ml,
nilai hematokrit 54%. Dokter mendiagnosis pasien terkena sindrom syok dengue. Pasien
dirawat intensif tetapi tidak tertolong karena syok berkepanjangan dan akhirnya meninggal
keesokan harinya.
Pertanyaan :
1. Formulasikan masalah yang terjadi pada kasus diatas sesuai dengan topik 5, 6, dan 7!
2. Tentukan Case Management Problems ( suatu event apabila itu tidak terjadi, maka niscaya
kejadian tersebut tidak akan terjadi )!
3. Carilah akar masalah dari CMP yang sudah diidentifikasikan tadi dengan menggunakan
diagram action dan condition!
4. Lakukan Penilaian dampak /akibat suatu insiden
a. Lakukanlah identifikasi human factor yang mempengaruhi error yang terjadi
b. Lakukan penilaian dampak insiden diats dengan menentukan skor dampak yang
mungkin terjadi dari kasus diats dan beri alasannya.
5. Carilah barrier/penghalang agar masalah tersebut tidak terjadi
6. Apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan di puskesmas tersebut?
7. Pelajaran apa yang dapat diambil dari eror pada kasus diatas?
Pembahasan kasus :
1. Formulasikan masalah yang terjadi pada kasus diatas sesuai dengan topic 5,6, dan 7!
Topik 5 (Error danpembelajarandari error)
Padaskenario diatas didapatkan bahwa adanya error atau kesalahan pada tingkat
puskemas. Dimana keadaan puskesmas yang tidak maksimal menyebabkan permasalahan
diatas. Banyaknya pegawai yang cuti menyebabkan petugas laboratorium merangkap
menjadi perawat dimana petugas laboratorium tersebut tidak memiliki kompetensi
bertugas sebagai perawat. Akibat dari petugas yang merangkap menjadi perawat
menyebabkan kurangnya efektifitas dari laboratorium tersebut. Ditambah lagi dengan
ruang laboratorium yang sempit dan kurang tertata rapi juga menyebabkan permasalahan
yang menyebabkan tertukarnya identitas sampel yang akhirnya merugikan pasien.
Dokter yang berjaga juga menjadi suatu permasalahan dikarenakan tidak melakukan
tes ulang kepada pasien walaupun gejala klinis pasien makin memberat. Apalagi gejala
yang tampak seperti bintik merah yang bisa menjadi petimbangan untuk memeriksa
trombosit ulang pada pasien untuk memastikan diagnosis.
Dari error atau kesalahan diatas bisa dijadikan bahan pembelajaran baik untuk
puskesmas dan dokter. Dimana puskesmas lebih baik lagi dalam mengatur pegawai dan
fasilitasnya dan dokter lebih teliti lagi dalam memastikan diagnosis sehingga tidak terjadi
kejadian yang sama di masa depan.
Topik 6 (Pengelolaanresiko)
Resiko pada skenario diatas berada pada keadaan puskesmas yang tidak maksimal.
Seharusnya puskesmas mengelola agar tidak banyak pegawai yang cuti pada puskesmas
tersebut sehingga tidak ada petugas atau pegawai yang merangkap kerja yang lain
sehingga pelayanan bisa maksimal. Ruang laboratorium yang tidak tertata rapi dan sempit
juga menjadi resiko. Seharusnya usulan renovasi ruang laboratorium cepat disetujui agar
laboratorium tersebut dapat lebih baik lagi sehingga pelayanan yang diberikan bisa
maksimal. Serta pada dokter dengan sikap yang kurang memperhatikan keadaan pasien
juga menjadi resiko. Seharusnya dokter lebih teliti dalam melihat keadaan pasien,
keadaan yang tambah buruk seharusnya ditanggapi serius sehingga tatalaksana yang
diberikan dapat maksimal dalam menyembuhkan pasien. Serta seharusnya dokter benar-
benar mencari penyakit yang mendasari, bukan hanya mengobati keluhan yang dirasakan
pasien seperti keluhan demam, muntah, mimisan.
Topik 7 (Peningkatankualitas)
Menambah pegawai puskesmas sehingga tidak ada lagi kekurangan pegawai atau
pegawai yang merangkap pekerjaan lain.
