Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PATIENT SAFETY

KELOMPOK 4B

SHANNA ALYSIA AZIZ G1A114011

ILHAM TAUFAN G1A114022

MUHAMAD RIFALDI G1A114023

TOMMY AKASIA LAKSANA P G1A114028

NURUL SETIANI G1A114009

PARLIA LOPA SARI G1A113119

BELLA MERISA LIONA G1A113120

DESWITRI GINTASARI G1A113125

NOPRA PERMATA SARI G1A113126

ASA SHAFIRA ANANDA G1A113130

KHALIDA KHAIRUNNISA G1A114006

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2015
BAB I

PENDAHULUAN

Keselamatan pasien menjadi isu global yang mengemuka sejak awal 2000-an dengan
kampanye “To err is human building a safer system”. Prinsip dasar pemberian pelayanan
kesehatan memang merupakan kerja system yang berpotensi mengalami error. Kesadaran itu
mendorong penyusunan system yang lebih aman sehingga potensi kesalahan bias di minimalkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, patient safety menjadi perhatian khusus dalam konteks
pelayanan kesehatan dirumah sakit. Penerapan patient safety merupakan slah satu amanat dari
UU perumahsakitan tahun 2009. Akreditasi rumah sakit dan puskesmas di Indonesia telah
memasukkan penerapan patient safety di seluruh lini baik system, manajemen, dan sumber daya
manusia sebagai penilaian penting dalam penentuan dalam kadar standar mutu dirumah sakit.

1.1. Defenisi keselamatan pasien

Keselamatan pasien adalah system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman
yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien pelaporan dan analisis insidensi, kemampuan belajar dri insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan.

1.2. Tujuan keselmatan pasien

Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit adalah :

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.


2. Meningkatnya akuntailitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunya kejadian tidak diharapkan (KTD) dirumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan (KTD).

1.3. Standar keselamatan pasien


Standar keselamatan pasien dirumah sakit ini akan menjadi acuan setiap asuhan yang akan
diberikan kepada pasien. Menurut Depkes RI, (2011) ada tujuh standar keselamatan pasien yaitu:

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanaan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

1.4. Sasaran keselamatan pasien

Selain dari standar keselamatan, ada lagi yang menjadi poin penting dalam pelaksanaan
keselamatan pasien yaitu sasaran keselamat pasien atau Patient Safety Goals. Menurut Joint
Commission International (2013) terdapat enam sasaran keselamatan pasien yaitu:

1. Identifikasi pasien dengan benar


2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. Meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.

1.5. Topik yang dibahas


1.5.1. Undesrtanding and Larning From Errors.( Memahami dan Belajar Dari
Kesalahan)

Mahasiswa kedokteran perlu memiliki pemahaman dasar tentang hakikat dari


kesalahan.Semua petugas kesehatan diharapkan memahami berbagai jenis kesalahan dan
bagaimana mereka dapat terjadi. Hal ini penting untuk merumuskan strategi untuk
mencegah atau mengintervensi kesalahan sebelum membahayakan pasien. Hal lain yang
sama pentingnya adalah kemampuan untuk belajar dari kesalahan diri sendiri
maupun orang lain. Penyelidikan terhadap kesalahan dan kondisi yang menyebabkan
kesalahan dapat memfasilitasi perbaikan dalam desain sistem dengan harapan
mengurangi frekuensi dan dampak dari kesalahan tersebut

Poin Penting

- Error: aktifitas mental yang sudah direncanakan tapi gagal mencapai hasil yang
diharapkan. Kegagalan tidak diakibatkan oleh intervensi lain (reason).
- Belajar dari error akan lebih produktif jika dilakukan di tingkat organisasi.
- Root cause analysis(RCA) merupakan pendekatan system yang terstruktur untuk
melakukan analisis.

1.5.2. Understanding and Managing Clinical Risk ( Memahami dan Mengelola Risiko
Klinis)

Manajemen risiko merupakan hal yang rutin di sebagian besar industri dan
secara tradisional dikaitkan dengan efisiensi biaya. Rumah sakit dan organisasi
kesehatan menggunakan berbagai metode untuk mengelola risiko. Namun keberhasilan
dari program manajemen risiko tergantung pada pembuatan dan pemeliharaan system
pelayanan kesehatan yang aman, yang dirancang untuk mengurangi kejadian yang tidak
diinginkan dan meningkatkan kinerja manusia. Telah banyak rumah sakit yang
mempunyai sistem mapan untuk pelaporan pasien jatuh, kesalahan pengobatan,
sampel yang tertahan, dan kesalahan identifikasi pasien. Namun, fokus pada
keseluruhan aspek perawatan klinis untuk mengurangi risiko terhadap pasien baru
mulai diterapkan.