Ruang laboratorium direnovasi sehingga lebih luas dan tertata lebih rapi.
Dokter lebih memperhatikan keadaan pasien sehingga tidak ada yang terlewat
agar keadaan pasien dapat membaik atau sembuh total
2. Tentukan Case Management Problems ( suatu event apabila itu tidak terjadi, maka
niscaya kejadian tersebut tidak akan terjadi )!
Jawab:
Petugas kelelahan
Dokter menolak ketika perwat menyarankan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ulang
Pasien meninggal
3. Carilah akar masalah dari CMP yang sudah diidentifikasikan tadi dengan
menggunakan diagram action dan condition!
Jawab:
Petugas laboratorium merangkap dan tata letak ruang yang tidak rapi
Action
Pasien dibawa ke puskesmas ketika puskesmas akan tutup
Pasien disrujuk ke RS
Pasien meninggal
Kualitas puskesmas tersebut kurang baik dikarenakan tidak adanya dokter dan perawat
pengganti apabila dokter/perawat tidak dapat hadir, selain itu ruang laboratorium berukuran
sempit dan tidak rapi sehingga membuat kinerja tidak maksimal, para pekerja yang kelelahan dan
didukung oleh tata letak yang tidak baik membuat hasil lab sering error, dan hasil diagnosis
dokter yang terkesan tidak akurat membuat kualitas pelayanan tidak baik. Maka dari itu usaha
yang dapat dilakukan adalah:
1. Kurangnya pekerja pengganti apabila pekerja utama tidak hadir: menurut kami hal
tersebut dapat disiasati dengan melakukan penambahan pegawai tetap maupun sementara,
meskipun pengusulan tersebut masih belum dikabulkan, namun masih bisa disiasati
dengan meminjam dokter/perawat/pekerja lainnya dari puskesmas maupun badan
kesehatan lainnya.
2. Ruang laboratorium berukuran sempit dan tidak rapi: ruang laboratorium yang berukuran
sempit dan tidak rapi dapat membuat pekerja kesulitan dalam melakukan perkerjaannya,
namun dapat diatasi dengan meminta pengusulan renovasi oleh pemerintah setempat,
namun apabila belum dapat disetujui namun baiknya dapat diperbaiki sementara dengan
memperbaiki tata letak laboratorium agar memudahkan perkerjaan, atau dapat juga
diusahakan dengan meminta donasi kepada masyarakat yang mampu.
3. Para pekerja yang kelelahan dengan tata letak yang buruk membuat petugas tertukar
dalam menuliskan identitas pasien: Kelelahan pada pekerja sebaiknya diperbaiki dengan
mengurangi jam kerja menjadi sewajarnya, agar pekerja dapat bekerja dengan lebih
maksimal, selain itu perlu dilakukan juga evaluasi kepada pekerja agar pekerjaan
dilakukan dengan benar.
4. Kesalahan diagnosis dokter yang berakibat fatal kepada pasien: Hal ini adalah hal yang
paling penting karena menyangkut nyawa sesesorang, ada baiknya dokter lebih teliti dan
selalu mengikuti protokol yang berlaku dalam mendiagnosis pasiennya, dokter dan staf
kesehatan harus menerapkan prinsip keselamatan pasien dan perlu juga diberikan edukasi
yang baik kepada masyarakat setempat agar lebih mengerti.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari skenario tersebut adalah, apabila suatu perkerjaan
tersebut menyangkut akan nyawa sesorang, maka sebaiknya kita berusaha sebaiknya dalam
pekerjaan tersebut dan tidak menganggap remeh sedikitpun, dkarenakan nyawa adalah hal yang
sangat penting, apabila terjadi hal yang tidak diinginkan seperti skenario diatas, selain sesorang
kehilangan nyawa, pekerja kesehatan yang bertanggung jawabpun dapat kehilangan karir dan
reputasinya, maka lakukanlah perkerjaan dengan sungguh-sungguh dan dengan tidak
menganggap remeh sedikitpun.
Selain itu untuk pemerintah daerah diharapkan untuk menganggap serius hal yang
berkaitan dengan sarana dan prasarana kesehatan di daerahnya, karena kemajuan dari suatu
daerah bergantung atas bagaimana tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan pada
daerah tersebut.