Seorang mahasiswa kedokteran, bersama dengan orang lain yang bekerja di


rumah sakit atau klinik memiliki tanggung jawab untuk mengambil tindakan yang
benar ketika melihat situasi atau lingkungan yang tidak aman. Mengambil langkah-
langkah untuk memastikan lantai yang licin dikeringkan dan mencegah pasien jatuh
adalah sama pentingnya dengan memastikan bahwa seorang pasien mengkonsumsi obat
yang benar.
Manajemen risiko yang efektif melibatkan setiap tingkat pelayanan
kesehatan, sehingga sangat penting bahwa semua petugas kesehatan memahami
tujuan dan relevansi dari strategi manajemen risiko di tempat kerja mereka.
Manajemen risiko klinis secara khusus berkaitan dengan peningkatan kualitas dan
keamanan pelayanan kesehatan. Upaya ini dilakukan dengan mengidentifikasi keadaan
dan peluang yang menempatkan pasien pada risiko yang membahayakan dan kemudian
bertindak untuk mencegah atau mengendalikan risiko tersebut. Berikut adalah empat
langkah sederhana proses yang umumnya digunakan untuk mengelola risiko klinis:

a. mengidentifikasi risiko
b. menilai frekuensi dan tingkat keparahan risiko
c. mengurangi atau menghilangkan risiko
d. menilai biaya yang dapat dihemat dengan mengurangi resiko atau biaya
yang dikeluarkan jika risiko berlanjut

Prinsip manajemen risiko klinis ini relevan dengan pembelajaran mahasiswa


kedokteran karena hal ini mengakui bahwa perawatan dan pengobatan klinis
berisiko dan memiliki potensi terjadinya insiden. Meskipun mustahil untuk
memberantas semua risiko, ada banyak kegiatan dan tindakan yang dapat
diperkenalkan yang akan memperkecil peluang terjadinya kesalahan.

Poin Penting

- Pengelolaan risiko klinis merupakan upaya spesifik dengan titik berat


meningkatkan kualitas dan keselamatan pasien.
- Langkah pengelolaan risiko klinis: indentifikasi, penilaian frekuensi dan
keparahan, pengurangan/penghilangan risiko, menghitung cost.
- Aktivitas pengelolaan risiko: monitoring insiden, sentinel event, penerimaan
keluhan, coronial investigation.

1.5.3. Introduction to Quality Improvement Methods (Pengantar Metode Peningkatan


Kualitas)
Metode peningkatan kualitas dirancang untuk mempelajari proses dan telah
berhasil digunakan selama beberapa dekade di industri lain. Dalam pelayanan
kesehatan, mahasiswa akan terbiasa dengan tujuan penelitian ilmiah, yaitu untuk
menemukan pengetahuan baru, tetapi mereka akan kurang mengenal peningkatan
kualitas, yang tujuannya adalah untuk mengubah kinerja. Mahasiswa kedokteran dapat
mulai memahami peran metode peningkatan kualitas dengan:

- bertanya tentang langkah-langkah yang dapat meningkatkan kualitas dan


keamanan
- mengakui bahwa ide-ide bagus bisa datang dari siapa pun
- menyadari bahwa situasi dalam lingkungan lokal merupakan faktor kunci dalam
mencoba untuk melakukan perbaikan
- menyadari bahwa cara orang berpikir dan bereaksi sama pentingnya dengan struktur
dan proses yang berlangsung
- menyadari bahwa penyebaran praktik-praktik inovatif adalah hasil dari orang
orang mengadopsi proses baru dan bukan sebaliknya

Berbagai metode peningkatan kualitas telah dirancang. Berikut adalah


beberapa contoh umum:

- Clinical Practice Improvement (CPI)


- analisis akar penyebab (root cause analysis) untuk memeriksa kesalahan secara
retrospektif
- failure modes dan effect analysis untuk menilai kemumgkinan kesalahan secara
prospektif.

Poin Penting

- Prinsip dasar peningkatan kualitas: penghargaan terhadap sistem, menyadari


variasi, teori, psikologi.
- Metode peningkatan kualitas: siklus PDSA (Plan-Do-Study-Act), Clinical
Practice Improvement Methodology (CPI), Root Cause Analysis (RCA).
BAB II

STUDI KASUS

Kasus II

Seorang anak usia 2 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan demam tinggi dan lemas
selama 3 hari. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menginstruksikan pemeriksaan darah
rutin. Di wilayah tersebut sedang banyak kasus campak. Saat itu ada banyak pasien sedangkan
beberapa pegawai puskesmas cuti hamil sehingga petugas laboratorium ikut merangkap
menjadi perawat. Puskesmas sudah mengajukan usulan tambahan pegawai sejak setahun
sebelumnya tetapi belum dikabulkan. Ruang laboratorium juga sempit dan kurang tertata
rapi karena usulan renovasi ruang sejak beberapa tahun lalu belum disetujui. Karena
kelelahan dan tata letak yang buruk petugas laboratorium tertukar dalam menuliskan identitas
sampel. Karena hasil laboratorium normal, dokter hanya memberikan obat penurun panas
dan menyarankan pasien untuk rawat jalan. Dokter memberikan edukasi jika masih panas
kembali kontrol ke puskesmas. Dokter menjelaskan bahwa pasien tersebut terkena campak.

Selama di rumah, orangtua pasien mendapati anaknya bertambah lemas dan


muntah. Muncul bintik merah di badan. Karena demam berkurang, orangtua tidak
membawa pasien untuk kontrol karena mengira anaknya akan sembuh. Pada hari ke-5 demam
pasien semakin lemas, tetap muntah, disertai mimisan. Orangtua pasien membawanya kembali
ke puskesmas. Saat itu puskesmas sudah menjelang tutup. Dokter puskesmas melakukan
tampon hidung dan menginstruksikan rawat jalan dengan menambahkan obat muntah. Perawat
mengusulkan pemeriksaan ulang trombosit karena ia mencurigai pasien tersebut terkena
demam berdarah. Dokter menolak karena pemeriksaan darah sebelumnya hasilnya normal.

Pada hari berikutnya pasien dibawa lagi ke puskesmas dengan keluhan yang
semakin memburuk. Pasien membiru di mulut dan ujung jari, muntah darah, dan
mengalami penurunan kesadaran. Dokter langsung merujuk ke RS terdekat. Pasien dilarikan ke
RS daerah setempat. Di RS tersebut dilakukan pemeriksaan dan menunjukkan tekanan
darah palpatoar 50 mmHg, nadi halus dan sulit teraba, Hb 16 g/dl, jumlah trombosit 12000/ml,
nilai hematokrit 54%. Dokter mendiagnosis pasien terkena sindrom syok dengue. Pasien
dirawat intensif tetapi tidak tertolong karena syok berkepanjangan dan akhirnya meninggal
keesokan harinya.

Pertanyaan :

1. Formulasikan masalah yang terjadi pada kasus diatas sesuai dengan topik 5, 6, dan 7!
2. Tentukan Case Management Problems ( suatu event apabila itu tidak terjadi, maka niscaya
kejadian tersebut tidak akan terjadi )!
3. Carilah akar masalah dari CMP yang sudah diidentifikasikan tadi dengan menggunakan
diagram action dan condition!
4. Lakukan Penilaian dampak /akibat suatu insiden
a. Lakukanlah identifikasi human factor yang mempengaruhi error yang terjadi
b. Lakukan penilaian dampak insiden diats dengan menentukan skor dampak yang
mungkin terjadi dari kasus diats dan beri alasannya.
5. Carilah barrier/penghalang agar masalah tersebut tidak terjadi
6. Apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan di puskesmas tersebut?
7. Pelajaran apa yang dapat diambil dari eror pada kasus diatas?

Pembahasan kasus :

1. Formulasikan masalah yang terjadi pada kasus diatas sesuai dengan topic 5,6, dan 7!
 Topik 5 (Error danpembelajarandari error)
Padaskenario diatas didapatkan bahwa adanya error atau kesalahan pada tingkat
puskemas. Dimana keadaan puskesmas yang tidak maksimal menyebabkan permasalahan
diatas. Banyaknya pegawai yang cuti menyebabkan petugas laboratorium merangkap
menjadi perawat dimana petugas laboratorium tersebut tidak memiliki kompetensi
bertugas sebagai perawat. Akibat dari petugas yang merangkap menjadi perawat
menyebabkan kurangnya efektifitas dari laboratorium tersebut. Ditambah lagi dengan
ruang laboratorium yang sempit dan kurang tertata rapi juga menyebabkan permasalahan
yang menyebabkan tertukarnya identitas sampel yang akhirnya merugikan pasien.
Dokter yang berjaga juga menjadi suatu permasalahan dikarenakan tidak melakukan
tes ulang kepada pasien walaupun gejala klinis pasien makin memberat. Apalagi gejala
yang tampak seperti bintik merah yang bisa menjadi petimbangan untuk memeriksa
trombosit ulang pada pasien untuk memastikan diagnosis.
Dari error atau kesalahan diatas bisa dijadikan bahan pembelajaran baik untuk
puskesmas dan dokter. Dimana puskesmas lebih baik lagi dalam mengatur pegawai dan
fasilitasnya dan dokter lebih teliti lagi dalam memastikan diagnosis sehingga tidak terjadi
kejadian yang sama di masa depan.
 Topik 6 (Pengelolaanresiko)
Resiko pada skenario diatas berada pada keadaan puskesmas yang tidak maksimal.
Seharusnya puskesmas mengelola agar tidak banyak pegawai yang cuti pada puskesmas
tersebut sehingga tidak ada petugas atau pegawai yang merangkap kerja yang lain
sehingga pelayanan bisa maksimal. Ruang laboratorium yang tidak tertata rapi dan sempit
juga menjadi resiko. Seharusnya usulan renovasi ruang laboratorium cepat disetujui agar
laboratorium tersebut dapat lebih baik lagi sehingga pelayanan yang diberikan bisa
maksimal. Serta pada dokter dengan sikap yang kurang memperhatikan keadaan pasien
juga menjadi resiko. Seharusnya dokter lebih teliti dalam melihat keadaan pasien,
keadaan yang tambah buruk seharusnya ditanggapi serius sehingga tatalaksana yang
diberikan dapat maksimal dalam menyembuhkan pasien. Serta seharusnya dokter benar-
benar mencari penyakit yang mendasari, bukan hanya mengobati keluhan yang dirasakan
pasien seperti keluhan demam, muntah, mimisan.
 Topik 7 (Peningkatankualitas)
 Menambah pegawai puskesmas sehingga tidak ada lagi kekurangan pegawai atau
pegawai yang merangkap pekerjaan lain.
 Ruang laboratorium direnovasi sehingga lebih luas dan tertata lebih rapi.
 Dokter lebih memperhatikan keadaan pasien sehingga tidak ada yang terlewat
agar keadaan pasien dapat membaik atau sembuh total

2. Tentukan Case Management Problems ( suatu event apabila itu tidak terjadi, maka
niscaya kejadian tersebut tidak akan terjadi )!

Jawab:

Kurangnya tenaga kesehatan dan fasilitas puskesmas


Petugas laboratorium merangkap dan tata letak ruang yang tidak rapi

Petugas kelelahan

Menyebabkan identitas sampel tertukar

Dokter hanya memberikan terapi suportif dan simptomatis

Gejala pasien memburuk sampai hari ke-5

Pasien dibawa ke puskesmas ketika puskesmas akan tutup

Dokter menolak ketika perwat menyarankan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ulang

Gejala pasien semakin memburuk


Pasien disrujuk ke RS

Pasien syok berkepanjangan

Pasien meninggal

3. Carilah akar masalah dari CMP yang sudah diidentifikasikan tadi dengan
menggunakan diagram action dan condition!

Jawab:

Condition Kurangnya tenaga kesehatan dan fasilitas puskesmas

Petugas laboratorium merangkap dan tata letak ruang yang tidak rapi

Condition Petugas kelelahan

Action Menyebabkan identitas sampel tertukar

Dokter hanya memberikan terapi suportif dan simptomatis


Gejala pasien memburuk sampai hari ke-5

Action
Pasien dibawa ke puskesmas ketika puskesmas akan tutup

Dokter menolak ketika perwat menyarankan


Action
untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ulang

Gejala pasien semakin memburuk

Pasien disrujuk ke RS

Pasien syok berkepanjangan

Pasien meninggal

4. Lakukan penilaian dampak/akibat suatu insiden


a. Human factor yang dapat menyebabkan error yang terjadi antara lain:
- Perawat mendapatkan pelatihan dan memiliki pengalaman yang berbeda dari
petugas laboratorium sehingga bias saja hal ini dapat menjadi penyebab error
yang terjadi
- Lelahnya perawat sehingga membuat kesalahan dalam menuliskan identitas
sampel
- Dokter yang lengah dan menolak untuk melakukan pemeriksaan darah rutin
kembali
b. PenilaianDampakRisiko
Berdasarkan tabel diatas, kasus yang telah terjadi pada skenario mendapat skor 5, dimana
domains yang terpenuhi berdasarkan skenario adalah:
1. Dampak pada keselamatan pasien : Insiden menyebabkan kematian
2. Mutu/keluhan: pelayanan kegagalan umum dari keselamatan pasien jika temuan tidak
dilanjuti pemeriksaan. Disini dokter tidak melakukan pemeriksaan ulang terhadap
pasien walaupun sudah terdapat tanda-tanda bahwa pasien mengalami DBD.
3. Sumber daya manusia/kepegawaian: Tidak terjadi penyediaan pelayanan karena
kurangnya staf

5. Carilah barrier/penghalang agar masalah tersebut tidak terjadi?


Pada kasus diatas adanya kelalaian petugas laboratorium yang disebabkan oleh
kekurangan tenaga keperawatan sehingga barrier pada kasus tersebut adalah kecukupan
tenaga medis di puskesmas tersebut.

6. Usaha apa yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di puskesmas


tersebut?

Kualitas puskesmas tersebut kurang baik dikarenakan tidak adanya dokter dan perawat
pengganti apabila dokter/perawat tidak dapat hadir, selain itu ruang laboratorium berukuran
sempit dan tidak rapi sehingga membuat kinerja tidak maksimal, para pekerja yang kelelahan dan
didukung oleh tata letak yang tidak baik membuat hasil lab sering error, dan hasil diagnosis
dokter yang terkesan tidak akurat membuat kualitas pelayanan tidak baik. Maka dari itu usaha
yang dapat dilakukan adalah:

1. Kurangnya pekerja pengganti apabila pekerja utama tidak hadir: menurut kami hal
tersebut dapat disiasati dengan melakukan penambahan pegawai tetap maupun sementara,
meskipun pengusulan tersebut masih belum dikabulkan, namun masih bisa disiasati
dengan meminjam dokter/perawat/pekerja lainnya dari puskesmas maupun badan
kesehatan lainnya.
2. Ruang laboratorium berukuran sempit dan tidak rapi: ruang laboratorium yang berukuran
sempit dan tidak rapi dapat membuat pekerja kesulitan dalam melakukan perkerjaannya,
namun dapat diatasi dengan meminta pengusulan renovasi oleh pemerintah setempat,
namun apabila belum dapat disetujui namun baiknya dapat diperbaiki sementara dengan
memperbaiki tata letak laboratorium agar memudahkan perkerjaan, atau dapat juga
diusahakan dengan meminta donasi kepada masyarakat yang mampu.
3. Para pekerja yang kelelahan dengan tata letak yang buruk membuat petugas tertukar
dalam menuliskan identitas pasien: Kelelahan pada pekerja sebaiknya diperbaiki dengan
mengurangi jam kerja menjadi sewajarnya, agar pekerja dapat bekerja dengan lebih
maksimal, selain itu perlu dilakukan juga evaluasi kepada pekerja agar pekerjaan
dilakukan dengan benar.
4. Kesalahan diagnosis dokter yang berakibat fatal kepada pasien: Hal ini adalah hal yang
paling penting karena menyangkut nyawa sesesorang, ada baiknya dokter lebih teliti dan
selalu mengikuti protokol yang berlaku dalam mendiagnosis pasiennya, dokter dan staf
kesehatan harus menerapkan prinsip keselamatan pasien dan perlu juga diberikan edukasi
yang baik kepada masyarakat setempat agar lebih mengerti.

7. Pelajaran apa yang dapat diambil dari kasus error diatas?

Pelajaran yang dapat kita ambil dari skenario tersebut adalah, apabila suatu perkerjaan
tersebut menyangkut akan nyawa sesorang, maka sebaiknya kita berusaha sebaiknya dalam
pekerjaan tersebut dan tidak menganggap remeh sedikitpun, dkarenakan nyawa adalah hal yang
sangat penting, apabila terjadi hal yang tidak diinginkan seperti skenario diatas, selain sesorang
kehilangan nyawa, pekerja kesehatan yang bertanggung jawabpun dapat kehilangan karir dan
reputasinya, maka lakukanlah perkerjaan dengan sungguh-sungguh dan dengan tidak
menganggap remeh sedikitpun.

Selain itu untuk pemerintah daerah diharapkan untuk menganggap serius hal yang
berkaitan dengan sarana dan prasarana kesehatan di daerahnya, karena kemajuan dari suatu
daerah bergantung atas bagaimana tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan pada
daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai